23

2.7K 166 3
                                    

“Apa rencanamu sehabis pulang sekolah?” tanya Edric berjalan beriringan dengan Casey di koridor sekolah. “Ya... pulang,” balas Casey seraya menatap Edric.

“Kau tak ingin ke suatu tempat sebelum pulang?” tawar Edric. Casey menggeleng sekilas. “Lain waktu saja, hari ini aku harus menemani Carey berbelanja oleh-oleh. Esok hari ia akan balik ke Spanyol.”

Sesampainya di parkiran, Edric mengambil helm lalu memakaikannya ke kepala Casey. “Kenapa dipakaikan?” tanyanya kikuk. Edric tersenyum. “Agar sedikit romantis.” ucapnya kemudian mencubit pipi Casey gemas.

Casey turun ketika motor Edric berhenti sempurna tepat di depan gerbang rumah Casey, “Terima kasih,” Edric mengangguk dan Casey masuk ke dalam rumahnya tanpa menunggu Edric.

'Ternyata tak semudah yang kukira, tapi aku tak akan menyerah Casey. Aku akan membuatmu cinta mati padaku hingga mau bertekuk lutut di hadapanku.' Edric membatin lalu menyalakan motornya dan meninggalkan kompleks perumahan Casey.

Tanpa Edric sadari, Casey mengintipnya dari jendela kamarnya. Jujur saja ia tak tahu harus berbuat apa tadi, ia seperti orang kikuk yang tak tahu harus berbuat apa.

Braaak!

Casey menoleh ke sumber suara, di ambang pintu terlihat Fareel yang mendobrak pintu kamar Casey dengan wajah memerah menahan emosi.

Casey melihatnya dengan tanda tanya tanpa sedikitpun bergerak mendekati Fareel. Fareel berjalan cepat ke arah Casey mencengkram bahu Casey hingga empunya tersudutkan di tembok.

“Kau kenapa?!” seru Casey setengah berteriak. “Bukankah sudah ku larang kau dekat dengan Edric? Tapi kenapa kau sekarang malah menjalin hubungan dengannya?” pertanyaan itu meluncur dengan nada tegas dari bibir Fareel.

“Memangnya ada yang salah? Kenapa kau melarangku? Memangnya kau mengenal Edric dengan baik?” Casey membalikkan pertanyaan ke Fareel. Seketika cengkraman Fareel melemah, ia menunduk sejenak lalu menatap manik mata Casey dalam-dalam. “Apa yang kau lihat dari diri Edric semuanya palsu, dia lelaki brengs*k. Kau harus menjauhinya.”

“Kau menyimpulkannya karena pernah bermasalah dengannya kan? Semua orang bisa berubah tanpa kita sadari.” Casey memegang tangan Fareel.

“Tapi i-“
“Lupakan, apapun yang terjadi padamu dengannya di masa lalu tidak ada sangkut pautnya dengan hubunganku dan Edric.” potong Casey tanpa mendengarkan penjelasan Fareel.

Cengkraman di bahu Casey terlepas, kini Fareel memeluknya. “Oke, aku akan membiarkan kau menjalin hubungan dengannya. Tapi, kau harus menjaga dirimu jangan sampai kau tertipu dengan lelaki brengs*k itu.” Fareel melepas pelukannya lalu mengacak rambut Casey.


∽介∽介∽介


Disinilah Casey, tengah di sebuah toko oleh-oleh tentunya bersama Carey. Carey sangat sibuk sejak tadi memilih sweater atau jaket sebagai oleh-oleh teman-temannya di sana. Sementara Casey sudah bosan sejak tadi melihat Carey yang tidak kunjung selesai memilih oleh-oleh.

“Cas, mana yang lebih bagus warna abu-abu atau hitam?” tanya Carey menunjuk barang yang ia maksud. Casey melirik sedikit barang yang dimaksud Carey, kemudian menjawab asal. “Hitam.” Pandangannya kembali beralih ke layar ponselnya.

Carey berdecih melihat tingkah laku Casey. Well, Casey bukanlah partner cocok untuk diajak shopping. “Hey, aku lupa bahwa Alaric menitipkan surat untukmu.” Casey langsung mendongak ke arah Carey. “Kau serius?” Carey mengangguk. “Iya, katanya dia sangat rindu denganmu.”

“Lalu dimana suratnya?” Casey menagih surat dari Alaric, sahabat kecilnya dulu [jika lupa lihat di Chapter 3]. “Aku meletakkannya di koperku.” Jawab Carey santai.

Casey berdecak. “Kau sudah sebulan di sini, dan baru mengatakannya sekarang?” Carey cengegesan. “Aku lupa.”


∽介∽介∽介


Malam harinya, Casey tengah berada di kamar Carey. Membantu saudari kembarnya berkemas-kemas karena besok Carey akan kembali ke Spanyol.

“Mana suratnya?” tagih Casey selesai membantu Carey mengemasi barang-barangnya. Carey mengambil sepucuk surat dari kantong kopernya dan memberikannya pada Casey. Casey menerimanya dengan senang hati. Ia sangat dekat dengan Alaric, dan biasanya mereka bertukar surat. Namun empat tahun terakhir mereka tidak lagi berkirim surat seperti dulu. Oleh karena itu Casey sangat senang bisa mendapatkan surat dari Alaric setelah sekian tahun.

“Buka suratnya, aku penasaran dengan isinya.” Ujar Carey, tapi Casey malah menggeleng. “Itu privacy.” Casey menolak.

“Ayolah, kau pelit sekali!” Casey malah acuh dan menjulurkan lidahnya. Aksi rebutan pun terjadi. Hingga aksi mereka terhenti karena panggilan video call dari Alaric via laptop. Casey yang melihat itu langsung menerima video call tersebut.

“Hai,” sapa Casey pertama kali. Alaric mungkin sedikit terkejut karenanya.

“Casey!” Casey hanya balas dengan senyuman manisnya.

“Kukira kau sudah di Spanyol, Carey.” Alaric menggaruk rambutnya yang tak gatal.

“Besok aku pulang Brother,” balas Carey.
“Aku ingin bertanya, apa isi surat yang kau berikan pada Casey?” tanya Carey penasaran.

“Bukan apa-apa,” jawab Alaric sedikit gugup.

“Ayolah, kalian bermain rahasia-rahasiaan di belakangku?”

“Tanyakan saja pada Casey, kau sudah memberikan suratnya kan?” Carey mengangguk.

“Sudah, tapi baru tadi ia memberikannya padaku.” Casey mendelik. Sementara Carey cengengesan.

"Dasar kau, Carey!" seru Alaric.

"Aku lupa, Al."

Terdengar suara decakan "Apa kau sudah membelikan oleh-oleh pesananku?" tanya Alaric.

Carey menepuk jidatnya. "Ya ampun, aku lupa."

"Kau lupa apa?" tanya Casey tak mengerti.

"Dasar kau pelupa Carey, aku tak mau tahu. Pokoknya kau harus membawakan semua pesananku, kalau tidak aku tak akan membiarkanmu pulang ke Spanyol." ancam Carey.

"Habisnya titipanmu banyak dan merepotkan." Carey mendesah.

"Memangnya apa yang Alaric pesan?" tanya Casey.

"Dia minta roti buaya, kue cucur, dodol betawi. Bagaimana ini? Aku lupa membelikannya."

"Biar aku saja yang membelikannya sepulang sekolah. Penerbanganmu malam hari kan?" Carey mengangguk.

"Masalah titipanmu besok aku belikan." ujar Casey pada Alaric.

"Kau memang yang terbaik, Casey." Alaric mengacungkan dua jempolnya.
"Ya sudah, kututup dulu ya. Teman-temanku datang ke rumah. Save flight Carey and take care Casey."

Sambungan video call terputus sepihak. Carey menutup laptopnya dan berbaring terlentang di samping Casey.

"Alaric itu tampan tetapi suka sekali makan kue cucur ya?" gumam Casey menatap plafon kamar Carey.

"Ya begitulah, kau seperti tidak mengenalnya saja."

“Hah, aku rindu dengan Alaric..”


∽介∽介∽介


Don't forget to give me vote and comment

My Amazing Brother [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang