21-Pengakuan Cinta

207 9 0
                                    

"Mungkin benar, mengekspresikan perasaan cinta itu tidak harus ada kata cintanya. Kita bisa melakukan dengan cara lain, seperti menunjukkan perhatian lewat persahabatan"

Pagi ini Abel datang menjemput Aira dan Arga ke rumah, mereka berangkat sekolah bareng. Insiden sengaja sih, supaya Abel bisa barengan sama Arga. Jadi, Aira disuruh berbohong ke Arga kalau motornya sedang bermasalah. Trus datanglah si Abel sebagai dewi penolong yang siap nebengin mereka ke sekolah.

"Untung ada elo Bel, kalau enggak, wah gue ama abang gue yang cakep ini nggak bisa sampai sekolah!" Dikatakan begitu di depan Arga, otomatis Abel senang.

"Ahhh...bisa aja elo, Ra, jemput setiap hari juga gue nggak keberatan, kok!" balas Abel sambil cengar-cengir dengan wajah malu-malu.

"Duh, so sweet baik banget lo Bel, oke let's go...!" kata Aira begitu ia duduk dan selesai memasang sealbalt.

"Nggg....tapi Ra, elo yang nyetir, ya? Gue mau duduk di belakang, mau tanya-tanya PR sama Arga. Ya ya ya!" mohon Abel sambil berkedip-kedip sengaja memberi kode kepada Aira.

Aira manyun kalau tidak demi kemeja Ripcul garis-garis yang dijanjikan Abel, dia mana mau diminta nyetir.

"Mmm...Oke!" jawab Aira akhirnya. Lalu Abel pindah duduk ke belakang bersama Arga, tampang Aira menjadi keki kayak sopir.

***

Gerbang sekolah pagi ini kelihatan rame sekali, termasuk anak-anak yang sedang pada rebutan parkir mobil. Arga permisi turun untuk masuk kelas duluan karena dia piket.

Di waktu yang sama, Naya melihat Aira sedang berdua bersama Abel, mereka baru saja turun dari mobil Abel. Ini sudah jelas, kalau mereka  memang punya hubungan dekat, kemana-mana mereka selalu terlihat berdua.

"Eh Ra, Naya ngeliatin kita tuh. Kayaknya dia jealous banget!" kata Abel yang merasai sedang diperhatikan oleh Naya.

"Masa sih???"
"Lihat aja!" dengan dagunya yang panjang Abel menunjuk ke arah Naya,

Aira lalu membuka pintu kemudi dan keluar dari mobil. Begitu Naya sadar Aira sedang memperhatikannya, Naya pergi tanpa senyum.

"Benerkan, dia cemburu. Buktinya dia langsung kabur. Hehehe...Elo sebenernya juga suka kan sama dia!" tandas Abel sambil menjawil pipi Aira yang sudah  memerah.

"Nggak kok....kita cuma temen!"
"Alah...udahlah Ra, kalau sama gue nggak usah bohong, ngaku aja knapa sih?"

"Iiih, lo apaan sih Bel, udah ah gue mau masuk kelas. Ini kunci mobil elo!" Aira berlalu dengan sewot.

***

Malam semakin mencekat dengan deru dingin angin yang menembus lewat jendela kamar Aira. Aira berhenti mendentingkan gitarnya, perhatiannya beralih ke arah luar jendela.

Hujan yang semula gerimis, menjadi kian lebat menurunkan gemercik-gemercik air dari langit. Sambil duduk bersila di balkon, Aira  kepikiran soal Naya.

"Bener nggak sih kalau gue jatuh cinta sama Naya, seperti yang dibilang Abel, tadi? Kenapa gue tiba-tiba mikirin dia!" gumam Aira.

Setelah beberapa hari jauh sama cewek itu, Aira menjadi kangen. Senyumnya, tawanya, bawelnya. Aira menyesal sudah marah sama Naya, bahkan sampai bentak-bentak dia kayak kemarin.

Kejujuran kini mengalir pelan di hati Aira kalau ternyata dia jatuh cinta sama Naya.

"Gue seneng punya perasaan ini, rasanya berbunga-bunga!" Aira terus membatin sambil menikmati malam dan memikirkan Naya.
Dentingan gitar terus mengalunkan lagu cinta yang dikhususkan untuk Naya...

Cinta Setinggi Bintang  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang