Rabu.
Hari dimana aku akan mengikuti ekskul band untuk kali pertama.
Err ... jujur saja, ini sedikit mengerikan. Maksudku, aku tidak pernah mengikuti organisasi apapun yang ada. Entah di lingkungan rumah ataupun sekolah. Dan ini membuatku mual setiap ada seorang murid yang lewat di depanku sambil membicarakan tentang ekskul minggu ini.
Oh, mereka semua sangat bersemangat tentunya. Kecuali aku, mungkin.
Bel tanda pelajaran untuk hari ini berakhir tinggal satu jam lagi. Dan aku bahkan hampir tidak bisa mendengar apa yang diterangkan oleh Bu Indah, guru fisika kelasku, tentang besaran vektor, karena pikiranku melayang-layang bagaikan kunang-kunang berterbangan.
"Ev!" suara desisan Alvin membuyarkan lamunanku. Aku menoleh kearahnya yang tengah menatapku tajam. Kedua bola matanya mengarah kesamping. Aku mengikuti pandangannya dan melihat Bu Indah tengah memandangku tidak senang.
Kutampakkan senyuman tipis meminta maaf. Bu Indah pun kembali meneruskan pelajaran seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Untung saja tidak ada satu pun murid yang memperhatikan kejadian tadi.
Aku menatap Alvin sebentar. Kemudian, terbentik sebuah ide muncul. Kutulis satu buah kalimat pada robekan kertas, lalu kusodorkan pada Alvin tanpa sepatah kata.
Terima kasih.
–E
Alvin membaca tulisan tersebut. Dia pun membalasnya, dan segera menyodorkan kertas itu kembali padaku.
Sama-sama.
–A
*~*
*~*
Aku berjalan tak tentu arah di koridor lantai satu. Berusaha menemukan ruangan band yang menjadi tempat berlangsungnya ekskul band. Aku tak tahu dimana letak ruangan itu, dan selama sekolah disini, aku belum pernah menemukan ruangan itu. Selama belajar seni musik, kelasku memang pernah memasuki ruang musik., namun ruang musik itu ternyata bukan basecamp-nya ekskul band, jadi ekskul band ini memiliki ruangan tersendiri. Dengar-dengar sih, ada di pojok di sebuah lantai. Entah lantai satu, dua, tiga, atau empat. Entah di pojok kiri, atau kanan. Aku tak tahu lagi.
Sudah berkali-kali aku melongok kiri-kanan. Tapi tidak ada sedetik pun terbesit dalam pikiranku untuk bertanya pada seseorang.
Uh, membayangkannya saja membuatku meringis.
Kulirik arlojiku. Sudah jam tiga kurang beberapa menit. Sebentar lagi, ekskul akan mulai. Aku berusaha berpikir cepat.
Sebuah ide terbesit dalam pikiranku. Aku segera melesat menuju mading sekolah. Disana, terpampang denah sekolah ini. yah, sekolah ini cukup luas, makannya para OSIS membuat denah ini untuk mempermudah orang lain yang baru masuk, ataupun murid-murid baru. Setelah aku menemukan letak ruangan ekskul band, yang ternyata berada di pojok sebelah kanan di lantai empat, aku segera berlari kearah tangga menuju lantai empat.
*~*
*~*
Kuketuk perlahan pintu ruangan ekskul band, lalu membukanya. Dan hal pertama yang kulihat adalah ....
Tidak ada. Maksudku, tidak ada orang disini. Hanya ada ruangan luas yang bercatkan coklat kayu yang diplitur sehingga mengkilap, sebuah jendela di kiri dinding yang lumayan lebar yang tertutup gorden cream, sebuah sofa di pojok ruangan, karpet hijau tua yang menutupi permukaan lantai, dua buah pendingin ruangan, banyak peralatan musik untuk manggung, berbagai alat-alat musik, sebuah lemari, dan sebuah pintu yang menghubungkan entah ruang apa disebelah kiri dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelin
Teen FictionIni tentang hidupku. Tentang hidupku yang berubah sejak aku menjajaki masa sma. Beban menjadi saudara kembar dari cowok populer di sana yang dirahasiakan. Memiliki sahabat baru yang tak pernah kubayangkan dan sahabatnya yang juga te rnyata sahabat E...