[20]

426 33 0
                                    

“Semakin kuat kamu mencoba untuk melupakan, maka semakin kuat pula kamu mengenangnya dalam ingatan.”

.

.

Pagi ini Senja memasuki kelasnya sembari melepaskan headset dari telinganya.
Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di bangku miliknya sambil memperhatikan Dara yang sedang menulis sesuatu di buku nya.

Senja sudah bisa menebak kalau yang di tulis Dara adalah PR yang semalam tidak di kerjakannya.

“Woi tai, gila lo santai banget. Mana langsung duduk anteng gitu lagi, lo gak inget kalo hari ini ada PR Matematika?” Tanya Dara sembari menatap heran kearah Senja.

Senja menaikkan sebelah alisnya menatap Dara kemudian gadis itu memutar bola mata nya sembari berdecih pelan.

“Gue udah selesai kali.” Jawab Senja sembari memeletkan lidahnya kearah Dara.

Dara hanya bisa mencibikkan bibirnya kesal mendengar jawaban Senja. Bagaimana bisa gadis itu sudah selesai mengerjakan PR nya sementara yang Dara tau tingkat kemalasan Senja untuk mengerjakan PR itu setara dengan nya.

“Tumben banget lo udah selesai ngerjain PR, baru dapet pencerahan darimana lo?” Tanya Dara lagi sembari memicingkan mata nya kearah Senja.

Senja terkekeh pelan melihat tatapan intimidasi yang di berikan Dara kepada nya. Sedari awal memang iya tau bahwa Dara tidak akan mempercayainya jika telah selesai mengerjakan pekerjaan rumah itu.

“Maka nya aktifin tuh whatsapp! Gue dapet jawaban PR dari grup kelas. Maka nya tinggal gue salin doang ke buku. Lagian juga yakali gue ngerjain PR sendirian, lo tau sendiri gimana gue.” Ucap Senja sembari tertawa terbahak-bahak.

Dara yang mendengar perkataan Senja pun hanya bisa memutar bola mata nya kesal. Kemudian gadis itu melanjutkan menyalin PR ke buku nya tanpa berniat membalas perkataan Senja.

Senja memperhatikan Dara yang tengah serius menyalin PR Pelangi ke buku nya, kemudian tak berapa lama kemudian Dara menghembuskan nafasnya lega, karena ia telah selesai menyalin PR Matematika yang satu nomor jawaban nya saja bisa menghabiskan 1 lembar buku.

“Dar, temenin gue keluar kuy. Sumpah gue bosen banget.” Pinta Senja kepada Dara.

Dara yang mendengar itupun sontak menolehkan kepala nya kearah Senja.

“Tumben banget lo mau keluar, biasa nya kan lo paling betah di kelas.” Ucap Dara sembari menaikkan sebelah alisnya.

Senja sempat terkejut mendengar perkataan Dara namun buru-buru gadis itu menormalkan ekspresi wajahnya.

“Gue bosen aja gitu di kelas. Ayo deh Dar, mumpung guru juga belum masuk.” Balas Senja sembari memasang tampang memohonnya.

Dara yang melihat itupun menghembuskan nafasnya pelan dan di iringi anggukkan kepala oleh gadis itu. Senja memekik tertahan ketika melihat Dara menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju.

Kemudian kedua gadis itupun bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menuju keluar kelas. Kedua nya memutuskan untuk berjalan kearah gazebo yang berada di dekat kelas mereka kemudian kedua nya menjatuhkan tubuhnya disana.

“Lo sebenernya kenapa sih? Tumben banget lo ngajakin keluar kayak gini. Biasa nya nanti di paksa-paksa dulu baru mau keluar kelas.” Ucap Dara sembari memicingkan mata nya kearah Senja.

Senja menghembuskan nafasnya gusar ketika mendengar perkataan Dara, ia tau bahwa ia sangat bersikap aneh hari ini.

“Yah males aja di kelas, bosen.” Elak Senja sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling gazebo.
Dara menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan Senja.

“Bosen atau menghindar?” Tanya Dara lagi sembari menampilkan senyum miringnya kepada Senja.
Senja tersentak kaget mendengar pertanyaan Dara. Dara tersenyum puas melihat ekspresi wajah Senja. Ia tau bahwa perkataannya tepat sasaran. Senja terdiam dan tak mampu menjawab perkataan Dara, karena yang di katakan gadis itu memang kenyataan.

“Lo gak bisa nutupin apa-apa dari gue, gue tau lo. Bahkan dengan ngeliat raut wajah lo aja gue ngerti gimana keadaan hati lo. Please, gak usah bohongin perasaan lo sendiri ataupun orang lain. Karena gak ada orang yang bener-bener kuat buat nahan rasa sakitnya sendirian.” Ucap Dara sembari menoleh kearah Senja.

Senja hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar ketika mendengar perkataan Dara. Lagi dan lagi Dara selalu mengetahui bagaimana lemahnya Senja terhadap perasaannya sendiri.

“Sekarang gue tanya, kenapa lo menghindar dari dia?” Tanya Dara lagi kepada Senja yang sedari tadi terdiam.

Senja menoleh kearah Dara yang sedari tadi sudah mengeluarkan kata-kata yang membuat Senja terlihat semakin gusar.

“Gue gak mengehindar Dara.” Ucap Senja meyakinkan Dara bahwa perkataan nya tadi tidak lah benar.

Dara tersenyum miring mendengar pernyataan Senja. “Udah gue bilang lo gak akan pernah bisa bohongin gue. Sumpah muka lo gak cocok banget buat ngebohongin orang.” Balas Dara sembari terkekeh pelan.

Senja yang mendengar itupun hanya bisa memutar bola mata nya kesal, Dara memang tipekal cewek yang susah untuk di bohongi.

“Gue capek Dar. Gue bukan orang yang mudah melupakan, karena semakin gue coba buat ngelupain dia malah semakin gue inget dia lagi. Selama ini gue udah coba buat ngelupain dia, gue coba buat ngelepasin dia tapi pada akhirnya semua yang gue lakuin itu sia-sia. Gue sadar Langit gak pernah ngeliat gue lebih dari sekedar temen, tapi asal lo tau gue butuh waktu buat biasain diri tanpa dia. Maka nya sekarang gue menghindar karena gue tau bukan gue yang Langit mau. Dia udah nemuin seseorang yang bisa bikin dia nyaman lebih dari gue yang notabene nya bukan siapa-siapa nya. Gue cukup tau diri sama posisi gue Dar.” Ucap Senja sembari menatap lurus ke depan.
Dara sengaja memancing Senja mengatakan semua yang ia rasakan karena saat ini bukan hanya Dara yang mendengar perkataan Senja, namun ada seseorang yang sedari tadi diam membeku mendengar penuturan Senja.

“Terus kenapa lo gak bisa bersikap tegas sama perasaan lo sendiri?” Tanya Dara lagi.

Senja memejamkan mata nya untuk menenagkan rasa sakit yang selalu menjalar di hatinya ketika membahas masalah ini.

“Lo salah kalo gue gak bisa bersikap tegas! Gue gak bisa bohongin perasaan gue sendiri, berkali-kali gue pengen ngilangin perasaan gue buat dia, mencoba mengikhlaskan dia buat orang lain, tapi tetep aja gue gak bisa. Dia selalu berhasil narik gue kembali buat berharap sama dia, dia selalu bisa bikin gue nyaman padahal gue tau gue gak pernah di anggap sama dia, dia selalu bisa bikin gue merasa istimewa lalu kemudian dia pergi gitu aja. Lo pikir gue harus bersikap gimana lagi sama semua ini? Gue capek Dar, demi apapun gue capek.” Lirih Senja sembari menundukkan kepala nya.

Orang yang sedari tadi berada di belakang Senja itupun akhirnya angkat bicara.

“Kenapa lo gak pernah jujur sama gue tentang perasaan lo?” Ucap orang tersebut.

Senja tersentak kaget mendengar suara yang berada tepat di belakangnya. Suara itu adalah suara orang yang di sukainya selama ini. Ya! Dia adalah Rakan Langit Athalla.

Senja mengangkat kepala nya yang sedari tadi tertunduk kemudian menatap kearah Dara yang sudah melihatnya sembari tersenyum tipis.

“Gue minta maaf, gue sengaja mancing lo buat ngomongin semua nya karena dari tadi Langit udah berdiri di belakang lo. Lo boleh marah sama gue, gue tau gue jahat, tapi gue ngelakuin ini semua karena gue gak mau ngeliat lo kesiksa sendirian sama rasa suka lo ke dia. Gue Cuma mau nunjukin ke Langit kalo sebenernya ada cewe yang mati-matian nungguin dia, selalu ada buat dia, sayang tulus sama dia tapi dia gak pernah sadari itu. Jadi mulai sekarang, gue rasa semua nya udah jelas dan Langit juga udah tau siapa orang itu.” Ucap Dara sembari tersenyum tipis.

Senja diam membeku di tempatnya begitu pula dengan Langit yang berada di belakang Senja. Senja tidak menyangka bahwa hari ini akan tiba, hari dimana Langit mengetahui semua perasaannya.

...

It HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang