Indra berlari mengerjar Darren yang sudah berjalan menuju parkiran motor.
"Ren!"
Darren berhenti lalu menoleh. Ia menunggu Indra menghampirinya.
"Ada apa? Mau nebeng? Lo 'kan bawa motor."
Indra menggeleng, "Bukan. I wanna ask you something."
"What? Kalo nggak penting gue lindes lo."
"Ish." decaknya kesal. "Lo Nggak lagi nyembunyiin apapun 'kan?"
Darren menyerngit bingung. "Hah? Apasih maksud lo? Kurang makan ya lo?"
Indra mendorong bahu Darren pelan, "Serius Ren. Lo kemana setiap bel istirahat bunyi? Kenapa lo langsung pergi? Nggak bilang-bilang lagi."
"Gue cuma ke perpustakaan kok."
"Lo aneh."
"'Kan memang, setiap hari lo bilang gue aneh, gila, nggak waras. Ya 'kan?" Darren menyengir kecil.
"Bukan, lo lebih aneh dari aneh. Lo bukannya nggak suka baca buku? Kenapa lo sering ke perpustakaan?"
"Gue ke perpustakaan buat nyari AC doang kok."
Indra melipat tangannya di depan dada. "Perasaan cuaca lagi nggak panas-panas amat dah. Kenapa lo jadi aneh banget, Ren?"
Saat Darren ingin membalas ucapan Indra, ponselnya berbunyi dari dalam kantong jaket.
Darren membuka ponselnya. "Ind, bokap gue ngechat. Gue pulang dulu!" Lalu berlari menuju motornya dan melesat pergi.
"Bego! Temen Bego! Lo aneh banget, Ren. Sumpah!"
»TBC«
vote + komen (+belajar) = nilai matematika 100
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Back Again ✔
Kısa HikayeDarren dan Nayla sama-sama ingin menjadi ketua osis. ----Tapi syarat dari Ayah Nayla membuat Darren berpikir ribuan kali untuk mewujudkan keinginannya. [Complete] NOTE : ga harus baca [1] Limited Time buat ngertiin ini kok, karena ceritanya beda ya...