Reunited. Part 2
Setelah acara back to 2008 selesai, kini mereka harus kembali mendengarkan sambutan dari ketua panitia acara tersebut, dan ini kembali membuat mereka terpaksa mengobrol lagi karena tidak mau sampai mengantuk di acara ini. Apalagi malam yang semakin larut akan sangat mudah bosan jika tidak berusaha membuat diri sendiri untuk sibuk dan menghibur diri. Nanti yang ada akan tidur disana jika mereka mau.
Tanpa terkecuali dengan Arik, ia mulai mencari bahan pembicaraan diantara teman-temannya yang sudah asik mengobrol dengan teman satu gengnya dulu.
"nana" ujar arik kepada nana yang hanya menjadi pendengar Annisa dan Intan yang asik mengobrol sambil senyum-senyum karena mungkin ada hal yang lucu.
Nana menoleh dan berkata, "bosen ya?" nana memang paling mengerti, karena arik memang cepat bosan jika ia berada di tempat yang ramai-ramai. Arik mengangguk.
"lo telfon altris aja suruh kesini" lanjut nana, arik mengerutkan alisnya dan menatap nana dengan tatapan "nih anak kenapa?"
"lo tahu gue sama altris lagi ada masalah kan?", nana mengangguk semangat, lalu arik melanjutkan, "lah terus kenapa nyuruh gue nelfon dia? Lagian kita juga bukan apa-apa lagi"
"lo udah ngasih tahu dia emang? Kalo lo minta putus sama dia. Udah ngasih tahu? Belum kan? Jadi artinya apa?". Arik terdiam dan cengengesan berusaha mencari argumennya untuk melawan nana.
"ya.. ini udah jadi keputusan gue, dan dia pasti ngerti kalo gue gak nelfon dia selama berhari-hari dia pasti ngerti lah kalo gue gak bisa maafin dia"
"lah yang penting dia—"
"na, menurut lo dia nyari cewek lain gak sih? Makanya dia gak pernah nelfon gue buat nanyain gue maafin dia atau gak?"
Nana tersenyum menggoda arik dan menatap arik dengan tatapan menyelidiki, arik menjauhkan wajahnya dan mengerutkan alisnya, "apaan sih lo, jauhin tuh muka!!" seru arik yang langsung membuka lebar tangannya dan mendorong muka nana.
"masih cinta ngomong aja kali, sok jual mahal lo" ujar nana
"ngomongin apa sih kalian berdua? Asik banget kayanya" tiba-tiba Raisa teman arik dan nana yang dulu merupakan preman disekolah menengahi. Arik dan nana saling tatap, lalu menatap Raisa.
"ada sih" jawab arik singkat yang diiringi senyuman. Raisa, preman dikelasnya yang selalu membuat arik geram dengan tingkahnya yang ugal-ugalan, memakai rok pendek, lipstik tebal, tanpa dasi sehingga 2 kancing bajunya dibuka, memakai kaos seperti pemain sepak bola, pergelangan tangannya dihiasi banyak gelang yang murah-murah, arik tahu itu dibeli di pasar dengan harga 3 5000. Tapi raisa yang sekarang berbeda, ia terlihat lebih anggun, cantik, dan polos. Entah karena sudah menikah atau karena sadar bahwa dia itu alay.
"btw, gue minta maaf ya soal dulu-dulu yang sering bikin kalian kesel sama gue" ujarnya
"iya sa, gak apa-apa. Anggap aja itu emang hal yang harus ada di sekolah, jadi kalo gak ada lo dulu mungkin gak ada lo maaf maafan sekarang" ujar nana
Raisa tertawa kecil, "bener-bener, kayanya sekolah mana aja pasti ada yang kaya gue. Nyesel banget sih kayak gitu"
"nyesel kenapa?" tanya arik
"ya nyesel, gue jadi gak punya foto masa dulu yang bisa gue pamerin ke mertua gue. Buat ngebuktiin kalo gue dulu sekolahnya rajin, gak cabe-cabean, ya gitu gitu lah. Jadinya gue agak malu gitu kalo ngomongin masa lalu"
"lo berubah karena nyesel?" tanya arik lagi
Raisa menghembuskan nafas, "emang gue harus gitu sampai gue tua? Ya gak ada kali rik. Gue yakin cewek cabe-cabean sekarang bakal nyadar nantinya, dan gue yakin itu jadi hal yang disesalkan nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
ATRAPADO (Belum Direvisi)
Teen Fiction(vote+comment) Arik memerlukan uang! Dengan terpaksa dia menerima tawaran untuk menjadi pacar bayaran seorang homo yang ingin dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa oleh orang tuanya, karena ketahuan Homo. Tapi lambat laun Arik bukan lagi pacar bayaran. Apa...