[17]

455 42 1
                                    

“Aku tersipu. Ketika tidak sengaja aku melihatmu mengarahkan pandanganmu padaku. Namun detik berikutnya aku sadar, bahwa pandangan itu bukanlah untukku. Melainkan untuk seseorang yang berjalan di belakangku.”
.

.

Semakin hari semakin terlihat jelas kedekatan antara sang Langit dengan seorang wanita yang notabene nya adalah adik kelasnya.

Terlihat bagaimana cara gadis itu mulai cepat membalas pesan-pesan yang di kirimkan Langit kepada nya, bahkan kedua nya telah berbicara melalui via telepon dengan waktu yang cukup lama.

Senja tersenyum tipis mengahadapi kenyataan pahit yang mampu menampar dirinya. Menyadarkan bahwa sedari dulu Senja hanyalah sebatas teman untuk Langit dan tidak akan pernah lebih dari itu.

Rasa sesak selalu menjalar di hatinya ketika mendengar penuturan sang Langit mengenai adik kelas mereka. Bahkan bukan hanya Langit, namun teman-teman kelas mereka pun ikut melontarkan candaan-candaan untuk menggoda Langit beserta gebetan baru nya itu.

Lantas bagaimana dengan Senja? Gadis itu pun ikut menggoda Langit sembari tertawa seakan-akan ia baik-baik saja. Padahal kenyataannya ia tidak sebaik yang terlihat.

Senja berulang kali berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri bahwa everything it's okay, Namun sekuat apapun gadis itu mencoba, pada akhirnya ketika ia sedang sendiri, dinding yang telah dia bangun dengan kokoh akan runtuh seiring dengan rasa sakit yang menjalar masuk di hatinya.

Senja termenung sesaat ketika mata nya tak sengaja menatap kearah Langit yang sedang asik dengan ponselnya. Lelaki itu tersenyum memandangi layar ponselnya sembari jari nya bergerak lincah mengetikkan sesuatu pada layar ponsel tersebut.

Senja mengerutkan keningnya heran, ia berpikir tidak mungkin Langit bermain game dengan senyuman seperti itu.

Senja kenal betul bagaimana Langit ketika telah di hadapkan dengan game, lelaki itu akan memasang wajah serius nya kemudian mata nya fokus bermain game tersebut serta akan mengeluarkan umpatan-umpatan keras yang membuat orang sering mendengus kesal jika sedang berada di sebelahnya.

Dan kali ini tebakkan Senja benar, bahwa Langit tidak sedang bermain game di ponselnya. Lantas apa yang dilakukan oleh lelaki itu sehingga mampu membuatnya tersenyum sendirian layaknya orang yang kurang waras?

Senja tersenyum getir ketika mendengar teriakan dari lelaki yang berada di samping Langit.

And now, she’s got the answer, Lelaki itu meneriakan nama seseorang yang akhir-akhir ini menjadi bahan pembicaraan di kelas Senja. Ya, dia adalah orang yang sedang dekat dengan Langit saat ini. Senja mengalihkan pandangannya dari Langit, mencoba bersikap untuk biasa saja dan berpura-pura tuli terhadap semua nya.

Gadis itu menatap lurus ke depan, mengabaikan segala rasa sesak yang lagi-lagi menjalar di hatinya.
Aira yang tepat berada di belakang Senja pun hanya bisa menatap miris kearah gadis itu.

“Anggap aja lo gak denger, gue tau lo kuat.” Ucap Ai sembari tersenyum tipis mengelus pelan tangan Senja yang berada diatas meja, memberikan kekuatan kepada gadis itu bahwa ia tidak sendiri.

Senja mengangguk pelan sembari menahan air mata nya agar tidak jatuh. Senja bersyukur mempunyai sahabat yang selalu ada untuknya dalam keadaan terpuruk sekalipun.

Dara yang kebetulan baru saja datang dari kantin pun akhirnya menatap heran kearah Senja dan Aira yang terlihat sangat serius membicarakan sesuatu.

“Kenapa nih?” Tanya Dara sembari mengerutkan keningnya.

Aira tersenyum tipis sembari mengangkat bahu nya, ia melirik kearah Senja dan sudah dapat dipastikan bahwa Dara langsung mengetahui arah pembicaraan mereka.

“Sumpah yah Senja, gue gak tau hati lo itu terbuat dari apa. Lo sadar gak sih, selama ini lo cuma di jadiin pelarian disaat dia bosan? Kenapa gue berpikiran kayak gini? Itu semua karena gue bisa ngeliat gimana caranya dia ngehubungin lo cuma pas dia gak komunikasi sama gebetannya. Harusnya lo sadar, setelah itu dia biarin lo nunggu dan gak peduli lagi sama lo. Sementara dia? Dia udah bahagia atas kehadiran orang lain yang kembali ngehubungin dia dan benar-benar lupa ternyata masih ada lo yang lagi nunggu kabar dari dia.” Ucap Dara kesal karena tingkah Senja yang selalu terlihat baik-baik saja padahal sudah disakiti seperti itu.

Senja diam membeku mendegar ucapan Dara, semua yang dikatakan Dara memang benar. Tetapi selalu ada rasa khawatir yang terselip di relung Senja dikala lelaki itu sedang membutuhkan seseorang untuk dijadikannya tempat berkeluh kesah.

“Gue tau. Tapi, sekuat apapun gue berusaha untuk menghindar, tetap aja dia mampu narik gue buat balik lagi dengan sejuta harapan dan kebahagiaan yang jelas-jelas itu hanya janji palsu semata. Dan gue sadar, bahwa gue telah salah dalam mempercayai seseorang, salah dalam menaruh sebuah harapan. Tapi tetep aja gue gak pernah bener-bener bisa buat ninggalin dia sendirian, karena rasa khawatir dan rasa peduli gue terlalu besar buat dia walaupun dia gak pernah sadari itu.” Balas Senja sembari menatap lurus ke depan.

Aira dan Dara yang mendengar itupun hanya bisa menghembuskan nafasnya, mereka sadar akan kenyataan bahwa melupakan seseorang memang sesulit itu.

Melupakan seseorang memang bukan perkara mudah, apalagi bersama dia yang selalu membuat senyum dan tawa itu hadir tiap harinya namu tiba-tiba semua itu harus berhenti. Rasa nya semuanya akan berakhir miris, bahkan lebih miris dari yang dibayangkan sebelumnya.

“Gue tau gimana perasaan lo, gue cuma mau ngingetin jangan terlalu larut buat mikirin dia. Karena lo harus sadar, sekarang udah ada orang lain yang selangkah lebih maju di depan lo buat dapetin hatinya Langit.” Ucap Aira.

Senja menolehkan kepala nya kearah Ai kemudian kedua ujung bibir gadis itu terangkat membentuk sebuah garis tipis di bibirnya.

“Gue sadar kok, gue bukan dia yang selalu Langit inginkan. Gue bukan dia yang selalu Langit banggakan. Ngelepasin Langit pergi sama dia itu jauh lebih baik daripada bikin Langit bertahan di sisi gue sementara hatinya gak pernah buat gue. Gue selalu berusaha buat ikhlas selagi Langit bisa bahagia dengan pilihannya.” Jawab Senja yang terdengar sedikit ragu untuk orang-orang yang mendengarnya.
Karena ikhlas untuk melepaskan dia bersama orang lain itu bukanlah perkara yang mudah.

“Gue tau lo belum seikhlas itu buat ngelepasin dia buat orang lain. Keliatan dari mata lo, lo gak pernah bisa bohong.” Balas Dara sembari menatap kearah Senja. 

Senja terkekeh pelan sembari menggelengkan kepala nya.
“Gue coba buat ngikhlasin dia, bukan buat ngelupain dia. Gue juga sadar kalo ikhlasin dia buat orang lain itu gak gampang, tapi gue bakalan coba sampai akhirnya gue bener-bener bisa ngikhlasin dia sepenuh hati gue.” Ucap Senja sembari tersenyum lembut.

Dara memutar bola mata nya kesal mendengar penuturan Senja.
“Lo bisa gak sih berhenti buat sok kuat di depan gue? Gue tau lo itu sebenernya rapuh.” Jawab Dara sembari menjitak pelan kepala Senja.

Senja hanya bisa tertawa mendengar penuturan Dara, ia tau bahwa Dara kesal karena sebenarnya gadis itu perduli kepadanya.

***

Test...test...

Ehm..  Masih adakah dari kalian yang membaca cerita ini? Secara on going?
Kalau ada maapkan lah author yang telat update ini, sebulan kemarin lagi banyak tugas menjelang semester dan lihat, sekarang updatenya pas ujian semester! /LoL/

Semoga tidak mengecewakan ^^

It HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang