ENAM BELAS
Beberapa waktu lalu Jordan sempat mengira Ratih mengalami pendarahan. Dan dirinya langsung panik seketika memikirkan kemungkinan bayi dalam perut Ratih. Kemudian teriakan Mamanya dari telpon menyadarkan Jordan jika Ratih sedang haid. Oke haid bukan hamil jadi Jordan bisa bernapas lega. Mamanya berkata bahwa Ratih tembus saking derasnya darah yang keluar.
Sehingga di sinilah Jordan sekarang. Berjalan cepat memasuki minimarket dekat perumahannya. Kalau tidak memikirkan nasib spreinya, Jordan bersumpah tak akan mau menanggung malu beli pembalut ke minimarket.
"Mbak, pembalut di mana?!"
Mbak-mbak kasir yang ditanyai Jordan itu menatap bingung. Namun sedetik setelahnya kembali memasang senyum. "Di pojok kiri belakang sendiri kak..."
Jordan langsung menuju bagian yang ditunjukkan kasir tadi. Begitu ia sampai di deretan pembalut, Jordan memandang ngeri karena banyaknya macam pembalut yang terpajang. Tadi ketika Mamanya menyuruh dia membeli pembalut, Jordan pikir hanya ada satu atau dua macam pembalut. Tapi ini? Dari yang warnanya orens sampai biru, dari yang panjangnya 20 sampai 35 cm. Dan Jordan tak tahu mana pembalut yang anti bocor atau nyaman digunakan.
"Mas ambilin keranjang dong!" suruh Jordan pada pramuniaga yang kebetulan lewat di dekatnya.
Beberapa saat kemudian pramuniaga itu menghampiri Jordan dengan keranjang di tangan. Jordan mengambil keranjang itu sambil lalu tanpa mengucapkan terima kasih. Membuat mas-mas pramuniaga itu ingin memaki-maki.
Karena tak tahu pembalut mana yang biasa digunakan Ratih, Jordan akhirnya memasukkan semua merk pembalut. Warna orens, biru, pink sampai hijau. Dari yang wings sampai non wings. Beberapa pengunjung lain di minimarket tampak memandang Jordan aneh karena satu keranjang penuh hanya dengan pembalut wanita.
Namun Jordan masa bodoh. Dia tetap berjalan santai menuju depan bersiap membayar belanjaannya. Begitu tiba di kasir, mbak-mbak kasir yang tadi sempat ditanyai tempat pembalut melongo dengan belanjaan Jordan yang semuanya pembalut wanita.
"Lihat apa?!" bentak Jordan karena mbak kasir ini tak juga mulai menghitung malah melongo.
Kasir itu sadar lalu memasang senyum profesional. Mulai menghitung sambil mencoba bersikap ramah pada Jordan. "Buat istrinya ya kak? Habis melahirkan?"
Jordan memutar bola matanya. "Iya. Baru masa nifas," jawab Jordan cepat.
"Wah selamat atas kelahiran bayinya... Semuanya lima ratus tujuh puluh ribu rupiah."
Jordan mengambil beberapa lembar uang kertas berwarna merah dari dompetnya lalu menyerahkan pada kasir yang lumayan cerewet itu. Karena ingin cepat selesai dan dia tak ingin jadi bahan tontonan, Jordan memilih langsung pergi dari minimarket.
"Ambil aja kembaliannya mbak!"
Jordan bersumpah tak akan membelikan pembalut wanita lagi.
🍂🍂🍂
"HAHAHAHA ANJIR JADI LO BOCOR?!"
Ratih menceritakan pada Retta kejadian kemarin yang menurutnya begitu memalukan. Mulai dari dipaksa kerumah sampai Jordan yang merawatnya pas kesakitan. Dan jangan lupakan kejadian bocor itu. Dia tembus yang benar-benar tembus sampai ke sprei Jordan. Dia malu. Ratih tak tau bagaimana nanti harus bersikap jika bertemu dengan Jordan.
"Ya gitu. Terus Jordan beliin gue pembalut. Asli malu banget gue, Ret! Mana banyak banget pembalutnya! Buat stok setahun kali cukup."
"Hahahahaha gak bisa bayangin gue ih! Terus spreinya gimana?" tanya Retta masih sambil menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNWANTED YOU [Completed]
Teen FictionBook #2 dan #3 ada disini! Book #2 selesai ✓ Book #3 on going . . . Ada harapan di balik lipatan origami bangau yang diberikan Candra malam itu. Ratih pikir dirinya akan seperti mayat hidup ditinggalkan Candra delapan tahun. Namun, hidup terus berja...