Chapter 20

9.9K 598 2
                                    

Setelah hari itu, Adrian mulai benar-benar akrab denganku dan Bella. Lupakan Alvin karena dia sudah mengenal Adrian sejak smp. Aku, sih, biasa saja. Tapi masalahnya, dimana ada Adrian, Kak Evan selalu mengikuti. Apalagi dengan fakta bahwa dia telah mengetahui bahwa aku telah berteman dengan Alvin.

Seperti sekarang, aku, Bella, dan Alvin tengah duduk ditempat biasa di kantin. Namun, baru beberapa menit kami sedang mengobrol, Adrian datang bergabung diikuti dengan Kak Evan dibelakangnya. Bella dengan senang hati langsung menerima mereka berdua. Alvin langsung menepuk-nepuk bangku disampingnya yang masih kosong. Aku hanya diam.

Jadilah aku duduk dengan Alvin disebelah kananku, Bella diseberangku, Kak Evan disamping Bella, dan Adrian disamping Alvin. Keheningan terpecah ketika bapak penjual makanan menghampiri meja kami. Detik itu juga obrolan demi obrolan mengalir layaknya air. Kak Evan sesekali melirikku dengan tatapan entah apa yang hanya kuacuhkan.

"Eh, minggu depan 'kan libur tiga hari, nih," kudengar Adrian dengan nada sedikit serius, "kita kumpul, yo! Iseng-iseng doang, sih." Adrian kemudian menyeruput minumannya. Bella yang tadinya sedang menyendokkan nasi kemulutnya langsung menoleh kearah Adrian.

"Ayo! Gue belom pernah ngumpul bareng temen-temen gitu, nih! Emang mau kemana?" balas Bella antusias. Adrian terlihat seperti menimbang-nimbang.

"Yah, kemana, kek. Nggak usah jauh-jauh," Bella mengangguk-angguk.

"Bokap gue punya vila di Bandung, mau kesana?" tanya Alvin yang langsung disambut tatapan dari kami semua. Alvin berjengit kemudian memandang kami semua dengan pandangan terganggu.

"Ngeliatnya biasa aja, kali." Katanya sambil menyeruput minumannya. Aku dan Bella langsung berpandangan. Adrian tiba-tiba bersemangat.

"Jadi, serius nih? Padahal tadinya gue bercanda doang," Adrian nyengir. Aku memutar bola mataku.

"Kalo bercanda, mending nggak usah." Komentarku. Adrian langsung melemparkan tatapan tak setuju.

"Yah, yaudah gue serius. Jadi?" Adrian melayangkan pandangan pada kami semua. Bella mengangguk-angguk. Kak Evan hanya berkata, "Ya, gue mau aja," dengan ogah-ogahan, padalah kuyakin dalam hati dia bersorak. Sang pemilik vila, ralat maksudnya sang anak pemilik vila membalas. "Yaudah. Nanti gue kabarin gimana-gimanya."

Adrian tersenyum lebar. Bella mulai membicarakan tentang apa saja yang akan kami lakukan disana. Kak Evan sesekali menimpali candaan Adrian, diikuti oleh Alvin. Aku hanya bisa mengomentari kelakuan mereka yang terkadang aneh.

Keakraban kami berjalan cepat layaknya air terjun, dan kami benar-benar menikmatinya.

*~*

*~*

Kubereskan barang-barang yang diperlukan untuk pergi ke Bandung besok. Kami semua akan mengumpul di rumah Alvin dulu, setelah itu kami akan berangkat ke Bandung dengan mobil Alvin. Ternyata dia sudah dibolehkan mengemudi atas izin yang sah. Hanya memberi tahu.

BRAKK

Pintu membanting terbuka. Menampakkan sosok Kak Evan yang tengah menenteng sebuah tas ransel. Dia melempat tas itu kepjok ruangan, lalu mendekatiku. Aku menatapnya datar.

"Nggak banting pintu bisa 'kan, kak?" sindirku sambil memasukkan sepotong kaus kedalam tas. Kak Evan hanya nyengir lalu merebahkan dirinya keatas tempat tidurku, kedua tangannya menjadi bantalan dibelakang kepalanya.

"Gue 'kan baru pertama kali kesini sejak ...," dia berpikir, "sebulan yang lalu?" Kak Evan hanya mengedikkan bahu lalu menutup kedua matanya. Aku menghela napas panjang kemudian mengambil tempat disamping Kak Evan, aku ikut merebahkan diri sambil menaruh kedua tanganku dibawah kepala sebagai bantalan.

EvelinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang