Brankar rumah sakit didorong oleh para medis rumah sakit dengan tergesa-gesa. Begitu juga dengan Gavin, ia mengikuti dari samping brankar sambil ikut mendorong.
Sesampainya di UGD, Gavin dipersilahkan untuk menunggu di luar. Ia mengerang frustasi sambil mengacak rambutnya sendiri, ia kalut takut terjadi sesuatu pada Casey. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Setelah memencet kontak seseorang, Gavin menempelkan benda tipis itu ke telinganya.
Setelah ia mendengar suara dari sebrang, barulah ia menghela nafas perlahan mencoba bicara dengan setenang mungkin.
“Casey, masuk rumah sakit.”
∽介∽介∽介∽
Fareel memacu kendaraannya di atas kecepatan rata-rata pada dini hari. Ia tak memperdulikan angin pagi yang sangat dingin menusuk kulitnya yang hanya memakai kaus, yang terpenting baginya sekarang adalah ia harus segera sampai ke rumah sakit.Ia tak tenang, dan tak akan bisa tenang sebelum melihat langsung keadaan Casey. Bagaimana ia akan bisa tenang? Ia terbangun ketika berada di kamar lamanya karena mendapat telpon dari Gavin, bahwa Casey masuk rumah sakit.
Setelah motornya terparkir pakiran rumah sakit, Fareel langsung membuka helmnya dan berlari ke arah UGD.
Ia menemukan Gavin terduduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Fareel memegang bahu Gavin, Gavin mendongak ketika bahunya disentuh.
“Bagaimana keadaan Casey?” tanyanya khawatir dengan nafas yang masih terengah-engah.
“Dia masih ditangani Dokter. Kau sudah mengabari Tante Diana?” Fareel mengangguk, dirinya sempat menghubungi Diana dan Eric yang tengah berada di luar kota karena masalah pekerjaan. Ketika mendengar kabar buruk itu, mereka langsung memutuskan untuk kembali saat itu juga.
Fareel gelisah, ia berjalan bolak-balik di depan ruang UGD itu. Gavin sudah berusaha menenangkannya, tapi hasilnya tetap nihil. Fareel tak memperdulikan ucapannya.
Beberapa jam menunggu, akhirnya seorang wanita keluar dari ruangan UGD, kelihatannya wanita itu adalah dokter yang menangani Casey. Gavin bangkit dan mendekat ke arah Dokter tersebut. Begitu juga dengan Fareel, ia langsung mendekat ke arah Dokter tersebut.
“Bagaimana keadaan Adik saya, Dok?” tanya Fareel pada Dokter itu.
“Pasien baru saja mendapat jahitan, ia cukup kehilangan banyak darah. Untung saja pasien segera dibawa kemari. Dia sudah sadar, hanya saja keadaannya masih sangat lemah. Kalian boleh masuk, tapi jangan mengajaknya bicara terlalu lama. Dia butuh istirahat.” terang Dokter tersebut.
“Terima kasih, Dok.” Dokter tersebut mengangguk dan meninggalkan mereka berdua. Fareel membuka kenop pintu UGD, diikuti Gavin dari belakang.
Bau alkohol dan obat-obatan langsung memenuhi aroma penciuman mereka. Casey terkulai lemas di atas brankar dengan mata terpejam, selang infus terpasang di tangan kiri Casey. Fareel dan Gavin mendekat ke arah brankar. Casey membuka matanya ketika merasakan kehadiran seseorang.
“Kakak,” ucap Casey lemah.
Fareel benar-benar tak bisa menahan air matanya ketika melihat Casey dalam keadaan seperti ini. Fareel hendak pergi, namun tangan lemah Casey menahannya untuk tetap di sisinya. Fareel akhirnya memutuskan untuk tetap berada di sisi Casey, Fareel mengusap puncak rambut Casey.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Brother [Completed]
Ficção AdolescenteHidup Casey benar benar berantakkan saat kedua orang tuanya memilih bercerai dan menikah kembali. Ia menjadi gadis yang pemurung, suka mengunci dirinya di kamar, dan bahkan ia sering melakukan percobaan bunuh diri. Tapi hingga akhirnya ada seseorang...