"Kau lebih percaya pada seorang pembunuh dan pembohong sepertinya dibandingkan dengan diriku?" Casey langsung menatap bingung pada Edric.
"Apa maksudmu!" seru Casey.
"Fareel seorang pembunuh dan foto itu hanya editan belaka!" jawab Edric dengan senyuman liciknya. "Fareel, bersiaplah. Drama akan segera dimulai."
Pupil mata Casey melebar.
"Kau jangan asal bicara! Aku tak mempercayaimu!" bentak Casey.
"Jika kau tak percaya padaku, tanyakan saja pada Fareel, siapa itu Clara." Edric berbalik dan meninggalkan Casey yang menatapnya kebingungan. Senyum kemenangan tercetak di wajah Edric, ia terlihat seperti orang yang telah mendengarkan berita bahagia.
∽介∽介∽介
Seorang gadis tampak sedang menunggu di depan gerbang. Badannya bersandar pada gerbang tersebut, tangannya juga menyilang di dada. Tak lama kemudian ada seorang lelaki berlari, menghampirinya."Casey, maafkan aku karena kau telah meningguku lama." ucap Fareel dengan nafas yang tidak teratur.
"Tak apa Kak, ayo pulang." ajak Casey sambil berdiri tegak.
Mereka sedang ada di dalam mobil Fareel. Fareel asyik bernyanyi dengan radio mobil sementara Casey sibuk dengan pikirannya sendiri.
Beberapa menit kemudian, mobil Fareel sudah terparkir sempurna di garasi rumah.
"Kau kenapa? Tak biasanya diam seperti ini." ucapan Fareel membuyarkan lamunan Casey.
"Aku tak apa-apa Kak." Jawab Casey menggeleng.
"Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan. Aku akan menjawabnya." Fareel seringkali seperti ini, seolah tahu ada pertanyaan di kepala Casey.
Sebenarnya Casey diam karena memikirkan perkataan Edric tadi. Dia menimbang, apakah akan bertanya pada Fareel atau tidak. "Siapa Clara?" akhirnya Casey bertanya juga.
Tubuh Fareel menegang ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut Casey. "Kenapa kau bertanya tentang Clara?" bukannya menjawab, Fareel malah bertanya.
"Aku hanya ingin tahu." ucap Casey sambil menunduk. Mungkin keputusannya untuk bertanya adalah keputusan yang salah.
"Aku membunuh Clara." Casey langsung mendongak dan menatap Fareel tak percaya. Ada raut penyesalan di wajah Fareel.
"Tapi-"
"Sudah cukup! Aku tak mau mendengar penjelasanmu. Ternyata kakak yang selama ini aku percayai adalah seorang pembunuh!" sentak Casey. Ia tak ingin mendengarkan penjelasan Fareel sedikitpun. Bahkan Casey langsung turun dari mobil.
"Casey! Dengarkan aku dulu!" Fareel sempat berteriak, tapi Casey mengacuhkannya. Fareel tertunduk, dahinya ditopang oleh setir kemudi.
Casey berlari ke dalam kamarnya dan mengunci kamarnya. Ia tak ingin melihat Fareel lagi. Ia sudah tak mempercayai Fareel. Ternyata, keputusan Casey untuk mempercayai Fareel adalah keputusan yang salah.
Waktu kian berputar, hingga malam hari datang. Untuk pertama kali, Casey keluar dari kamarnya untuk makan malam, itu juga karena Diana yang membujuknya. Casey enggan keluar kamar sejak kejadian tadi siang.
"Bunda, untuk sementara waktu, mungkin aku akan menginap." gerakan sendok Diana terhenti ketika mendengar Casey berbicara seperti itu.
"Ada apa lagi sayang? Kau mau menginap di mana?" tanya Diana.
"Ada beberapa materi pelajaran yang tidak aku mengerti Bunda. Mungkin aku akan menginap di rumah seorang teman. Aku ingin belajar bersamanya." tentu saja Casey berbohong. Alasannya yang sesungguhnya adalah ia tak ingin melihat Fareel untuk saat ini. Masih ada. Pikiran Casey masih harus beradaptasi agar dapat mencerna semuanya dengan baik. Oleh karena itu ia memilih untuk tidak tinggal serumah dengan Fareel untuk saat ini.
"Kapan kau akan tinggal menginap?" oke, kelihatannya Diana menyetujui keinginan Casey.
"Besok, sepulang sekolah. Aku akan mengambil barangku dulu."
"Besok? Secepat itu 'kah? Tak bisa diundur sedikit? Ayahmu ada acara pertemuan dengan kolega besok, apa kau tak ingin ikut?" Casey menggeleng.
"Tidak, Bunda. Biar Fareel saja yang ikut." Casey menatap datar Fareel yang kebetulan juga menatapnya. Lalu Casey memutuskan kontak mata sepihak.
"Baiklah, kalau begitu selesai makan kemasi barang-barangmu agar tidak ada yang tertinggal." Casey mengangguk.
Seperti perintah Diana, Casey mengemasi barang-barang yang sekiranya perlu ia bawa. Ia tidak akan menginap di rumah Stella atau temannya yang lain. Ia akan menginap di rumahnya sendiri (kalau kalian lupa, coba baca ulang chapter 8).
Kebetulan pintu kamar Casey tak terkunci ketika seseorang tiba-tiba membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Aku tahu alasan kau meninggalkan rumah karena aku." Casey terdiam ketika orang yang membuka pintu kamarnya adalah Fareel.
∽介∽介∽介
Sorry kalau ada typo ya dan maafkan kalau chapter yang ini lebih pendek dari yang kemarin😂😂
Tapi author janji bakal update besok deh, hehehe...Eits!
Tapi tetep vote and comment for next ya!
Ditunggu lho...
Byee~Find me:
Ig: @elsaadiaz_
Id line: elsaadiaz_
KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Brother [Completed]
أدب المراهقينHidup Casey benar benar berantakkan saat kedua orang tuanya memilih bercerai dan menikah kembali. Ia menjadi gadis yang pemurung, suka mengunci dirinya di kamar, dan bahkan ia sering melakukan percobaan bunuh diri. Tapi hingga akhirnya ada seseorang...