Casey meletakkan dua gelas jus jeruk di atas meja tamu, lalu ia duduk di di hadapan Gavin.
"Kenapa Edric?" tanyanya to the point.
"Edric bukan orang yang baik, Casey." ucap Gavin menatap Casey.
"Maksudmu?" tanya Casey lagi, ia tak mengerti maksud Gavin.
"Tadi aku melihatnya bersama perempuan lain. Mereka berdua begitu mesra." tutur Gavin.
"Apa kau punya bukti?" alis Gavin tertaut. "Edric tidak bersalah, sebelum kau punya bukti yang kuat. Lagipula, bisa saja perempuan itu keluarganya. Atau bahkan adiknya?"
"Jadi kau tak percaya dengan ucapanku? Apakah kau benar-benar mengenal Edric?" Casey terdiam. Kata Gavin ada benarnya juga, namun Casey tidak ingin mempercayai Gavin begitu saja.
"Kau benar, aku memang tak begitu mengenal Edric. Tapi aku juga belum melihatnya secara langsung."
Tanpa mereka sadari, Fareel mendengar semua pembicaraan mereka sejak Casey membuatkan minuman untuk Gavin.
Flashback
Casey mengambil dua buah gelas dari rak lalu meletakkannya di atas meja. Fareel yang kebetulan sedang berada di dapur heran saat Casey mengambil dua buah gelas.
"Ada tamu?" tanyanya pada Casey.
"Bukan, hanya Gavin. Entah ada urusan apa dia kemari." ucap Casey seraya menuangkan jus jeruk ke dalam gelas.
Fareel hanya ber 'oh' ria.
Fareel sebenarnya tidak berniat mendengar percakapan antara Casey dan Gavin namun langkah kakinya terhenti ketika Gavin menyebut nama Edric.
'Edric' orang yang sangat ia benci. Karena masa lalu nya yang berkaitan dengan Edric hingga Fareel amat membenci Edric sampai sekarang.
Tak terasa Fareel mengepalkan tinju nya. Ia berniat akan menyelidiki Edric secara langsung.
∽介∽介∽介∽
"Aku ingin bicara denganmu." ucap Casey di telpon. Iya, dia sedang berbicara dengan Edric.
"Bicara apa sayang?" tanya Edric dengan nada manjanya, Casey hanya menghela nafas. Begitulah cara bicara Edric yang terkesan sangat manja pada Casey. Sebenarnya itu hal yang wajar, tapi Casey belum terbiasa dengan hal itu mengingat dirinya baru berpacaran beberapa minggu.
"Aku tak bisa membicarakannya di telpon. Bisakah kita bertemu di cafe dekat perumahanku? Kita akan bicara di sana."
"Baiklah sayang, apa aku harus menjemputmu?"
"Tak perlu, aku bisa ke sana sendirian." Casey menutup telpon itu sebelum Edric berkata apa-apa.
∽介∽介∽介∽
Casey duduk di salah satu meja yang kosong. Hanya butuh waktu beberapa menit baginya untuk sampai di cafe yang ia maksud tadi. Sementara Edric? Batang hidungnya belum terlihat juga. Casey memakluminya, karena rumah Edric lumayan jauh.
"Hai sayang," sapa Edric yang baru saja sampai. Ia langsung duduk di bangku sebrang Casey. Nafasnya masih terengah-engah.
Pelayan membawakan dua gelas minuman yang sudah dipesan Casey terlebih dahulu, lalu meletakkannya di hadapan Casey dan Edric.
"Minum dulu," ucap Casey menyodorkan salah satu minuman untuk Edric.
Setelah menenggak minuman barulah Edric menanyakan prihal apa Casey memintanya bertemu saat itu juga. "Oh ya, ada apa kau memintaku untuk bertemu?" tanya Edric membuka pembicaraan.
Casey menelan salivanya. "Apakah kau benar-benar menyayangiku?"
Dahi Edric berkerut. "Tentu saja sayang, aku menyayangimu. Kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah kau meragukanku?" skak Edric.
"Ada yang memberitahukan padaku, kau bertemu perempuan lain dan bermesraan dengannya. Apa maksudmu? Kau hanya ingin mempermainkan perasaanku saja?" Edric terdiam.
"Siapa yang memberitahukan info tak penting seperti itu padamu? Apa kau lebih percaya dengan orang itu?" tanya balik Edric.
"Aku hanya memastikan,"
"Dengar," Edric menghentikan kalimatnya. "Siapapun orang yang memberitahukan info tak penting itu padamu, tapi aku ingin meklarifikasinya. Itu tidak benar!" jawab Edric serius.
"Aku menyayangimu Casey, tidakkah kau melihat semua perlakuan yang aku berikan padamu?" Edric meraih tangan Casey dan menggenggamnya.
Pipi Casey dibuat merona oleh Edric.
Dasar perempuan bodoh, hanya diperlakukan seperti ini saja sudah tersipu.
"Aku tak bermaksud mencurigaimu Edric, aku percaya padamu. Tapi..." kalimat Casey terputus begitu saja.
"Tapi apa?" tanya Edric tak sabar.
"Aku belum punya perasaan apapun padamu," ucap Casey jujur.
Oke, kuakui kau sulit sekali ditaklukkan. Tapi tak apa, sebentar lagi kau akan terjebak.
"Aku akan berusaha, membuatmu jatuh cinta padaku." kata Edric percaya diri.
Casey menggeleng. "Bukankah jika salah seorang pasangan yang tidak punya perasaan harus memutuskan hubungan mereka? Karena hanya ada satu yang berjuang."
"Tak apa, akan kucoba." Edric melepas genggaman tangannya dan beralih mencubit pipi Casey yang tembem. "Sekarang, kau makan ya. Beberapa hari tidak bertemu denganku, kau terlihat lebih kurus." ejek Edric tertawa sambil memanggil salah satu pelayan.
∽介∽介∽介∽
Edric mengantar Casey pulang saat senja datang, setelah membuka helm Casey, Edric langsung berpamitan pada Casey.
"Apa kau sudah puas makan dan jalan-jalannya?" Casey tersenyum seraya mengangguk. "Nah, sekarang aku pamit pulang dulu. Jangan lupa nanti kuhubungi, dan jangan lupa makan malam."
"Bawel!" seru Casey sambil menjulurkan lidahnya. Edric yang gemas langsung mencubit pipi Casey.
"Itu untuk kebaikanmu. Kalau begitu aku pulang sekarang, dah!" Edric melambaikan tangan dan dibalas oleh Casey, setelah itu dia memutar balik motornya.
Belum saja beberapa menit Edric memacu motornya, ia diberhentikan oleh seseorang.
'Fareel...' batin Edric.
∽介∽介∽介∽
Akhirnya chapter 25 selesai!
Jangan lupa kasih vote dan comment kalian di bawah ya!!!See you~
.
.Yaz
Find me:
Ig: @elsaadiaz_
Id line: elsaadiaz_
KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Brother [Completed]
Teen FictionHidup Casey benar benar berantakkan saat kedua orang tuanya memilih bercerai dan menikah kembali. Ia menjadi gadis yang pemurung, suka mengunci dirinya di kamar, dan bahkan ia sering melakukan percobaan bunuh diri. Tapi hingga akhirnya ada seseorang...