eight

2.6K 370 194
                                    

DELAPAN

Kehebohan terjadi di lapangan sekolah setelah bel istirahat kedua. Jam pelajaran kosong untuk seluruh kelas dua belas dikarenakan para guru pengampu kelas sulung itu harus mengikuti rapat persiapan ujian nasional. Seharusnya koridor kelas dua belas ramai namun tidak karena seluruh penghuninya sedang berkumpul di lapangan. Menyaksikan dua anak manusia sedang berhadap-hadapan di tengah lapangan. Siapa lagi kalau bukan Jordan dan Ratih. Pasangan yang mendadak gempar karena sering terlibat pertengkaran akhir-akhir ini.

"CEPET LAKUIN PERINTAH GUE SEKARANG ATAU LO BAKAL NYESEL SEUMUR HIDUP LO!"

Sontak anak-anak sibuk berkasak-kusuk. Entah apa yang diminta Jordan dengan emosi seperti itu. Yang jelas Ratih terlihat gemetaran. Mukanya ditundukkan dalam-dalam. Mereka mengerti inti permasalahan kali ini. Ratih yang menyembunyikan sepatu Jordan. Entah kelewat jahil atau cari mati yang jelas banyak siswa menyayangkan tindakan Ratih itu. Sudah tahu dari mukanya saja Jordan terlihat temperamental. Malah di uji coba segala. Dan tinggal tanggung akibat saja, ini pasti hukuman untuk Ratih.

"CEPET!" seru Jordan kelewat keras. Lapangan yang terbuka tak mengahalangi suara menggelegar cowok itu.

Ratih menurunkan tubuhnya. Bertumpu dengan dua lutut yang menyentuh konblok lapangan. Entah apa yang akan dilakukan Ratih. Mungkin Jordan menyuruh gadis itu untuk memakaikan sepatunya karena cowok itu terlihat nyeker.

"Jordan... Please... Jangan...," pinta Ratih sambil menengok sekitar. Memperhatikan lapangan ini sekarang penuh oleh teman-teman satu angkatan. Juga ia memperhatikan beberapa wajah-wajah yang tidak ia kenal. Pastilah adik kelas yang tak sengaja melewati lapangan atau tadi lihat ketika dirinya diseret paksa dari kebon sekolah oleh Jordan.

"Gue bisa lakuin yang lebih kejam dari permintaan gue tadi kalo gak lo lakuin!"

Ratih menggeleng ketakutan. "Gak gak! Banyak anak-anak! Malu---"

"BANYAK BACOT LO!"

Penonton dadakan seketika menghentikan napasnya. Ada yang kaget dengan bentakan Jordan ada pula yang kasihan melihat muka melas Ratih. Gadis itu sekarang sudah bersimpuh di depan Jordan. Tubuhnya dicondongkan ke depan perlahan dengan gemetar yang masih terlihat. Semakin lama punggung Ratih semakin membungkuk. Satu detik... Dua detik... Dan beberapa detik kemudian Ratih membuat para penonton itu melotot kompak. Gadis itu tidak memasangkan sepatu untuk Jordan. Tidak sama sekali. Tapi Ratih mencium kaki cowok itu.

Ratih mencium kaki Jordan!

Beberapa anak menutup mulutnya dengan sebelah tangan tak percaya. Pasalnya sedari dulu Ratih terkenal anak yang kalem, tahu sopan santun, serta menjunjung tinggi martabat perempuan. Gadis itu juga berasal dari Jogjakarta atau entah mana nama daerahnya. Yang pasti mencium kaki pria apalagi bukan suami tidak ada dalam adat istiadat bukan? Dan bukankah itu malah menjatuhkan harga diri sama sekali?

Sedangkan kaum cowok malah berseru kegirangan. Tepuk tangan dan tawa memenuhi lapangan. Ada juga yang menatap Ratih dengan pandangan prihatin. Sepertinya sejak ditinggalkan Candra, Ratih memang banyak berubah. Tak lagi menjadi gadis yang stuck to the rules. Mungkin juga karena itulah Ratih jadi berani menjahili Jordan seperti tadi.

Yang jelas gadis berambut panjang dikucir ekor kuda itu sudah tak mampu membendung air matanya lagi. Tawa tersamur cemoohan semakin menambah deras jatuhnya air mata. Cepat-cepat Ratih berdiri kemudian berbalik memunggungi Jordan. Berlari kencang meninggalkan lapangan untuk bersembunyi sejenak dari rasa malu.

Ratih tidak pernah menyangka hanya karena sepasang sepatu, harga dirinya sebagai seorang perempuan terinjak-injak.

🍂🍂🍂

"Huhuhuhu Jordan jahat... Jahat! Gue benci sama dia! Sekarang gue pasti di cap cewek murahan sama temen-temen! Gue malu! Maluuuuuuu! Huhuhuhu"

Retta terus-menerus menepuk pundak Ratih yang menangis sesenggukan. Lebih dari setengah jam Ratih terus menangis. Retta paham apa yang dirasakan sahabatnya itu. Jordan memang keterlaluan mempemalukan Ratih seperti di lapangan tadi. Cowok itu memang ganteng luar biasa tapi kelakuan seperti iblis. Dan mulai hari ini Retta bersumpah tak akan memuja-muja Jordan lagi. Dan ia menyesal dulu pernah begitu tergila-gila dengan wajah gantengnya. Siapa sangka dibalik rupa menawan tersimpan hati yang sebusuk setan?

Saat kejadian di lapangan tadi. Retta hanya bisa diam. Pun dengan Bagas, Dani juga Pebri. Mereka tak bisa membantu Ratih. Takut pada Jordan? Itu sudah pasti. Namun untuk Retta, dia dihadapkan pada sebuah ketidakberdayaan. Jordan mengirimkan pesan gambar rahasia yang disimpannya dari semua orang. Hanya Ratih dan yang di atas yang mengetahui. Cukup mengagetkan karena Jordan bisa punya foto itu. Dan sialnya cowok itu mengancam akan menyebarkannya pada seluruh sekolah. Retta juga yakin Jordan juga mengancam Dani, Bagas serta Pebri karena tiga cowok itu tak berkutik sama sekali.

"Lo gak bantuin gue tadi, Ret... Hiks hiks...."

Retta hanya bisa meringis. Ia menghapus sisa air mata. Jangan salah. Setelah menemukan Ratih bersembunyi di gudang, Retta langsung menghambur memeluk sahabatnya itu. Bisa merasakan Ratih yang pasti malu tidak ketulungan. Dan Retta jadi tertular menangis.

"Sorry... Jordan tau gue punya... You know..." kata Retta pelan sambil menunjuk perut bagian kirinya.

Ratih kontan melotot. "Serius?"

Retta mengangguk frustasi. Sebenarnya ia juga ketakutan. Benar-benar takut jika Jordan menyebarkan foto itu. Sebuah foto yang benar-benar memalukan. Foto yang pasti membuat dua orang tuanya langsung kena serangan jantung. Ditambah sebuah tatto permanent bunga mawar di perut ratanya. Retta tidak tahu dari mana Jordan bisa mendapat foto itu. "Gue takut, Tih... Gue malu kalo anak-anak tau gue punya tatto. Gue bukan bad girl. Gue... Gue cuma frustasi waktu itu... Lo tau kan?"

"Iya... Gue tau, Ret...," jawab Ratih yang berganti menepuk bahu Retta menenangkan. "Yaudah mulai sekarang kita jauhin Jordan aja ya? Sebisa mungkin gausah interaksi sama itu cowok!" lanjut Ratih dan dibalas Retta dengan anggukan.

Sebenarnya Ratih ragu akan kalimatnya tadi. Tidak berinteraksi dengan Jordan? Ha ha ha. Gimana bisa jika dirinya saja semeja dengan cowok itu. Juga satu kelompok dalam beberapa tugas. Ratih hanya bisa pasrah bagaimana ke depan dia akan menjalani sisa waktu SMA-nya.

Hening lama. Dua gadis yang bersandar di bangku reyot itu sepertinya cukup betah bersembunyi di gudang. Jam pelajaran berikutnya mungkin sudah mulai tapi Retta dan Ratih sepertinya tak mau beranjak.

"Tih? Bisa lo bayangin kalau misal Candra ada di lapangan tadi? Dia bakal ngamuk kaya gimana ya?"

Ratih mengamati langit-langit gudang. Membayangkan bagaimana reaksi Candra jika tau dia mencium kaki Jordan. Pasti cowok itu langsung memukuli Jordan tanpa ampun. Ia ingat kala Candra memukuli Adit saat tau dirinya dijadikan bahan taruhan. Juga bagaimana seramnya Candra saat memukuli Adit karena menciumnya di rumah kala itu. Ratih bergidik ngeri sendiri. Namun kemudian ia ingat satu hal... Bahwa semua itu yang melakukan adalah...

"Candra mungkin marah... Tapi kalau Maes keluar... Dia bisa bunuh Jordan di tempat. Haduh! Gue jadi pingin lihat Maes berantem sama Jordan, Tih! Biar babak belur sekalian mampus tuh Jordan!"

Ah! Maes! Sudahkah Ratih bilang bahwa ia sedikit rindu dengan si kasar, sisi lain Candra itu?

🍂🍂🍂

TBC

Note:
Pendapat kalian sejauh ini tentang Jordan?

THE UNWANTED YOU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang