Casey memegang keranjang bunga. Ia sedang menemani Fareel ke makam Kylie.
“Ky, maaf karena setelah beberapa tahun. Kakak baru mengunjungimu sekarang. Beberapa tahun yang menyiksa untuk Kakak, Kakak selalu mencoba melupakanmu.” Fareel mengelus nisan Kylie. “Tapi ternyata, Casey-lah yang menyadarkan Kakak, bahwa kau tak bisa dilupakan.” tangan Fareel berpindah mengelus puncak kepala Casey.
“Oh ya, Kakak belum memperkenalkanmu dengan Casey ya? Dia sekarang telah resmi menjadi adik Kakak.” Fareel merangkul bahu Casey. “Walaupun dia tidak terlahir dalam rahim yang sama dengan Kakak, tapi kakak bahagia. Kakak menyayanginya tulus, seperti Kakak menyayangimu Lily-ku.” Fareel mengucap sebuah nama kesayangannya untuk Kylie, yaitu ‘Lily’ setelah sekian tahun ia enggan menyebut nama itu.
“Bagaimana kabarmu dan kabar Mama, Lily? Aku... aku sangat merindukan kalian berdua.” Fareel tak bisa menahan air matanya, makam Kylie memang bersebelahan dengan makam Mama Fareel. Casey mengelus punggung Fareel, menenangkan lelaki yang ia sayangi.
“Kak Fareel, sudah ya.” ucap Casey. “Lebih baik Kakak mendo'akannya saja.” Fareel mengangguk. Mulut mereka merapalkan do'a
∽介∽介∽介
“Casey!” panggil Fareel dengan nada yang cukup tinggi. Mereka sekarang sudah ada di rumah. Tepatnya Fareel baru saja akan masuk ke dalam kamar Casey. Tapi suasana kamar Casey sangat memekakan telinga. Karena Casey menyetel musik terlalu keras.Setelah beberapa kali Fareel memanggil, namun tak kunjung ada respon dari sang pemilik kamar, Fareel akhirnya masuk dan mematikan speaker.
Casey yang tadi bernyanyi mengikuti nada musik, Sorry Not Sorry akhirnya berhenti. Gerakan badannya yang menari-nari tidak jelas juga ikut terhenti. Casey berbalik ke arah speaker, pandangannya malah bertubrukan dengan Fareel yang sedang berdiri di dekat speaker seraya menyilangkan tangannya di dada.
Casey malah cengengesan melihat Fareel. “Ada apa Kak? Kenapa kau tiba-tiba ada di sini?”
Fareel mengusap wajahnya. “Jadi kau tak mendengar suaraku yang beberapa kali meneriaki namamu?” Casey hanya menggeleng. Fareel berjalan, kemudian duduk di ranjang Casey. Fareel menepuk-nepuk tempat di sebelahnya, memberi kode agar Casey duduk di sebelahnya.
Casey mengangguk, mengerti dan duduk di sebelah Fareel.
Fareel memegang beberapa helai rambut Casey yang menyampirkannya ke belakang telinga gadis itu. “Terima kasih untuk yang tadi.” Fareel menghentikan ucapannya beberapa saat lalu kembali berbicara. “Kenapa kau menyetel lagu begitu keras? Kau sedang emosi? Kau masih mencintai Edric?” pertanyaan-pertanyaan itu membuat Casey menegang di tempatnya, lidahnya juga kelu.
“A....aku ti....tidak....mencintainya...” susah payah kata-kata itu keluar dari mulut Casey. Fareel menghela nafasnya. “Jangan berbohong padaku Casey. Aku sudah cukup mengenalmu. Kau putus dengan Edric kan? Tapi kau masih mencintainya?” ulang Fareel.
Casey menunduk. Hatinya tak bisa berbohong, ia mencintai laki-laki brengs*k seperti Edric. Fareel meletakkan kepala Casey di dadanya. “Aku paham perasaanmu Casey. Perempuan mana yang tidak jatuh hati pada laki-laki yang bersikap manis di depannya? Sekalipun perempuan itu punya benteng pertahanan yang kuat, pertahanan itu akan roboh seketika.” entah mengapa mendengar perkataan Fareel tadi, membuat air mata Casey jatuh ke pipinya, ia terisak di dada Fareel.
Fareel mengusap puncak kepala Casey lembut. “Terserah kau meneruskan hubungan atau tidak, itu tergantung pada keputusanmu. Aku tak memaksa kau harus mengakhiri hubungan dengan Edric. Hanya saja, aku terlalu takut. Aku terlalu takut Edric mengambil sesuatu yang berharga untuk kedua kalinya. Kau dan Carey sudah kuanggap sama seperti Lily, sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Edric masih dendam denganku karena masa lalu dan ia selalu berusaha mengambil serta merenggut semua orang yang berharga bagiku. Karena itu, aku terlalu possesive terhadapmu. Aku sangat menyayangimu dan tidak akan membiarkan satu lelaki pun merusakmu, bahkan suamimu kelak. Apalagi jika Edric merusakmu, aku tak akan tinggal diam.” Casey kembali terisak, begitu besarnya rasa sayang serta tanggung jawab Fareel kepadanya. Ia tak menyangka akan memiliki kakak seperti Fareel. Dirinya sungguh beruntung.
“Sudah, kau jangan menangis. Kau mau menyaingi mata milik panda, hah?” canda Fareel tertawa, seraya terus mengelus puncak kepala Casey.
Casey mengangkat kepalanya dari dada bidang Fareel. Casey ikut tertawa.
“Nah, ini baru adikku.” Fareel memeluk Casey.
∽介∽介∽介
Casey mengatur nafasnya, ia sedang berjalan di koridor sekolah. Kebiasaannya yang dulu muncul, tadi ia kembali berangkat bersama Fareel.Namun, di ujung koridor, Casey melihat sosok familiar. Sosok yang ingin ia hindari beberapa waktu ini.
Edric berjalan cepat dari ujung koridor menghampiri Casey. Membunuh jarak di antara keduanya. Setelah lumayan dekat, Edric langsung menggenggam jemari Casey tanpa izin. Tentu saja Casey menepisnya kasar.
“Casey, tolong dengarkan aku.” pinta Edric dengan ekspresi memohon.
Casey menatap Edric tajam. “Apalagi yang harus aku dengarkan? Kau punya hubungan dengan wanita murahan yang ada di foto itu? Atau fakta bahwa kau ingin membalaskan dendammu pada Fareel?” cecar Casey.
“Kau lebih percaya pada seorang pembunuh dan pembohong sepertinya dibandingkan dengan diriku?” Casey langsung menatap bingung pada Edric.
“Apa maksudmu!” seru Casey.
“Fareel seorang pembunuh dan foto itu hanya editan belaka!” jawab Edric dengan senyuman liciknya.
'Fareel, bersiaplah. Drama akan segera dimulai.'
Pupil mata Casey melebar.
∽介∽介∽介
Aduhh, si Edric nggak berhenti-henti cari ide buat bales dendam ye😭
Heran Author:v
Kira-kira bakalan gimana ya?
Apa Casey bakalan percaya atau enggak?
WkwkwkSebelumnya maaf kalau ada typo dan jangan lupa give me vote and comment babe❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Brother [Completed]
Teen FictionHidup Casey benar benar berantakkan saat kedua orang tuanya memilih bercerai dan menikah kembali. Ia menjadi gadis yang pemurung, suka mengunci dirinya di kamar, dan bahkan ia sering melakukan percobaan bunuh diri. Tapi hingga akhirnya ada seseorang...