SIAPA?
Arik dan altris hanya terdiam satu sama lain, mereka sibuk dipikiran masing-masing. Altris sebenarnya ingin bertanya tentang pria itu, tapi ia mengekangnya untuk sementara. Ini bukan waktunya.
"kemana?" tanya arik
"ya kemana aja yang lo mau" jawab altris sebelum menghidupkan mobilnya.
"terserah lo aja" jawab arik dengan malasnya.
"kalau seorang wanita mengatakan 'Terserah lo!' hati-hati dalam mengambil keputusan, ada makna tersembunyi di balik hal itu" batin altris
"gimana kalo ke bioskop?" tanya altris dengan pelan, berusaha tidak menyinggung arik.
"males, gitu-gitu aja" jawab arik. Altris menarik nafas.
"gue tau bakal gitu jawabannya. Jadi maunya apa sih?" lanjut batinnya.
"em.. lo maunya kemana?" tanya altris sekali lagi. Arik mulai mendecakkan lidahnya
"ya udah kemana aja, cerewet banget sih" kata arik dengan nada tinggi
"oke, kalo cewek kayak gini, berarti dia pms"
"ke mall?" tanya altris
"terserah" jawabnya singkat, altris berusaha sabar dengan perilaku arik yang menurutnya ini sangat berbeda sebelum ia menyatakan perasaan itu.
"oke, terserah gue" lanjut altris dan mulai menekan gasnya.
"rik, gue mau nanya", arik menoleh dan mengangkat alis.
Altris terdiam sejenak, "yang di... emmm lo suka sate gak?" tanya altris, dan itu ampuh membuat suasana di mobil menggantung dan canggung, altris merasa tak berani bertanya hal itu sekarang. Ia benar-benar lumpuh saat berhadapan dengan orang yang ia sayangi, arik mempunyai aura tertentu yang mampu membuat altris takut macam-macam kepadanya.
"jadi sebenernya pertanyaan lo itu apa?" tanya arik yang peka bahwa sebenarnya altris ingin bertanya hal yang lain.
"cowok difoto yang lo peluk itu siapa?" altris langsung spontan
Arik menatap altris dan mengerutkan dahinya, memincingkan matanya menatap altris curiga, lalu ia tersenyum sembari membenarkan duduknya.
"cemburu?" tanya arik
"kalo iya kenapa?" tanya altris
"lo gak punya hak cemburu tris" lanjut arik yang menatap jalanan di depan.
"gue punya hak itu" seru altris yang masih fokus menyetir mobil
"lo jangan anggap itu main-main tris, gue gak percaya dengan semua yang lo ungkapkan itu, lo bisa secepatnya jatuh cinta sama seseorang, padahal lo sendiri belum lama ini baru mengakhiri hubungan lo sama Kane"
Altris menghela nafas dan meminggirkan mobilnya ke tepi jalan. Lalu menatap arik dengan serius.
"emang gue ini keliatan main-main? Emang gue keliatan masih anak ABG? Gue ini udah umur 29 tahun, gue ini gak punya waktu lagi buat main-main sama perasaan gue. Ini bukan saatnya gue main-main lagi, ini bukan saatnya gue jadi orang yang gak waras lagi. Ini saatnya gue serius dengan apa yang gue ungkapkan untuk masa depan gue" jelas altris yang otomatis membuat arik terdiam menatapnya.
Altris melanjutkan kalimatnya yang sempat tertahan sebelum arik membuka mulutnya. "gue, bukan lo yang bodoh nungguin orang yang jelas-jelas pergi gitu aja" lanjutnya. Arik membuang muka, rasanya kesal saat ia mendengar kata "bodoh" keluar dari mulut altris. Tapi ia sadar, dia memang bodoh, menunggu seseorang yang pasti telah pergi tanpa kepastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATRAPADO (Belum Direvisi)
Teen Fiction(vote+comment) Arik memerlukan uang! Dengan terpaksa dia menerima tawaran untuk menjadi pacar bayaran seorang homo yang ingin dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa oleh orang tuanya, karena ketahuan Homo. Tapi lambat laun Arik bukan lagi pacar bayaran. Apa...