2. Basket Is My Favorit

329 7 0
                                    

"Jadi tidak hanya butuh skill hebat untuk bermain basket tapi juga berfikir untuk setiap kesempatan dan kemauan yang kuat!"
                                         ***
Kriiing....!!!
Suara telpon berdering, di ruang Tata Usaha SMA Merdeka. Tak lama  setelahnya lelaki separuh baya mengangkat telpon.

"Selamat pagi, SMA Merdeka.  Ada yang bisa kami bantu? Oooh...ya baik, surat dan dokumen Ibu sudah kami terima. Nanti saya sampaikan kepada kepala sekolah. Baik, terima kasih kembali, Bu!"

Ceklek!
Telpon tertutup, bersamaan dengan murid laki-laki yang tau-tau berdiri di depan meja kerja Pak Kodim. Karyawan Tata Usaha Sekolah yang terkenal super sibuk. Saking sibuknya, meja kerja bapak yang memiliki kumis hitam tebal tapi rapi ini, selalu terlihat berantakan. Buku, pulpen, sisir, gelas, map-map, sendok, sampai gunting  pemotong tanaman juga ada  di atas meja.

"Ada yang bisa saya bantu? Seperti biasa waktunya cuma lima menit!" ucap Pak Kodim seperti biasanya. Setiap siswa yang berurusan dengan beliau, mereka hanya diberi waktu  lima menit.

"Maaf pak, saya mau minta berkas proposal yang kemarin saya ajukan, tentang persetujuan pertandingan basket lawan SMA Negeri Tunas Angkasa!" kata laki-laki yang ternyata Aira.

Dengan kaca mata yang hampir melorot diujung hidung, Pak Kodim  meneliti Aira dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Baik, tunggu sebentar!" Pak kodim segera beranjak ke ruang kepala sekolah.

Sambil menunggu, Aira melihat-lihat meja Pak Kodim. Ujung matanya menyidik seperti mengamati sesuatu, ia tertarik begitu melihat pas foto yang tertempel di ujung surat yang baru saja dibaca oleh Pak Kodim. Diambilnya kertas itu dengan hati-hati, jantung Aira sempat berdengup tetapi tidak sampai mengeluarkan keringat seperti yang pernah ia rasakan ketika minum segelas teh hangat milik Pak Kahar,  di ruang guru.

Waktu itu Aira haus sekali, berdiri hampir dua jam di kantor guru karena hukuman tidak mengerjakan PR. Toh hanya segelas teh, tidak masalah kalau diminum. Pikir Aira saat itu.

"Tapi, mengambil milik orang lain tanpa izin, tetap saja dalam hukum agama itu berdosa Aira!" dalih Pak Kahar panjang lebar.

Aira menengok ke kanan dan kiri, aman!  Aira kemudian mengambil dan mengamati  pas foto ukuran 3x4 itu.

Deg!
Muncul gejolak luar biasa dalam diri Aira. Rasanya begitu familiar wajah gadis yang ada dalam foto itu. Tapi siapa? Belum sempat mengamatinya lebih dalam, Pak Kodim kembali ke ruangannya. Aira buru-buru meletakkan dokumen itu dan berusaha menyembunyikan wajah pucatnya karena gugup.
"Kamu kenapa?" tanya Pak Kodim menyidik, alisnya yang tebal sedikit terangkat.

"Nnng..nggak, nggak papa Pak!" jawab Aira sambil berkali-kali menggeleng.

"Yakin kamu nggak papa?"
"Ngg...nggak Pak! oh iya...gimana Pak, apa Kepala sekolah setuju dengan proposal yang kami ajukan?"

"Iya, beliau sangat mendukung pertandingan ini. Sukses ya, Ra!" dengan seuntas senyum yang merekah di bawah kumisnya yang tebal, Pak Kodim mengembalikan surat itu kepada Aira.

"Terima kasih banyak Pak, terima kasih!" Aira senang mendengarnya.

"Iya-iya, baiklah ini sudah lima menit. Saya masih banyak urusan!"

"Iya Pak, terima kasih juga atas lima menitnya. Permisi!" dengan riang gembira Aira  meninggalkan ruang tata usaha.

"Iyesss...Bakal ada pertandingan lagi!!" teriak Aira girang, seperti orang  collaps.

***

"Wow...Jadi kepala sekolah setuju, dengan pertandingan kita lawan SMANTA?" Adit langsung antusias begitu Aira bercerita tentang surat persetujuan pertandingan basket itu.

"Waaah...bagus-bagus!" lanjut Adit yang juga termasuk salah satu anggota "ELBA". Saat ini, mereka sedang berada di kantin, bersama Arga, Wina, dan Naya seperti biasanya.

Kantin SMA Merdeka luas, terletak di samping lapangan basket yang langsung mengarah ke pintu belakang. Selain luas, tempatnya juga nyaman dan menyediakan berbagai macam makanan. Mulai dari bakso, siomay, mie ayam, karedok mpek-mpek sampai mpok-mpok pada antre es serutnya Pak Komar.

"Aku doain tim kita sukses...!" ucap Wina sambil mencomot batagor kesukaanya.

"Amiiiin....!" sambung Naya.
Arga yang sedang menggulung mie ayam pake garpu tak kalah antusias. Ia memberikan informasi, startegi dan taktik baru dalam permainan bakset kepada Adit dan Aira. Seperti strategi menyerang, merebut bola dan pergantian formasi.

"Jadi, nggak hanya butuh skill hebat untuk bermain basket tapi juga berfikir untuk setiap kesempatan dan kemauan yang kuat!" lanjut Arga membuat Aira dan Adit menjadi smakin percaya diri. Apalagi banyak yang memberikan dukungan kepada team-nya.

"Kita harus slalu kompak dan bersatu demi kemajuan tim basket kita!" tandas Aira semangat.

"Seep..!" balas Adit tak kalah semangat sambil mengangkat ibu jarinya, seperti iklan RCTI Oke. Naya, Arga, dan Wina  ikutan bersorak, "Siiip!!!"

Hari ini begitu menyenangkan untuk dilewati. Ada tawa...Ada cinta.. Ada kesetiaan... Dukungan serta kebersamaan persahabatan.

Di tengah tawa mereka berlima, Aira teringat tentang pas foto yang dilihatnya di meja Pak Kodim tadi pagi. Aira seperti mengenal perempuan dalam foto itu. Tapi siapa ya???Aaah...Tau dah! Aira, membuang jauh pikiran itu.

***

Cinta Setinggi Bintang  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang