Malam yang dingin

138 8 0
                                    

"Kau dimana haeji" minho mengayuh sepeda dengan kencang sambil melihat ke kanan dan kiri. Lalu dia melihat seseorang di ujung sana. Itu Haeji!. Dia segera mengayuhnya dengan sekuat tenaga tapi entah kenapa belum sampai di tempat haeji dia langsung menghempaskan sepeda itu dan berlari kencang ke arah haeji.

Bugh..minho memeluk haeji saat dia sudah berada di depan haeji. "Sudah tidak apa, gwaencanha haeji-ya. Berhentilah menangis, aku sudah datang" minho mendekap haeji di pelukannya, lalu mengusap-usap rambutnya. Lalu haeji menangis di pelukan minho. "Huaa.. aku pikir aku akan mati.." katanya terisak. Minho tersenyum simpul. "Bagaimana kau bisa mati jika ada aku disini" gurau minho.

(Minho pov)

"Hkm.." aku mencoba membuka pembicaraan setelah kejadian 5 menit yang lalu. Kami berjalan kaki karena saat ku banting sepedanya tadi, rantainya putus. "Apakah kau sudah baik-baik saja?" Tanyaku. "Hm" dia hanya menunduk. "Tapi kenapa tadi kau malah menangis saat aku datang?" Tanyaku lagi. "Itu karena aku terlalu senang" katanya sambil menutup mukanya dan memukul bahuku pelan. Tiba-tiba dia terduduk. "Aww" ringisnya. Kulihat lututnya berdarah dan tangannya sedikit lecet.

"Ah apa yang terjadi dengan kakimu?" Aku mengeluarkan sapu tanganku dan membalut luka di lututnya dengan sapu tanganku itu. "Apakah sudah baikan?" Tanyaku sambil memperbaiki letak sapu tangan itu. "Sudah, terima kasih" katanya. Lalu kubantu dia untuk berdiri.

"Apakah kau sungguh baik-baik saja?" Pastiku. "Ya" katanya pelan. Tapi dia jalan dengan terpincang-pincang. "Baik apanya?" Aku langsung berhenti dan menyuruhnya untuk duduk di sepeda yang dari tadi ku giring. "Sudah naik saja" akh memaksanya untuk naik ke sepeda itu. "Baiklah" jawabnya pasrah karena dia tak ada kekuatan lagi untuk melawanku.

Ku dorong sepeda yang dinaiki oleh haeji. Sesekali kulirik wajahnya yang letih itu. Kemudian aku tersenyum mengingat kejadian tadi.

(Author pov)

"Gila kau" kata onew sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sekarang mereka sedang mencari minho dan haeji dengan menggunakan mobilnya. "Sebanarnya apa yang kau pikirkan saat meninggalkannya tadi ha?" Onew tampak sedikit marah tapi juga khawatir. "Mianhe hyung" jawab taemin dengan memelas. Onew hanya menjawabnya dengan elahan napas.

Beberapa menit kemudian baru mereka menemukan minho dan haeji yang sedang berjalan. "Itu mereka!" Tunjuk taemin ke arah kiri mobil. Onew langsung menghentikan mobilnya di depan mereka. Lalu onew dan taemin langsung turun dari mobil. "Haeji-ya apakah kau baik-baik  saja?" Tanya taemin. "Bagaimana bisa dia baik-baik saja, bodoh" onew memukul kepala taemin pelan.

"Aku baik-baik saja taemin" jawab haeji. Di lihat dari raut wajah taemin tampaknya taemin sangat merasa bersalah. Taemin membantu haeji naik ke mobil sedang minho meletakkan sepeda yang tadi di pakainya ke bagasi.

"Kau sungguh baik-baik saja?" Onew hyung bertanya pada haeji. "Hm, aku baik-baik saja karena minho bersama ku tadi" jelasnya. "Baiklah kita balik ke villa" onew tancap gas kembali ke penginapan.

(Minho pov)

Kami sampai di penginapan 10 menit kemudian. "Kita sudah sampai" kata onew hyung. Kami keluar dari mobil satu-satu. "Kita bahkan tak sempat menyicipi makan malam kita" sahut onew hyung. "Kenapa kita tak makan sekarang saja?" Tanya haeji. Semua orang menatap kearahnya. "Hm? Wae? Kalian tak ingin makan? Aku sudah lapar" jawabnya lalu beringsut menuju meja yang diatasnya masih terdapat makanan yang belum di sentuh dan tentu saja sudah dingin.

"Dia ingin makan? Hm baiklah" kataku lalu aku pergi ke meja itu. Aku mengemasi makanan itu dan memanaskannya kembali. "Tidak lama" kataku pada mereka. 3 menit kemudian makanan yang tadi ku panaskan sudah tersedia kembali di meja. "Hm tampaknya enak" kata haeji. "Selamat makan!" Taemin mendahului kami dan menyicipi masakanku lebih dahulu.

Dear Diary(Choi Minho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang