D-day (2)

79 6 0
                                    

(Key pov)

Penampilan kami baru saja selesai. Sejujurnya aku merasa sedikit tidak enak kepada mereka karena tiba-tiba menyelip diakhir. Suasananya juga agak kaku saat aku berada di panggung tadi. Kalau saja Taemin tidak mendapatiku bermain gitar kemaren di aula dan kalau saja aku tak terburu-buru tadi pagi, aku tak kan mau membantunya dengan percuma.

Sekarang kami hanya akan menunggu hasilnya. Aku juga mengharapkan hasil yang terbaik. Aku akan merasa buruk jika mereka gagal. Bagaimana tidak, aku tiba-tiba datang di akhir, di akhir perjuangan mereka.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Haeji menghampiriku dan duduk di sampingku.

"Ha? Oh, tidak ada, hanya memikirkan sesuatu" jawabku.

"Memikirkan apa?" Tanya Haeji.

"Hasil pertunjukan" jawabku jujur. Memang aku sedang memikirkan itu, kan.

"Oh, hasil pertunjukan? Tidak usah khawatir, aku yakin kita akan mendapat hasil yang baik. Kita kan sudah melakukannya dengan baik, apalagi kau, kau melakukannya dengan sangat baik. Padahal baru melihat notasinya kau sudah bisa melakukannya dengan sangat baik" Haeji memujiku.

Aku sangat tersanjung mendengar pujiannya. Aku sering mendengar pujian tapi baru kali ini aku tersanjung. Apa karena dia seorang perempuan? Tapi guru-guru perempuan juga sering memujiku saat di amerika tapi aku tak merasakannya. Aneh.

"Oh benarkah? Aku tidak merasa begitu" kataku sambil menundukkan kepala sedikit dan mengayun-ayunkan kakiku.

"Key, bagaimana kalau kita taman belakang sekolah? Kudengar disana ada sepasang ayunan tua" katanya.

"Boleh, ayo" aku langsung berdiri dan mengulurkan tanganku padanya. Tapi dia hanya menatap heran uluranku, dan akhirnya dia menyambutnya dengan tangannya.

Benar saja, kami temukan sepasang ayunan tua tepat di taman belakang sekolah ini. Haeji langsung menghampiri ayunan itu dan duduk di atasnya lalu berayun-ayun. Sedangkan aku masih berdiri di tempat yang sama.

"Duduklah disini" Haeji menyuruhku untuk duduk di ayunan yang ada di sebelah kirinya. Lalu aku duduk di ayunan itu.

"Apa kau tak suka ayunan?" Tanya Haeji padaku. Aku terkejut mendengar pertanyaannya, pertanyaan itu sama dengan pertanyaan yang pernah ditanyakan seorang gadis saat aku masih kecil.

"Ha? Hm, sebenarnya aku tak terlalu menyukai ayunan" jawabku jujur.

"Kenapa kau tak menyukainya? Padahal sangat menyenangkan berayun disini" tanyanya lagi.

"Saat kecil aku pernah terjatuh dari ayunan dan membuat luka di sini" aku menunjukkan bekas luka di kepalaku yang kudapat saat terjatuh dari ayunan.

"Sejak itu aku tak menyukai ayunan lagi. Tapi bagaimana denganmu apakah kau menyukainya?" Aku balik bertanya pada Haeji.

"Aku? Aku sangat menyukainya, karena ada sebuah kenangan waktu aku kecil bersama ayunan. Jadi aku sangat menyukainya" jawabnya.

"Oh begitu.." kataku.

"Hei apakah kompetisinya sudah berakhir?" Tanyaku untuk mengalihkan topik.

"Sepertinya sudah, sekarang pun sudah jam 3 sore. Kurasa mereka akan mengumumkan hasilnya sebentar lagi, ayo kita balik" ajak Haeji.

"Baiklah"

(Minho pov)

Aku tak bisa menemukan Haeji sejak tadi. Aku penasaran ada di mana dia sekarang? Sebaiknya aku mencarinya ke seluruh penjuru sekolah. Tapi rasanya mustahil, sekolah sebesar ini butuh sejam untuk mengelilinginya. Aku lebih baik pergi ke belakang sekolah saja. Disana ada sebuah bangku yang sangat nyaman. Lagi pula sekarang anginnya sepoi-sepoi sangat nyaman jika duduk disana sambil memandang taman yang ada di depannya.

Dear Diary(Choi Minho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang