27

2.4K 144 12
                                    

"Bun, aku berangkat duluan. Edric menyuruhku menunggu di depan komplek." Casey meletakkan sendok serta garpunya di atas piring yang sudah kosong lalu menyesap susu vanilanya hingga habis.

Mereka, tengah sarapan bersama. Tapi, Casey terkesan buru-buru menyelesaikan sarapannya. Tadi Edric mengabarinya. Ia akan sedikit telat menjemputnya karena ada suatu urusan. Jadilah Casey diminta oleh Edric menunggu di depan komplek perumahan yang lumayan jauh dari rumahnya, agar ketika Edric menjemputnya, motor Edric langsung melesat di jalan raya.

"Depan komplek perumahan itu terlalu jauh, Casey. Apa tidak sebaiknya kau berangkat dengan Fareel?" saran Diana. Casey menengok ke arah sebrangnya. Tempat dimana Fareel duduk dan menyelesaikan sarapannya. Namun, Fareel sama sekali tak menatap balik Casey.

Casey memutuskan kontak matanya dari Fareel dan beralih menatap Diana. "Tak usah Bunda," Casey menolak lalu beranjak untuk mencium punggung tangan Diana.

"Apa kau yakin?" tanya Eric saat Casey beralih mencium punggung tangannya. "Iya Yah," jawab Casey singkat. Setelah itu, Casey mengucap salam dan keluar dari rumah.

∽介∽介∽介∽

Jarak rumahnya dengan depan komplek perumahan lumayan jauh. Setidaknya membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

Sampainya Casey di depan komplek perumahan. Ia mengatur nafasnya yang tersendat-sendat. Di depan komplek perumahannya ada sebuah pos satpam di sana. Setidaknya Casey bisa menunggu Edric di sana. Beruntung saja dirinya cukup kenal dengan satpam yang berada di pos.

"Pagi Pak Ruli." Casey tersenyum menyapa Pak Ruli yang berjaga di pos tersebut. "Casey boleh duduk disini?" Pak Ruli mengangguk. "Silahkan, Nak." Casey menghempaskan pantatnya di bangku yang berada di sebelah pos satpam.

"Tumben Non Casey menunggu disini? Apa Nona dijemput seorang teman?" tanya Pak Ruli membuka percakapan diantara mereka.

Casey mengangguk. "Iya Pak," jawabnya sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

06.20

"Oh, tumben biasanya kan bersama Fareel."

Bicara soal Fareel, Casey dan Fareel tidak pernah berbicara setelah kejadian kemarin. Casey terlalu canggung untuk meminta maaf pada Fareel. Dan Fareel juga mengacuhkan dirinya.

"Enggak Pak." Casey tersenyum kecut.

15 menit kemudian....

Edric belum juga terlihat. Casey mulai gusar, ia bahkan menggigit bibir bagian bawahnya. Sepuluh menit lagi pintu gerbang sekolahnya akan ditutup. Padahal dibutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai ke sekolahnya, itu pun dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Temannya belum datang ya? Bisa telat nanti Non."

"Iya nih Pak." Casey terus menatap layar ponselnya. Tak ada pesan atau telpon satupun yang ia terima dari Edric.

"Coba di telpon." Casey mencari kontak Edric lalu menekal tombol call. Namun, bukannya Edric yang menjawab telponnya melainkan operator. Casey menjadi gelisah.

Di kejauhan Fareel melihat Casey yang gelisah menatapi ponselnya lalu beralih ke jalan raya. Kalau kalian bertanya kenapa Fareel belum juga berangkat alasannya simple. Fareel belum tenang jika adiknya belum berangkat. Maka dari itu Fareel mengamati Casey dari kejauhan.

My Amazing Brother [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang