Spanyol, negara dengan penuh pesona karena bangunan kunonya. Negara inilah juga, negara kelahiran Juan Manuel Garcia Martinez. Papa dari Carey dan juga Casey.
Langkah Casey terasa sangat berat saat turun dari pesawat pribadi milik keluarga Garcia. Bukan karena tas ransel yang Casey kenakan terasa begitu berat, tapi hatinya sangat berat untuk melakukan semuanya.
Diana seakan tahu yang tengah dirasakan Casey saat ini. Ia merengkuh bahu putrinya.
Sementara Carey berjalan beriringan bersama Casey dan juga Diana. Di sinilah mereka, baru saja mendarat di bandara internasional El Prat.
Mereka sudah dijemput oleh sebuah mobil mewah. Barang - barang mereka yang ada di bagasi pesawat kini sudah ada di dalam mobil itu.
Mereka langsung bergegas masuk ke dalam mobil tersebut. Setelah mereka bertiga sudah masuk, mobil itu langsung melaju sempurna menuju salah satu hotel di kota Catalonia, tempat acara ijab kabul Juan akan dilaksanakan besok lusa.
Perjalanan 12 km atau 7.5 mil akhirnya sudah ditempuh, mereka turun di hotel Garcia. Hotel mewah milik Juan sekaligus tempat acara itu akan berlangsung besok.
Mereka berdua turun dan check in. Lalu itu mereka masuk ke tiga kamar yang berbeda. Yah, kamar itu sudah benar-benar dipersiapkan oleh Juan karena kedatangan mereka.
Casey membuka tirai penutup jendela. Dari lantai 18 ini ia bisa melihat indahnya kota Catalonia.
Ia sangat ingin berkeliling kota saat malam hari, ia ingin melupakan hidupnya yang terasa pahit hanya untuk beberapa saat.Tokk tokk tokk
Seeorang mengetuk pintu, Casey langsung membukanya. Ternyata itu adalah Carey.
"Apa rencanamu nanti malam?"
Casey mengangkat kedua bahu. "Aku ingin berkeliling kota ini, saat malam hari."
"Kau ingin kutemani?" Carey menawarkan diri.
Casey menggeleng, "Tidak, aku ingin sendiri."
Carey mengangguk. "Sebaiknya kau bersiap - siap, sebentar lagi akan gelap." ujar Carey berlalu.
Casey menutup pintu. Benar kata Casrey sebentar lagi akan gelap, maka Casey bersiap-siap untuk berkeliling nanti.
∽介∽介∽介
Dengan syal yang melekat di leher dan sweater Casey berkeliling di sekitaran kota, ia melihat gemerlapnya kota ini ketika malam hari.
Casey sama sekali tidak takut tersesat karena ia sudah pernah tinggal di kota ini sebelum orang tuanya bercerai, lagipula ia sangat fasih menggunakan bahasa spanyol.
Ia membeli snack, dan berjalan kembali. Ia berhenti tepat di salah satu jembatan. Casey seakan takjub dengan arus sungai yang sangat tenang. Angin membuat anak rambut Casey yang kecokelatan menjadi terangkat.
Casey memejamkan matanya, ia sangat nyaman dalam keadaan ini tanpa harus merasakan pahitnya kehidupan. Ia benar-benar melupakan hidupnya yang begitu pahit untuk beberapa saat.
Andaikan hidupnya terus begini, tanpa ada pahitnya kehidupan. Namun Tuhan tidak akan membuat hidup manis tanpa ada kehidupan yang pahit, karena manis tidak akan pernah ada jika tidak ada pahit.
Seseorang menyentuh bahu Casey. Casey berbalik, seorang lelaki. Namun wajahnya begitu tidak asing bagi Casey.
Lelaki itu berdiri di samping Casey. "Apa semudah itu kau melupakkanku?" tanya lelaki itu.
Casey menoleh. "Memangnya aku mengenalmu?" tanya Casey keheranan.
"Kau jauh lebih baik mengenalku, kau sudah mengenalku sejak usia kita delapan tahun." ujar lelaki itu.
"Kau... kau... Alaric?" Casey mulai mengingat.
"Astaga Alaric!! Aku tidak menyangka kita bertemu setelah empat tahun lamanya." Casey bertingkah heboh.
Lelaki bernama Alaric itu tersenyum dan mengulurkan tangan, Casey menyambut tangannya. "Hey Casey, kau masih sama seperti empat tahun lalu."
"Aku benar - benar tidak menyangka," Casey memeluk Alaric erat.
"Huh kau masih saja sering ke jembatan ini, apa tidak ada tempat lain untuk 'menyendiri'?" ejek Alaric menekan kata 'menyendiri'.
"Siapa yang menyendiri sih, blee!" Casey menjulurkan lidahnya.
Alaric menarik tangan Casey. "Ayo kita cari tempat lain." ajak Alaric. Ia membawa Casey ke salah satu restoran di dekat sana.
"Pesanlah sesuatu, kau tak bisa membohongi wajahmu saat kelaparan." Alaric memberikan buku menu.
"Tampangku itu tidak minta dikasihani." Casey memiringkan ujung bibirnya.
Alaric tertawa dan mengacak rambut milik Cesey. Setelah Casey dan Alaric memesan makanan mereka mengobrol.
"Kau tambah cantik ya," ujar Alaric sambil menopang dagunya dengan tangan.
Yang dipuji tersenyum. "Aku tahu, aku cantik dari lahir." Casey sumringah.
Dan tiba-tiba Alaric mencubit kedua pipi chubby milik Casey. Casey tidak tinggal diam dan balik mencubit tangan yang dipakai Alaric untuk mencubit pipinya.
"Aduuhh.." Alaric mengaduh kesakitan dan menghentikan cubitan dari Casey.
"Siapa suruh!" Casey menjulurkan lidah.
Pelayan pun membawakan makanan yang mereka pesan. Mereka melahapnya dengan hening, namun di tengah melahap makanan Alaric kemudian melontarkan pertanyaan yang membuat Casey dengan sekejap mata menghentikan gerakkannya.
"Apa Bunda dan Papa mu masih romantis seperti dulu?"
Casey terdiam seribu bahasa, ia seketika menghentikan gerakan sendoknya dengan wajah yang tertunduk.
"Ada apa?" tanya Alaric seraya mengelus punggung Casey.
Setetes air mata yang dapat masih bisa diketahui Alaric. Alaric dengan sigap memeluk Casey erat tanpa bertanya lagi.
"Tak apa kalau tak mau cerita." Alaric mengelus anak rambut Casey.
"Mereka berpisah... dan Papa akan menikah dua hari dari sekarang..." kata Casey mencoba menahan tangisnya, namun ia tak bisa.
Sekali lagi Alaric mengeratkan pelukannya. Ia paling tidak bisa melihat Casey menangis, rasanya ia ingin mengambil rasa sedih yang Casey rasakan agar gadis itu selalu ceria.
"Sudahlah, kau harus belajar mengikhlaskan semua yang terjadi." bisik Alaric menenangkan Casey. Tak lama Casey tenang dan berhenti menangis dan melanjutkan makannya.
Selesai makan, Alaric mengantar Casey dengan sepeda motornya ke hotel Garcia.
Casey dan Alaric turun tepat di depan hotel Garcia. Ia membisikkan sesuatu ke telinga Casey.
"Ingatlah, aku akan selalu siap menemanimu kabur dalam keadaan yang tak bisa kau kontrol." bisikknya kemudian berlalu saat Casey sudah masuk.
∽介∽介∽介
Kok kayaknya nggak ada yang baca cerita ini ya? 😅
Ayolah setidaknya kalian memberi aku semangat mengetik😞
Nggak suka? Tinggalkan cerita ini.
Give me vote + comment please?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Brother [Completed]
Roman pour AdolescentsHidup Casey benar benar berantakkan saat kedua orang tuanya memilih bercerai dan menikah kembali. Ia menjadi gadis yang pemurung, suka mengunci dirinya di kamar, dan bahkan ia sering melakukan percobaan bunuh diri. Tapi hingga akhirnya ada seseorang...