3. Naya dan sebuah prinsip

363 8 0
                                    

"Sebenarnya sih buat memilih cowok tidak perlu pakai kritera-kriteria khusus, karena untuk merasa cocok dengan seseorang, perasaan itu akan datang dengan sendirinya"
***

Panasnya matahari, bubaran sekolah tidak menyurutkan keceriaan wajah siswa-siswi SMA Merdeka. Banyak diantara mereka sedang asik bersendau gurau, tertawa ramai sambil menunggu angkot dan jemputan pulang. Penat, kantuk dan sgala rasa bosan yang mereka alami selama mengikuti pelajaran hilang seketika.

Siang itu, Naya mengajak Wina main ke rumahnya, rencananya mereka sih mau nonton  film.

"Gimana Na, jadi nggak?"
"Yuk!" Wina sih oke-oke aja, lagian di kost juga tidak ada kerjaan. Kalau ke rumah Naya,  lumayan  dapat makan siang gratis. Buat anak kost, makan gratis adalah berkah yang menguntungkan. Apalagi kalau boleh nambah. He..he..Ngarep!

"Kamu udah bilang Adit belum, kalau mau ke rumah aku? Ntar dicariin lagi!"

"Tenang Nay, katanya dia mau nyusul kok abis latihan basket!"

"Hah? Siang-siang begini latihan basket? Nggak takut item tuh, nggg....tapi nggak papa sih lagian Adit udah agak-agak item. Daripada nanggung, diitemin aja sekalian hehe!"  Naya nyegir.

"Yeee, biarpun item Adit itu baik, super perhatian, cinta dan sayang sama aku. Daripada kamu,  punya pacar juga enggak!"

"Pacar??? Aaah....Enggak usah bahas itu deh, bikin males aja! Jadi ke rumah?"

"Jadi dong!" Wina lalu mengapit lengan Naya semangat, "Yuk, nyari taksi!"

"Taksi??? Engga-enggak biar ngirit kita naek bus aja !"

"Bus?"
"Iya!" jawab Naya sembari melengang ke halte depan sekolah.

Sekian menit berdesak-desakkan dalam bus, akhirnya sampai juga di rumah Naya. Ini memang bukan pertama kalinya Wina datang ke rumah Naya, tapi ini pertama kalinya Wina  naik bus. Wina sendiri heran, apa sih enakknya naik kendaraan umum ini?

Pertama, kita harus menunggu sampai kendaraan ini penuh. Tidak bisa di bokking seperti taxi, masih bagus kalau penumpangnya sepi,  didalam bus begitu kita masuk  langsung berdesak-desakan dengan penumpang lain  yang berbeda jenis, beda karakter, juga beda postur tubuh, mending kalau kita punya badan gemuk atau tinggi, Wina??? Si kecil imut yang sering dipanggil Aira "bayi mini" ini hampir pingsan diapit ketiak-ketiak para penumpang kendaraan tak berAC itu.

Kedua, sudah masuk desak-desakan, diapit ketiak-ketiak bauk, tidak dapat tempat duduk pula. Pemilik kendaraan angkutan umum sepertinya lebih mengutamakan uang  dan keuntungan daripada kenyamanan serta keamanan penumpang. Bahkan tempat yang sudah penuh sesak, sopir masih saja mncari penumpang. Padahal suara mesinnya sudah seperti kerbau mengamuk.

Tiga, ditanya soal kesan, enggak enak deh naik bus. Enakkan juga naik bajaj, udah lucu, aman, bayarnya bisa di tawar, bisa buat pijet terapi pula. Naik bajaj itu kan bikin kita gemetaran otomatis. Semakin kenceng abang bajajnya menancapkan gas, makin terasa pijet terapinya.

"Assalamualaikum Mama...!" sapa Naya hangat begitu masuk rumah.

Rumah Naya termasuk  paling asri dikompleknya, cat rumahnya cerah dengan taman luas yang banyak ditanami bunga dan pepohonan. Ada anggrek, teratai, kaktus, kamboja, mawar, melati semuanya indah. Wina suka suasana rumah Naya.

Cinta Setinggi Bintang  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang