7. Sahabatan

212 6 0
                                    

"Berbahagialah orang yang
berbakat menjalin persahabatan,
karena hal itu merupakan salah satu karunia Tuhan yang terbaik...
Menjalin persahabatan meliputi banyak hal
Terutama untuk tidak mementingkan diri sendiri. Dan untuk menghargai keluhuran jiwa dan daya tarik orang lain"

Pulang sekolah, Aira langsung melempar tasnya ke sofa.

"Mmm...!" laki-laki itu mengendus lapar, karena harum masakan Mama memenuhi ruangan. Aira segera  mengambil piring dan sendok. Begitu juga Arga, cepat-cepat ia menyendok rendang buatan Mama. Semua mengakui kalau masakan Mama memang enak banget, dengan keahlian memasaknya, Mama sampai membuka usaha cattering di rumah.

Aira dan Arga, walaupun terlahir menjadi laki-laki tulen tapi segala alat memasak seperti panci, celemek, mixer, blender, sampai penggilas adonan sudah biasa mereka gunakan. Mereka sering bantu-bantu Mamanya membuat kue pesanan ibu-ibu arisan. Hasil bisnis cattering sangat lumayan untuk di tabung, toh tak lama lagi Arga dan Aira harus melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dan itu jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Sejak Papa meninggal empat tahun yang lalu. mamalah yang menanggung hidup mereka. Meskipun Mama masih menerima uang pensiunan dari kantor almarhum Papa, tapi Mama lebih suka menyibukkan diri di rumah. Papa meninggal  karena serangan jantung, Arga dan Aira masih ingat masa-masa terakhir Papa di rumah sakit. Semenjak itulah, Mama melarang mereka berdua untuk keluar sampai larut malam. Mama khawatir kalau terjadi apa-apa dengan mereka, karena sudah tidak ada lagi sesosok Ayah yang selalu dibutuhkan untuk melindungi kita.

Setelah makan siang, Aira buru-buru cuci muka dan ganti baju. Siap-siap pergi  bersama Naya.  Sedangkan, Arga yang paling hobi nge-game langsung masuk kamar, dan menyambar stick PS. Dari kecil begitulah mereka, masing-masing punya sifat yang berbeda. Aira tipe orang yang  usil dan suka membangkang. Sedangkan, Arga tipe cowok pendiam dan selalu mengalah dengan apa yang diinginkan Aira, adiknya.

Begitu Aira sampai di rumah Naya, Naya sudah menunggunya di teras. Aira minta maaf karena terlambat.
"Nggak papa kok, lagian aku yang terlalu on time!" Selalu on time untuk kamu Ra! lanjut Naya dalam hati.

Aira menyerahkan helm pada Naya, "Yuk berangkat!"  lalu Naya segera  naik ke boncengan Aira, motor melaju pelan, menyusuri jalan menuju Mall. Udara sore yang teduh dengan siraman matahari dari arah barat membuat suasana hati Naya kian bahagia.

Setelah membeli banyak buku tentang basket, mereka mampir ke Bulletin toko cd langganan Aira.  Setelah memilih-milih, Aira mengambil banyak cd musik. Tanpa malu-malu cowok itu bernyanyi dengan riangnya. Naya langsung pura-pura paham dengan lagu yang dinyanyikan Aira. Kebetulan dia pernah mendengar lagu itu dikost Wina. Wina juga sama, dia pecinta musik manca.

"Green Day itu band klasik, tapi asik lho Nay...musiknya gue banget!"
Naya cuma manggut-manggut, tak berkomentar. Habis dia tidak tahu sama sekali dengan musik itu. Tapi paling tidak dia harus bersikap sok nyambung, di depan cowok yang menjadi idamannya sejak SMP.

Setelah memilih-milih, akhirnya...Aira membeli empat CD sekaligus. Selain basket, dia hoby sekali musik.

"Elo enggak beli apa-apa, Nay?"
Naya menggeleng, "Enggak!"
"Oooh...!"  Aira bersungut, lalu ia ke kasir untuk membayar.

"Trus kita lanjut ke mana, Ra?" tanya Naya, begitu mereka keluar.

"Terserah deh, mau ke mana!" 

Cinta Setinggi Bintang  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang