LIMA
Ratih merasakan dirinya kelelahan. Entah berapa meter tadi ia mengejar motor trail berwarna hijau-hitam itu, yang pasti segalanya terasa sia-sia. Motor trail yang pengemudinya Ratih yakini adalah Candra itu hilang berbelok ke sebuah tikungan. Ia terengah-engah. Napasnya pendek-pendek. Sesak akibat kelelahan mungkin sudah bersatu bersama sesak di dalam dadanya. Ratih tau sudah sepantasnya ia tidak mengharapkan Candra lagi. Namun ketika ia melihat sekelebatan bayangan itu. Ia bisa apa?
"Candra..." Ratih tak sadar dirinya sekarang bersimpuh di tengah-tengah jalan sepi ini.
"...Candra..."
"Siapa Candra?"
Jordan menghampiri Ratih yang tampak mengenaskan di tengah jalan ini. Walaupun sepi tapi tetap berbahaya kan? Kelakuan gadis itu mirip orang gila. Bahkan sejak keluar gang tadi. Entah karena apa, Jordan kaget ketika Ratih tiba-tiba berlari kesetanan mengejar sebuah motor trail dan terus memanggil nama Candra. Entah siapa Candra yang dimaksud gadis itu tapi Jordan yakin cowok itu banci karena tidak turun dari motor untuk setidaknya menemui Ratih.
"Yaudah sih jangan kaya orang stress gitu!"
"Candra..."
"Ya Allah!" Jordan mengangkat dua tangannya ke atas. Tak tahu lagi harus bagaimana caranya membuat Ratih setidaknya geser sedikit ke tepi jalan. Pasalnya beberapa motor mulai berseliweran. Ia takut jika orang-orang itu salah sangka dan menganggap ia berbuat yang tidak-tidak pada gadis di tengah jalan itu.
"Ratih! Bangun bisa gak?! Kalau udah ditinggalin cowok yaudah terima nasib aja!"
Alih-alih bangun sesuai permintaan Jordan. Ratih malah terisak. Kalimat Jordan itu sumpah bikin dia tambah baper.
"Candra... Hiks...."
"Ck!" Jordan berdecak kesal. Kalau sudah keluar sifat lemahnya cewek yang cengeng begitu Jordan seketika malas. Ia tidak mau dituduh menjadi penyebab patah hatinya seorang gadis.
"Elo yang minta gua begini ya!" Tanpa menunggu aba-aba, Jordan langsung menyambar tubuh Ratih. Ia bawa tubuh gadis itu ke pundaknya. Cukup mudah bagi cowok itu untuk mengangkat tubuh kecil Ratih.
Ratih yang tak siap langsung menjerit kala tubuhnya digendong dengan paksa oleh Jordan. Tangannya mengepal dan memukul-mukul punggung kokoh cowok itu. "JORDAAAAN! TURUNIIIIIN GAK?!"
Namun Jordan mengabaikannya, bahkan kaki gadis itu dengan kurang ajar menendang-nendang perutnya. Ketika sampai pinggir jalan, ia baru menurunkan Ratih. "Gak bisa diem lo!" kata Jordan sedetik setelah kaki Ratih menyentuh trotoar.
Ratih langsung berkacak pinggang. Ia melotot pada Jordan. Kata Ibunya tidak ada yang boleh menggendong dirinya kecuali suaminya sendiri. Lagi pula ini namanya juga pelecehan. Candra aja dulu gak pernah gendong-gendong dia. Emang dasar Jordan suka cari kesempatan. "Lo sembarangan gendong-gendong anak perawan!"
Dahi Jordan berkerut. Apa hubungannya gendong dengan gadis perawan? "Emang lo masih perawan?" tanya Jordan.
"Masihlah gila apa?!"
"Bohong! Pasti udah dijebol sama siapa tuh tadi namanya? Candra ya? Makannya lo jadi kaya ngejar-ngejar dia gitu."
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Jordan. Ratih menahan emosinya. "Jangan pernah lo bicara sedikitpun tentang Candra kalau lo gak kenal dia!"
Sedang Jordan hanya menyeringai. Ia yakin argumennya tadi benar adanya. Lelaki pada awalnya sibuk mengejar wanita. Ketika lelaki itu sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia akan pergi dan membuangnya seperti permen karet. Hingga pada akhirnya wanita lah yang berbalik mengejar lelaki-lelaki itu. Mempertahankan. Untuk meminta pertanggung jawaban atas apa yang telah hilang. Persis seperti apa yang ia lihat pada Ratih. Menangis tersedu-sedu ketika ditinggalkan seorang lelaki. Ia sangat yakin. Karena ia sudah pernah mengalaminya. Dalam posisi sebagai si lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNWANTED YOU [Completed]
Fiksi RemajaBook #2 dan #3 ada disini! Book #2 selesai ✓ Book #3 on going . . . Ada harapan di balik lipatan origami bangau yang diberikan Candra malam itu. Ratih pikir dirinya akan seperti mayat hidup ditinggalkan Candra delapan tahun. Namun, hidup terus berja...