"Hei,"
What the hell?
Didepanku sekarang, berdiri seorang cowok yang masih mengenakan seragam sekolahnya, masih menyandang tas sekolah dipunggungnya. Dia sedang menatapku dengan tatapan entahlah, Aku tak bisa memastikan tatapan apa itu.
Dia. Di dalam kompleks ini. Di lingkungan rumahku. Di teras rumahku. Di depanku.
Alvin.
Bahkan walaupun dengan pintu yang dibuka tidak lebar ini, Aku masih bisa melihat dirinya dengan sangat jelas.
Ngapain dia disini?
"Hei?" sapanya, lagi. Aku tersentak. Dan aku kembali pada dunia nyata.
"Ah, hei. Kok—"
"Ev, Ada siapa?" kudengar Kak Evan bersuara dari dalam. Aku menoleh kedalam rumah dan melihat Kak Evan sedang berjalan kemari.
Oh no! Kak Evan nggak boleh tau kalau yang bertamu itu Alvin. Bisa-bisa dia ngajak orang ini masuk, dan semua penyamaran yang telah kubangun selama hampir tujuh tahun habis sudah.
"Sebentar," Kulihat Alvin mengangguk sekali lalu Aku menutup pintu itu perlahan dan berjalan kearah Kak Evan yang sudah tinggal dua meter dari pintu.
"Ng-nggak ada siapa-siapa kok, Kak." Aku tersenyum janggal. Kak Evan mengangkat satu alisnya, tak percaya dengan perkataanku. Ah, Aku mungkin bisa berbohong dengan baik pada semua orang tapi kalau yang kubohongi adalah Kakakku sendiri yang sudah kuanggap sebagai sebagian dari hidupku, itu tidak mungkin berhasil. Dan Kak Evan tau itu.
"Lo bisa bohongin Mama atau Papa atau siapapun di dunia ini, tapi lo tau lo nggak bisa bohongin gue, Ev."
Sudah kuduga.
Dengan santainya Kak Evan berjalan lagi mendekati pintu. Aku dihiraukan begitu saja dibelakangnya. Dengan cemas, Aku berlari mendahului Kak Evan dan berdiri didepan pintu dengan diriku menghadap Kak Evan sambil merentangkan tangan, mencegat agar Kak Evan tidak membuka pintunya.
"Ev, lo ngapain sih?"
"Sstt!"
"Ah, lo bikin gue ikut-ikut kepo tau nggak." Kak Evan menyingkirkan Aku dengan tangannya dan tak bisa kulawan. Dia pun mulai membuka pintu itu.
Oh, mati aja gue sekarang! Berpikir-berpikir, Ev!!
"Sebentar!"
Aku menghentikan pergerakkan Kak Evan, mencoba menarik tangan Kak Evan yang sudah memegang gagang pintu. Kak Evan menoleh padaku, "Apa?"
Aku menghembuskan nafas pasrah. "Biar gue yang buka." Kak Evan kemudian mundur tiga langkah. Aku pun memegang gagang pintu itu, lalu membuka pintu itu sedikit dengan perlahan.
Aku mendapati Alvin masih berdiri didepanku dalam posisi yang sama persis seperti sebelumnya. Seolah-olah dia itu sebuah foto besar. "Maaf, Ada apa?"
Dia kemudian mengambil sesuatu di dalam tasnya, dan Aku merasa kalau Kak Evan sudah ada tepat disamping kananku, tertutup pintu yang hanya kubuka sedikit. Syukurlah.
Setelah barang yang dia cari—yang ternyata sebuah buku tulis—sudah didapatkan, dia menutup tasnya kembali. Alvin pun menyodorkan bukunya padaku dan Aku menerimanya. Aku menatapnya sambil mengerutkan kening,
"Itu buku Sejarah lo, ketinggalan di kolong meja. Tadinya sih gue nggak pengen kembaliin, tapi ada pr dan besok dikumpulin yah...." dia kemudian mengedikkan bahunya. Aku pun melihat buku itu dengan seksama. Di depan buku itu tertulis namaku dan mata pelajaran dari buku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelin
Teen FictionIni tentang hidupku. Tentang hidupku yang berubah sejak aku menjajaki masa sma. Beban menjadi saudara kembar dari cowok populer di sana yang dirahasiakan. Memiliki sahabat baru yang tak pernah kubayangkan dan sahabatnya yang juga te rnyata sahabat E...