Pengakuan

84 8 1
                                    

"Good morning!" Minho meneguk habis air yang dia ambil dari kulkas.

"Good morning." Haeji selesai mengikat tali sepatunya.

"Mau lari pagi?" Tanya Minho.

"Hm, mau ikut?" Tawar Haeji.

"Ya, tunggu sebentar. Aku akan bersiap-siap." Minho berkemas dengan cepat.

Seperti biasa mereka melalui jalur yang biasa mereka lalui. Mereka mengobrol seputar acara yang akan mereka datangi. Setelah berkeliling, mereka berhenti di sebuah minimarket untuk membeli minuman dan sebuah kimbap. Beberapa menit beristirahat, mereka memutuskan untuk pulang.

Key yang sedang membaca buku di atap, melihat Minho dan Haeji pulang bersama. Hari ini Key merasa kesal melihat mereka bersama. Keinginan untuk mendapatkan Haeji kembali muncul perlahan. Ini biasanya tidak terjadi, tapi entah kenapa perasaannya kepada Haeji semakin besar.

"Haruskah aku meminta Haeji kembali? Lagi pula Minho dan Haeji belum menjalin hubungan apa-apa. Bukankah ini kesempatan besar bagiku?" Pikiran itu sempat terbersit di benak Key.

Sedangkan Taemin baru saja selesai menelpon Hae yeong. Taemin berpapasan dengan mereka berdua.

"Oh, hyung, Haeji! Baru selesai jogging?" Taemin menghampiri Minho dan Haeji.

"Eung," jawab mereka berdua.

"Ayo sarapan, Onew hyung baru saja membuat sarapan." Kata Taemin.

Mereka sarapan tanpa Key, karena Key sekarang sedang berada di atap dan tak mau diganggu.

"Ada yang tahu Key dimana? Aku tak melihatnya sejak tadi." Tanya Onew sambil membereskan piring-piring di atas meja.

"Tidak." Jawab Minho.

"Kurasa dia sedang di atap sekarang." Jawab Haeji, sambil membantu Onew membereskan piring-piring itu.

"Oh begitu, apa kau bisa memberi sarapan ini padanya Taemin?" Onew memberi sebuah nampan berisi dua lembar roti panggang, selai strawberry dan segelas susu pada Taemin.

Saat Taemin hendak mengambil nampan itu dari tangan Onew, Haeji merebutnya.

"Aku saja, oppa. Lagian aku juga ada yang ingin ku bicarakan dengannya." Kata Haeji. Haeji segera menghilang dari dapur.

"Sepertinya dia sudah benar-benar baik." Kata Onew pada Minho.

"Entahlah." Jawab Minho.

Di atap, Key sudah tertidur di bawah terik matahari pagi. Sudah setengah jam ia tertidur. Buku yang dibacanya tadi nyaris jatuh ke lantai.

Haeji mendekati Key dan menaruh nampan di atas meja yang berada di sampingnya. Haeji mengambil buku yang dipegang Key dan menaruhnya di atas meja.

Haeji menaruh tangannya tepat diatas wajah Key sehingga wajah Key teduh dari sinar mentari. Key membuka matanya perlahan saat Haeji menaruh tanggannya.

"Ah, kau sudah bangun? Onew oppa menyuruhku untuk memberikan sarapan padamu." Haeji segera berbalik badan dan hendak kembali ke bawah tapi Key lebih dulu menarik pergelangan tangan Haeji sehingga Haeji terhenti.

"Gomawo."

"Hm," Haeji berbalik menghadap Key. "Tapi bisakah kau melepaskan tanganmu?"

Perkataan Haeji sangat jelas dan tegas, menyiratkan bahwa ia sedang berusaha melupakan Key. Hal itu membuat Key menyadari bahwa segala sesuatu yang ia perbuat telah menyakiti Haeji sangat dalam, hingga sulit baginya untuk melihat Key lagi.

Dengan cepat Key melepaskan tangannya dan Haeji pergi dari hadapan Key.

"Mianhae, Haeji-ya."

Haeji menuruni tangga dengan cepat, lalu dengan cepat pula ia berhenti. Haeji menggenggam erat pegangan di sampingnya, takut ia akan goyah seperti hatinya. Hatinya belum sepenuhnya melupakan Key, masih ada getaran dalam hatinya. Padahal ia sudah berusaha keras untuk melupakannya. Ternyata keputusannya hari ini tidaklah tepat untuk menemui Key secara empat mata. Keputusannya membuatnya goyah kembali.

Dear Diary(Choi Minho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang