Mendekatlah, masa lalu

78 9 3
                                    

15 Juni 2014

'Bukankah itu Minho SHINee?'
'Itu Lee Haeji, wah, apa yang dilakukannya disini?'
'Apakah mereka berdua mempunyai hubungan?'

Suasana malam di seoul hari ini tidak seperti malam-malam lainnya. Di sebuah kafe yang tak jauh dari gedung sbc, duduklah dua orang yang saling berhadapan. Kopi yang hangat berada di hadapan mereka.

Haeji meneguk sedikit kopinya. Sedangkan Minho masih belum memegang cangkir kopinya sedikit pun. Suasana diantara keduanya sangat canggung. Hujan di luar pun semakin deras.

"Apa kabar?" Minho lebih dahulu memulai pembicaraan.

"Baik, bagaimana denganmu?" Tanya Haeji balik.

"Hm, seperti yang kau lihat."

"Oh begitu."

"Apa yang kau lakukan di sini? Jauh-jauh dari Amerika, bukankah kau memiliki urusan yang sangat mendesak hingga harus kembali ke korea, bukan begitu?" Nada suara Minho masih bergetar.

"Aku.. memutuskan untuk kembali ke korea."

"Baguslah."

Keheningan masih menyelimuti mereka untuk beberapa saat.

"Kudengar kau sangat sukses di Amerika. Apakah kehidupanmu di sana baik-baik saja? Kau pasti sibuk." Tanya Minho.

"Ya, kehidupanku baik-baik saja dan cukup sibuk."

"Benar, pasti kehidupanmu baik-baik saja, sibuk sehingga kau tak sempat menelpon kami."

"Aku minta maaf," kata itulah yang keluar dari mulut Haeji. Mata Haeji mulai berkaca-kaca.

"Kau minta maaf untuk apa? Apa itu kesalahanmu? Gwaencanha, aku mengerti." Minho tersenyum hambar.

"Jeongmal mianhae, Minho-ya." Air mata Haeji menetes ke pipinya. Haeji menunduk.

Mata Minho pun sudah mulai memanas, dan akhirnya air matanya jatuh.

"Apa kau tak punya kata lain yang di ucapkan selain maaf?" Minho menatap Haeji.

"Kita, kenapa kita putus? Aku, seberapa keras pun aku memikirkannya, aku tak menemukan alasannya." Minho menarik napas, berusaha untuk tetap tenang.

"Hh, kupikir aku tahu jawabannya."

Haeji masih tetap mendengarkan. Sejauh ini Minho sudah banyak menahan emosinya.

"Seperti pasangan lainnya kita juga melewati banyak masalah, tapi.." Setetes air mata Minho telah jatuh.

"Seharusnya kita tidak mendahulukan keegoisan kita masing-masing. Seharusnya kita tidak mengatakan baik-baik saja saat kita merasa kesusahan. Seharusnya kita mengatakan sakit jika kita merasa sakit." Minho menahan air matanya agar tidak keluar lagi. Minho menggertakkan giginya.

"Kenapa dulu kita melakukan itu?" Minho melepas topi yang dipakainya lalu berdiri.

"Hh, seharusnya kau merubah kebiasaan ini. Bintang top mana yang menampakkan wajahnya begitu saja?" Minho berusaha merubah nada bicaranya seperti biasa.

Minho memasangkan topinya ke kepala Haeji. Lalu meninggalkan Haeji.

Oktober 2006
(Minho pov)

"Apa alasanmu menyukaiku?" Tanya Haeji kepadaku.

"Kalau kau? Apa alasanmu menerimaku?"

"Kalau aku, karena kau baik, tampan, hebat dalam musik, dan aku merasa nyaman jika berada di dekatmu."

Dear Diary(Choi Minho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang