DUA PULUH LIMA
Apa yang akan kau lakukan jika seseorang membungkammu sampai tak bisa berkutik? Ratih sedang mengalami masa-masa sulit ketika ujian nasional semakin dekat, dan urusan hatinya belum jua selesai. Sesuatu masih mengganjal perasaannya sejak pengambilan foto year book di rumah Jordan itu. Saat ia bertemu dengan Tante Drupadi dan "permintaan" beliau untuk menjadi pengganti seseorang bernama Naswa. Juga gadis bernama Aliyah, sampai saat ini Ratih masih terlalu takut untuk bertanya atau mencari tahu lebih dalam siapa Aliyah ini.
Takut serta terbantu dengan kesibukan berbagai ujian praktek juga ujian sekolah kemarin yang sempat begitu menyita pikiran Ratih sampai gadis itu melupakan semua masalahnya. Hingga detik ini, ketika hari-hari tenang mendekati ujian nasional Ratih tak bisa membohongi lagi perasaan ingin tahunya. Tentang kematian Naswa, siapakah Aliyah gadis yang menemuinya dengan berapi-api dulu? Mengapa Jordan dengan tiba-tiba hadir di hidupnya? Sebenarnya ada apa? Ratih berniat akan mencari tahu segalanya hari ini.
Dengan modus belajar bersama untuk ujian nasional, Ratih benar-benar mengesampingkan egonya memulai terlebih dahulu. Ia mengajak Jordan belajar bersama yang waktu itu ditanggapi Jordan dengan "Tumben." Juga ekspresi tidak percaya. Ratih yakin ia gagal akting, pasti Jordan sudah sadar kalau sebenarnya ada udang di balik batu.
"Duh mana bisa fokus belajar kalau di sini mah!"
Jordan langsung menggerutu kesal begitu tahu tempat yang mereka kunjungi kali ini ternyata begitu ramai. Mereka memilih sebuah perpustakaan di daerah Sudirman untuk belajar. Awalnya Jordan menawarkan belajar di cafe atau rumahnya saja tapi karena alasan biar suasana belajarnya lebih kentara, Ratih memutuskan Jordan harus mau ia seret ke perpustakaan. Tapi alangkah kagetnya mereka saat mendapati perpustakaan malah ramai. Mungkin karena menjelang ujian nasional SMA? Makanya banyak anak-anak SMA berbondong-bondong belajar bersama di perpus.
"Kok bisa rame ya?" tanya Jordan sok polos.
"Namanya juga fasilitas umum. Yang ada kalo sepi namanya kuburan!"
"HA HA HA. Lawak lu!" Jordan pura-pura tertawa. Kemudian cowok itu mengerutkan dahinya. "Bukannya kuburan juga fasilitas umum ya?"
"Eh iya juga ya?" Ratih meringis sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Mengapa menjelang ujian nasional, dirinya malah tambah bodoh bukannya tambah pintar. Pasti gara-gara kebanyakan main sama Jordan nih. Batin Ratih kesal.
"Tolol," kata Jordan sambil berjalan mencari meja kosong.
Keduanya menemukan sebuah meja yang belum tertempati di samping jendela. Satu-satunya meja yang mungkin tersisa di perpustakaan ini. "Seneng gue perpustakaan rame begini. Artinya orang-orang minat bacanya udah mulai tumbuh. Kalau anak mudanya begini terus, yakin deh Indonesia bakal maju!"
Namun Jordan terlihat tak terkesan sama sekali seperti Ratih. Menurutnya minat baca tak diukur dari seberapa banyak ia datang di perpustakaan. Bacaan gak cuma ada di perpustakaan, man! "Aturan lo bawa gue ke perpustakaan UI aja. Kan lumayan sambil lihatin mbak-mbak cantik anak kedokteran," celetuk Jordan.
Mendengar itu Ratih ikutan antusias. "Bener, Jor! Siapa tahu ada anak hukum yang khilaf sama gue. Banyak yang ganteng-ganteng juga di sana. Yuk lah kita pindah aj—"
"KAGA! Gak jadi, di sini aja! Udah buruan keluarin buku. Cepet!"
"Loh kok gak jadi ke perpus UI?"
"Biar mata lo gak jelalatan."
Ratih memilih mengeluarkan buku-bukunya dari tas. Dari pada kena semprot Jordan lagi. Tapi maksud kalimat terakhir Jordan itu apa ya?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNWANTED YOU [Completed]
Teen FictionBook #2 dan #3 ada disini! Book #2 selesai ✓ Book #3 on going . . . Ada harapan di balik lipatan origami bangau yang diberikan Candra malam itu. Ratih pikir dirinya akan seperti mayat hidup ditinggalkan Candra delapan tahun. Namun, hidup terus berja...