Chapter 24

10K 626 9
                                    

Keesokannya, kami sekeluarga melakukan sarapan bersama. Rasanya sangat menyenangkan, kalau kau tanya. Sudah lama aku tidak merasakan rasanya memakan sarapan bersama semua anggota keluargamu. Papa kembali seperti dulu, ayah yang ceria dengan segala candanya. Dia mulai melontarkan uacapan selamat pagi lalu mulai menanyai aku dan Kak Evan soal sekolah. Mama pun berubah kembali seperti dulu lagi. Disertai senyumannya yang sehangat mentari pagi ini. 

*~*

*~*

Senyumanku mengembang sepanjang perjalanan menuju kelasku. Tidak sampai menarik perhatian , tentu saja. Namun, hal ini sukses membuat Adrian bertanya-tanya sejak aku menaruh tasku diatas kursi. Tapi, aku hanya membalas dengan senyuman seraya menyuruhnya diam karena bel masuk akan segera berbunyi.

*~*

*~*

Ternyata, kebahagiaanku benar-benar terdeteksi. 

Alvin yang baru saja melihatku dari depan pintu kelasku, langsung mengerutkan kening ketika aku tersenyum sambil melambaikan tangan padanya. Namun, dia juga ikut tersenyum. Kami bersama-sama menghampiri kelas Bella, lalu pergi ke kantin. Lalu, beberapa menit setelah kami duduk, Kak Evan dan Adrian datang menghampiri. Kak Evan terlihat sama bahagianya epertiku, meskipun dia lebih dapat menahan diri. Tetap saja yang lain dapat merasakan atmosfir dari kami. 

Setelah Bella mengintrogasiku habis-habisan, kuceritakan semua yang terjadi malam tadi. Mereka semua meresponnya dengan baik, terlebih Adrian dan Bella yang sedikit meledak-ledak. Tapi kalau kau tanya padaku, Adrian itu malah melebih-lebihkan, kalo kata orang sih lebay.

"Eh,eh, inget sekarang hari apa?" suara Alvin membuat kami semua menoleh kearahnya. Bella yang duduk diseberangnya mengerutkan kening

"Hari apaan? Hari ulang tahun elo?" tanya Bella asal, yang langsung disambut dengan toyoran dari tangan panjang Alvin.

"Ngaco, lo!" Bella nyengir. "Minggu depan uas, dan minggu selanjutnya, bakal ada pensi lagi,"

Ohiya, setiap tahun, sekolah ini memang selalu mengadakan pentas seni.

“Ya, terus? Kok lo kayaknya semangat? Taun kemaren aja lo malah nyindir gue gara-gara semangat ikutan pensi,” sindir Bella. Alvin sepertinya lebih memilih mengabaikan Bella, pandangan matanya terarah padaku. Aku melayangkan pandangan kenapa padanya yang disambut dengan seringaian yang membuatku ngeri. Lalu, detik kemudian dia mengalihkan pandangannya.

Aku menelengkan kepala. Dia kenapa?

*~*

*~*

Aku kesal.

Err ... tidak benar-benar kesal, maksudnya. Tapi tetap saja aku merasa jengkel.

Maksudku, sekarang, aku sedang duduk disebelah Alvin yang sedang berada dikursi pengemudi. Matanya fokus pada jalanan didepannya. Sesekali dia tertangkap basah sedang melirik kearahku, namun dia dengan cepat mengalihkan pandangan. Aku memandangnya bingung. Cowok ini sedang berencana untuk apa?

Singkatnya, saat pulang sekolah tadi, Aku menemukan Alvin tengah berdiri disamping pintu kelasku. Baru saja aku ingin bertanya kenapa dia berada disana ketika dia dengan cepat menarik tanganku, dan berjalan—dan hampir-hampir berlari—kearah parkiran. Dia langsung membukakan pintu mobilnya untukku, satu jarinya ditempelkan kedepan mulutnya dan aku hanya bisa menuruti kemauannya untuk masuk kedalam mobil. Dan setelah dia berada dikursi pengemudi, mobilnya berjalan keluar lingkungan sekolah.

Mobil berbelok, memasuki halaman sebuah rumah bertingkat dua bergaya minimalis yang kukenal. Rumah Alvin. Mobilnya berhenti di garasi rumahnya.

Untuk apa Alvin mengajakku kesini?

EvelinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang