DUA BELAS
Sepulang sekolah, Ratih sudah membulatkan tekad untuk menemui Candra lagi. Bagaimanapun juga ia butuh kepastian, ia butuh penjelasan mengapa cowok itu bisa ada di Indonesia dan bukan ikut orang tuanya ke Singapura. Jadi di sinilah dirinya berada, menyusuri trotoar menuju gang tempat ia kemarin menemukan Candra sedang nongkrong bersama para Preman. Gang Randuluwung. Ratih membaca pada papan yang berdiri di ujung jalan. Kira-kira ia bisa menemui Candra di sini tidak ya.
Mendekati warung makan yang kemarin Candra keluar dari dalamnya. Ia tak menemukan gerombolan para preman lagi. Yang ada hanya sekumpulan cowok memakai seragam putih abu-abu sedang merokok di depan warung. Cowok-cowok itu sudah memperhatikan Ratih yang berdiri canggung di depan warung. Mereka sontak bersiul. Kapan lagi sore-sore begini ada cewek cantik menghampiri mereka.
"Cari siapa, Cantik?"
Ratih bergidik ngeri ketika seorang cowok berambut gondrong berdiri menghampiri dirinya. Kalau tahu di dekat sini ada sekolah sehingga suka buat nongkrong begini, Ratih berpikir dua kali untuk kesini. Tatapan cowok itu kemudian jatuh pada badge di kemeja kiri Ratih. Kontan si cowok bersorak.
"Woah anak 303, Bro! Ngapain nih ada anak dari sekolah favorit bisa sampe pinggiran gini?"
Semua perhatian sekarang tertuju pada dirinya. Ratih jadi deg-degan sendiri. Bagaimana jika dia diapa-apakan oleh gerombolan anak-anak ini? "Gue cari Candra--" ujar Ratih segera. Biar cepat selesai kemudian bisa segera pergi.
Satu cowok berambut cepak lantas berdiri dengan dahi berkerut. "Nyari gue? Perasaan gue gak kenal lo deh, baby. Atau elo adalah malaikat yang diutus Tuhan buat nemenin malam-malam gue? Dengan senang hati, Cantik..."
Bodoh! Harusnya ia tau kalau pemilik nama Candra di muka bumi ini sangat banyak. "Gak, bukan elo. Kayaknya kalian gaktau ya... Yaudah gue duluan ya makasih," ucap Ratih lantas berbalik. Namun tangannya dicekal oleh Candra gadungan itu. Ratih meronta. Feelings-nya sudah tidak enak.
"Kok buru-buru banget sih, Cantik? Gabung sama kita dulu aja. Katanya nyariin gue?"
"Gak! Lepasin bisa gak?"
Dua tangan cowok yang bernama Candra itu tak lagi hanya mencekal pergelangan tangannya. Namun telah menarik tubuhnya untuk masuk ke dalam warung. Ratih terus meronta namun tenaganya tak sebanding dengan tenaga cowok. "TOLONG! TOLO--!"
"LEPASIN!"
Ratih melotot ketika melihat Candra berdiri tak jauh di depannya. Cowok itu mengenakan kaos longgar bertuliskan YOLO di bagian depan serta celana jeans pendek selutut. Keren dan ganteng seperti biasa.
"Candra! Tolong!" pekik Ratih spontan. Dua tangannya ia ulurkan ke depan. Persis seperti anak kecil minta gendong. Namun cowok itu tetap memandangnya dingin.
"Bisa lepasin gak?" tanya Candra sekali lagi.
"Hah? Siapa lo emang?!" si Candra palsu malah menantang. Teman-temannya yang lain hanya diam melihat. Tak berniat mencari masalah dengan Candra asli yang dicari gadis itu.
"Dalam hitungan tiga kalo gak lo lepas. Jangan salahin gue ya? Satu..."
"Mau apa lo, brengsek?! Gue gak takut sama lo!"
"Dua..."
"Ndra lepasin aja!" Salah satu temannya mengingatkan. Namun Ratih masih tetap dikurung dalam dua lengan cowok itu.
"Tiga. Oke elo yang milih ya. Dasar bocah ingusan!"
Sedetik berikutnya Candra menerjang cowok itu. Menarik Ratih ke belakang punggungnya lalu memberikan satu jotosan di pipi kanan. Sebenarnya ia mau meneruskan beberapa jotosan berikutnya namun sadar itu bukan hal bijak. Cukup diberi pelajaran saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNWANTED YOU [Completed]
Novela JuvenilBook #2 dan #3 ada disini! Book #2 selesai ✓ Book #3 on going . . . Ada harapan di balik lipatan origami bangau yang diberikan Candra malam itu. Ratih pikir dirinya akan seperti mayat hidup ditinggalkan Candra delapan tahun. Namun, hidup terus berja...