ENAM
"Tik..tok..tikk..tok..tik..tok" jam tangan yang dipakai Arik terus berbunyi, kali ini telinganya sangat sensitif, suara jam tangan yang kecil seperti itu ia dengar dan mampu membuatnya stres. Kantung matanya melebar dan hitam, rambutnya yang awalnya ia ikat dengan rapi menjadi acak-acakkan, pakaian kerjanya atau blezer dan cropped pants biru langit yang ia pakai bahkan terlihat lusuh, begitu juga dengan sneakers putihnya. Ia hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah. Melirik kanan dan kiri, terlihat semua tahanan wanita sedang asyik asyiknya tertidur.
"kenapa mereka bisa tidur di balik jeruji ini sih? Nyamuk banyak, gak ada alas buat tidur, lihat ibuk itu" Arik mendecakkan lidah dan menatap wanita yang tidur dipojokkan dengan nyenyaknya.
"kok bisa ya, kayak damai banget ibuk itu tidur" lanjutnya.
"heh" seru salah satu seorang polisi yang tengah berjaga malam. Arik memalingkan wajahnya melihat polisi itu.
"kenapa tidak tidur?" tanyanya
Arik menghembuskan nafas pasrah, lalu menjawab dengan malasnya "gimana bisa tidur? Alas tidur aja gak ada, kenapa sih polisi tega banget sama tahananya, kita semua disini juga punya HAM kali"
"kesalahan kalian yang buat kalian kayak gitu" jawab polisi itu dengan santainya
Arik memutar bola matanya. "bukti aja gak ada kalo gue penguntit. Sekalia aja yang ngintip orang mandi dipenjara juga!" lanjutnya.
Polisi itu tidak merespon dan melanjutkan tugasnya untuk mengawasi tahanan-tahanan disana.
J J J
Matahari menyinari tepat mata Arik yang baru saja terbuka, Arik lalu bangun dan melihat ke arah lubang ventilasi yang ada di penjara itu. Seketika ia mengusap matanya yang masih sekat karena tidak bisa tidur semalaman. Nyawanya yang jelas belum terkumpul sepenuhnya, lalu ia melihat sekelilingnya, semua wanita yang ada di penjara itu masih asyik tertidur.
"ini kebo apa apa sih? Enak banget perasaan tidurnya" ucapnya.
Lalu seorang polisi datang dan membuka jeruji itu. "Arika? Silahkan keluar" ucapnya, matanya membulat, ia tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"ibuk-ibuk bangun!! Ibuk-ibuk" teriak Arik, sontak semua orang bangun dengan kagetnya karena teriakan wekkernya Arik
"ada yang namanya Arika gak?' tanyanya masih tak percaya dan mengira ada seseorang yang bernama Arika lagi. Semua orang mengkerutkan alisnya dan menatap Arik dengan sinisnya. Lalu ada beberapa dari mereka yang kembali tertidur.
"Arika! Cepat anda keluar!" lanjut polisi itu. Dengan cepatnya Arik keluar dari penjara itu.
"ikut saya" Arik mengangguk dan mengikuti polisi itu.
Lalu Arik bertemu dengan Altris yang sedari tadi menunggunya di ruang tunggu. Arik mengkerutkan alisnya.
"ngapain lo disini?" tanya Arik dengan sinisnya
"ikut gue!" kata Altris, lalu berjalan menuju keluar. Arik melipat kedua tangannya di dadanya, lalu mendengus kesal.
"eh lo siapa nyuruh, nyuruh gue kayak gini?" tanya Arik yang tetap berdiam diri di tempatnya tadi, Altris berbalik badan.
"lo gak mau gue bebasin?" lanjut Altris mengancam Arik. Arik cengengesan lalu dengan gengsinya berjalan mendahului Altris.
Arik menghirup udara segar, setelah seharian berada di balik jeruji besi yang menurutnya seperti tidur di got seharian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATRAPADO (Belum Direvisi)
Teen Fiction(vote+comment) Arik memerlukan uang! Dengan terpaksa dia menerima tawaran untuk menjadi pacar bayaran seorang homo yang ingin dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa oleh orang tuanya, karena ketahuan Homo. Tapi lambat laun Arik bukan lagi pacar bayaran. Apa...