"-Aku menyalahkan takdir mengapa semua ini terjadi? Seperti dunia tak mengizinkanku bahagia.-"
-Casey-●●●●●●
Ranjang UGD di dorong sekuat tenaga oleh para medis, Casey juga ikut mendorong ranjang itu. Di ranjang, terbaring tubuh Fareel yang sudah tak sadarkan diri.
Casey merasa bersalah, karena kecerobohannyalah Fareel yang menanggungnya. Kalau saja Casey tau ia dalam bahaya, mungkin Fareel tak perlu mengorbankan dirinya seperti ini.
**Flashback
Tubuh Fareel sudah lemas, ia melepaskan dekapannya pada Casey. Banyak darah Farel yang bercucuran.
Casey terduduk di samping Fareel. Air matanya sudah jatuh, ia meminta bantuan orang- orang disekitarnya untuk menolong Fareel.
Saat Casey hendak bangkit mencari bantuan, Fareel memegang tangan Casey. "Casey kalau aku tak kembali, aku harap kamu bisa menjaga dirimu sendiri..." lalu mata Fareel perlahan tertutup. Cesey histeris seketika, ia mencoba mengguncang-guncangkan tubuh Fareel berharap kesadaran Fareel akan kembali. Orang-orang disekitat sana mulai membantu Casey berdiri dan menenangkannya. Sementara yang lain membawa Fareel ke rumah sakit.
Off**
Casey duduk di ruang tunggu. Matanya sudah sembab karena menangis sedari tadi. Fareel sudah berada di ruang UGD dan tengah ditangani dokter. Casey cemas sekali, ia berharap Fareel akan baik-baik saja.
Diana dan Erick berjalan cepat ke ruang tunggu. Mereka mendapati Casey sedang menangis sambil memeluk lututnya di bangku ruang tunggu.
Diana menyentuh pundak Casey lembut. Casey mendongak menatap Diana. Casey langsung bangkit dan memeluk Diana erat, air matanya kembali tumpah. Diana mengelus punggung Casey lembut. Sementara Erick juga mencoba menenangkan Casey.
Satu jam kemudian seorang dokter keluar dari ruang UGD. Mereka langsung menanyakan keadaan Fareel.
"Bagaimana keadaan putra saya Dok?" tanya Erick. Dokter menatap Erick dan berkata. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Pasien terlalu banyak kehilangan darah dan kondisinya sekarang sedang koma. Mari kita berharap pasien segera sadar, kami juga butuh pendonor darah AB untuk pasien segera."
Erick, Diana dan Casey cemas mendengar penjelasan dokter. Apalagi Erick, wajahnya pucat pasi seketika itu juga.
"Tenangkan dirimu, Fareel pasti akan segera sadar." ucap Diana lembut mengelus punggung Erick. "Aku khawatir dengannya, lagipula tidak ada yang bergolongan darah AB disini." ucap Erick lemah.
"Golongan darah saya AB, saya bersedia memdonorkan darah saya Dok," Casey mengangkat suara.
Diana dan Erick langsung menatap Casey. "Apa anda yakin? Bukankah anda juga menjadi korban kecelakaan?" tanya Dokter. "Iya, saya yakin Dok. Apapun untuk Kakak saya." ucap Casey mantap.
"Baiklah, mari, ikut dengan saya." ujar Dokter, lalu Casey mengikutinya ke sebuah ruangan.
Selang yang mengalirkan darah Casey dengan tubuh Fareel terhubung.
Casey dan Fareel memang di tempatkan di sebuah ruangan yang sama. Dari balik tirai transparan Casey dapat melihat Fareel yang masih belum sadar juga.
"Kak," ucap Casey lemah.
"Sampai kapan matamu akan tertutup? Bangunlah, kami semua mencemaskanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Brother [Completed]
Dla nastolatkówHidup Casey benar benar berantakkan saat kedua orang tuanya memilih bercerai dan menikah kembali. Ia menjadi gadis yang pemurung, suka mengunci dirinya di kamar, dan bahkan ia sering melakukan percobaan bunuh diri. Tapi hingga akhirnya ada seseorang...