19

4.6K 256 14
                                    

"Hallo Casey?" suara bariton milik Edric terdengar dari seberang sana.

Degub jantung Casey kian tak karuan, ia mencoba menetralkan suaranya agar tak terdengar gugup.

"Iya?"

"Hey ini aku, Edric. Kau sedang apa?" ingin rasanya Carey menjawab seperti ini, "Aku sedang menunggu telpon darimu." Tapi tentu saja Casey tak bisa menjawab jawaban konyol seperti itu.

"Aku... aku sedang membaca novel." Jawab Casey. "Kau sendiri sedang apa?" tanya balik Casey.

"Aku sedang merindukanmu." tiga kata itu sanggup membuat Casey speechless.

"Kau bisa saja, jangan coba menggodaku!" ujar Casey dengan nada bercanda.

"Hahaha, aku serius. Rasanya ingin bertemu lagi denganmu." desah Edric.

Ingin rasanya Casey menjawab 'Aku juga ingin bertemu lagi denganmu!!' namun ia menggantinya dengan "Kapan - kapan kalau ada waktu ya."

"Hm... ya sudah dulu ya Casey, kututup dulu."

Lalu terdengar bunyi 'tut tut' Casey menghela nafas seraya menatap ponselnya. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Casey yang tidak tertutup sempurna. Muncul sosok Fareel di sana, kini berjalan mendekati Casey.

"Kau bicara dengan siapa?" tanya Fareel yang berbaring di ranjang Casey.

"Bu... bukan siapa-siapa." balas Casey agak terbata - bata.

Fareel tertawa renyah. "Kau tak cocok berbohong, Casey."

"Siapa yang berbohong?! Hanya seorang teman."

"Apa dia seorang laki-laki?" tebak Fareel.

"Darimana Kakak tahu? Jangan bilang kau menguping?" tuduh Casey.

"Aku tidak menguping. Hanya mendengarkan sedikit."

"FAREEL..!!!" pekik Casey kencang.

∽介∽介∽介


Hari ini pelajaran Casey di jam pertama adalah penjaskes. Materinya bola basket. Dan Casey suka itu. Dengan bersemangat, Casey memegang bola basket sambil berjalan ke lapangan. Ia terlalu bersemangat padahal teman kelasnya yang lain belum berkumpul di lapangan.


Namun langkah kakinya terhenti begitu saja ketika seorang berperawakan tinggi berkulit putih berdiri tepat di depan ring basket dengan menggendong ranselnya asal.

Lelaki itu berbalik, manik matanya bertemu dengan Casey. Ada ekspresi terkejut, tapi itu tak berlangsung lama tergantikan oleh senyuman yang mengulas di bibirnya.

"Casey? Hah, kita benar-benar dipertemukan lagi."

Casey kembali pada kesadarannya. "Edric? Kau... kau sedang apa di sini?"

"Jangan bilang kau bersekolah di sini?" tebak Casey.

"Yah, itu kenyataannya."
"Pelajaranmu penjas?" tanya Edric seraya melihat baju olahraga yang dikenakan Casey. Casey mengangguk.

Tanpa Casey sadari, bola basket yang ia pegang sudah berpindah ke tangan Edric.

"Hey!" sentak Casey saat kesadarannya kembali.

My Amazing Brother [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang