[1]

1.6K 70 9
                                    

"Ada begitu banyak hal yang ingin aku tanyakan kepada Sang Pencipta. Juga, kepada dunia. Tetapi satu hal yang kurasa sangat penting untuk ditanyakan saat ini adalah "Mengapa kita selalu menjatuhkan hati pada orang yang tak bisa kita miliki?" Adakah yang mampu menjawabnya?"
.

.

Hari ini matahari lagi-lagi melakukan kebiasaannya, terbit dari balik persembunyian setelah gelapnya malam berubah menjadi terangnya sang Mentari.
Sehingga menampakkan warna jingga Fajar yang menyilaukan mata.

Pagi ini, di kursi yang berada tepat di pojok depan di dalam kelas 12 IPA 3, terdapat seorang gadis yang berambut lurus dan tergerai indah.
Namun sayang, sang gadis sedang tertunduk lesu.

Hujan turun disana, tepat di kedua pipinya yang halus.
Gadis itu menangis dalam sunyinya kelas pagi ini.

Kelas masih kosong, hanya hawa dingin yang senantiasa menemani gadis bertubuh mungil itu.

Mayvina Senja Azzahra, gadis berusia 17 tahun yang memiliki segudang cara untuk bisa membuat orang-orang yang berada di sekitarnya tertawa bahagia.

Namun di balik keceriaannya, gadis itu menyimpan seribu luka yang hanya dibagikan untuk orang-orang terdekatnya saja.

Pagi ini, Senja lagi-lagi terlihat rapuh disaat ia sedang sendiri.

Mengapa Senja harus berpura-pura bahagia di hadapan orang-orang kalau hatinya saja tidak mampu untuk menahan sesaknya rasa ingin memiliki namun tak mampu untuk meraih?

Jawabannya sederhana, karena Senja tidak suka di kasihani.
Senja punya cara tersendiri untuk membuat dirinya terlihat bahagia meskipun itu hanya pura-pura.

Kenapa? Karna Senja tidak mau membuat orang-orang di sekitarnya beranggapan bahwa ia lah pemeran paling terluka dalam cerita kali ini.

.
.

Penghuni-penghuni kelas mulai berdatangan, di ikuti dengan suara bising yang telah menggema dari ujung koridor.
Menandakan bahwa telah banyak siswa-siswi yang berdatangan ke sekolah untuk menimbah ilmu atau mungkin hanya sekedar datang untuk mencari kesenangan yang hanya mereka dapatkan di sekolah.

Senja buru-buru menghapus jejak air mata yang masih tertinggal di pipi nya, kemudian ia memasang senyum bahagia disaat teman-teman sekelasnya silih berganti menyapa dirinya.

Hal ini yang dilakukan Senja setiap hari.
Berpura-pura terlihat baik-baik saja disaat hatinya sedang memberontak ingin menangis sejadi-jadinya.

Dari pintu kelas, terlihat seorang gadis yang tinggi nya sejajar dengan Senja dan berjalan menuju kearah Senja.

Gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke kursi di samping Senja, kemudian membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

Senja yang melihat tingkah gadis itupun hanya bisa memasang wajah datarnya.

Gadis itu menoleh kearah Senja kemudian meneliti setiap inci wajah gadis itu dan mendapati mata sembab Senja dan hidungnya yang memerah, tipekal orang yang baru saja habis menangis.

Gadis yang biasa di panggil dengan nama Dara itu menghela nafas panjang melihat teman sebangku nya ini.

"Dia lagi?" Tanya Dara dengan raut wajah yang sulit untuk di artikan.

Senja tersentak mendengar pertanyaan Dara, ia tau bahwa temannya ini adalah orang yang paling tau jika ada hal-hal lain yang sedang terjadi pada Senja.

Senja hanya bisa menghela nafasnya, dan itu sudah di anggap Dara sebagai jawaban atas pertanyaannya.

"Berhenti untuk nyakitin diri lo sendiri, berhenti untuk membuang-buang waktu demi sosok yang gak pernah peduli sama lo. Ingat, hati lo juga punya rasa lelah." Jelas Dara panjang lebar kepada Senja.

Senja lagi-lagi hanya bisa menghela nafas dalam-dalam, ia tau bahwa Dara akan sangat sensitif bila melihat dirinya yang seperti ini.

"Gue tau diri, posisi gue udah terganti sama yang baru. Gue juga tau gimana cara nya berjalan mundur." Jeda Senja sembari menyenderkan kepalanya di sandaran kursi.

"Makasih udah ingetin gue tentang semuanya, lo tenang aja. Ada saatnya gue bakal berhenti, ketika hati gue udah lelah dan gak sanggup lagi buat nungguin dia. Pada saat itulah lo bakal liat kalo gue bakal ngelepasin semuanya." Sambung Senja lagi sembari tersenyum tipis kearah Dara.

Dara hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Ia sudah lelah menasehati Senja yang selalu saja mempunyai beribu alasan untuk menyembunyikan rasa sakitnya.

"Ada pr gak sih?" Tanya Dara sembari mengalihkan pembicaraan.

"Ada deh kayaknya, Fisika kalo gak salah." Jawab Senja sembari mengetukan jarinya ke dagu.

"Lo udah ngerjain ?" Tanya Dara lagi sembari menaikkan alisnya.

"Lo gak salah nanya orang kan? Sejak kapan gue rajin ngerjain pr?" Jawab Senja sembari tertawa kencang.

Dara hanya bisa memutar bola mata nya jengah mendengar penuturan Senja.

Menurut Dara, Senja memiliki dua kepribadian. Gadis mungil itu bisa berubah-ubah dalam kurun waktu yang sangat singkat.

Tepat pada saat itu, mata Senja tak sengaja menatap kearah seorang lelaki yang baru saja memasuki kelas.

Sebelah tangannya di masukkan ke dalam saku celana abu-abu nya, ada aura dingin yang terpancar dari mata teduhnya pagi ini.

Rakan Langit Athalla, lelaki yang selama ini di kagumi Senja. Sosok yang sampai saat ini masih senantiasa mengisi ruang kosong yang tersedia di dalam hati gadis itu.

Senja hanya bisa tersenyum lirih melihat lelaki tersebut. Ia sadar, bersama dengan Langit selama nya adalah suatu kesalahan.

...

It HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang