"Mungkin kita (aku dan kamu) dipertemukan bukan untuk saling memiliki. Tetapi, mungkin hanya untuk sekedar saling mengenal dan akhirnya hanya menjadi teman."
.
.Teriknya matahari tepat berada diatas kepala.
Siang ini guru-guru sedang mengadakan rapat dan otomatis semua kelas tidak melaksanakan proses belajar mengajar.Dan hal itulah yang menyebabkan para siswa banyak berkeliaran di koridor dan teras-teras kelas sembari bercerita dan sesekali tertawa mendengar lelucon yang di lontarkan temannya.
Begitu pula dengan Senja, gadis bertubuh mungil tersebut sedang berada di teras kelas bersama teman-teman nya dan menceritakan banyak hal.
"Guru Matematika kita kelas 10 sekarang apa kabar yah?" Tanya Dara sembari terkekeh geli.
Pertanyaan Dara langsung mengundang berbagai macam ekspresi yang diberikan oleh teman-teman nya.
Senja mendengus kesal mendengar pertanyaan Dara, gadis itu benar-benar pintar membuat orang-orang ingin sekali menjitak kepala nya.
Dara yang melihat perubahan wajah pada teman-teman nya itu pun hanya bisa terkekeh pelan.
"Tadi gue ketemu dia di koperasi, awalnya gue kira adek kelas. Soalnya songong banget nyenggol-nyenggol bahu gue. Gue kesel nih yah, kalo bener itu adek kelas, tamat riwayatnya tuh adek sama gue. Tapi kenyataannya berbanding terbalik sama ekspektasi. Pas gue balik badan sambil masang muka jutek, eh gue malah langsung papasan sama mukanya dia terus dapetin dia lagi senyum miring ke gue." Jelas Senja panjang lebar sembari memasang wajah yang sangat serius.
"Terus-terus gimana lagi?" Tanya salah satu teman Senja yang dikenali bernama Pelangi itu.
"Gue langsung kicep lah, gila kali gue mesti ngomel-ngomel ke dia. Mana tega gue marah-marah kalo ngeliat senyumnya aja udah bikin hati gue jadi sejuk lagi." Sambung Senja sembari tertawa terbahak-bahak.
Teman-teman Senja yang mendengar itupun hanya bisa memasang wajah dan berpura-pura berekspresi ingin muntah.
Senja POV
Setelah menceritakan kejadian yang baru saja terjadi antara aku dan guru Matematika yang mengajar ku waktu kelas 10, aku langsung mengedarkan pandangan ke penjuru koridor.
Aku menoleh kearah ujung koridor tersebut, dan mendapati segerombolan anak lelaki yang berjalan dari arah kantin.
Ada beberapa dari mereka yang ku kenali adalah anak kelasku dan sisa nya adalah orang-orang yang tidak ku ketahui dari kelas mana dia berada.
Mataku menangkap seseorang yang selama ini selalu ku perhatikan dalam diam.
Aku tersentak kaget saat mendapati tatapan teduh milik Langit sedang menoleh kearahku.
Tanpa sadar aku menarik kedua ujung bibirku membentuk sebuah senyuman.
Kemudian aku merapalkan segala harapanku yang biasanya hanya aku sebutkan di dalam do'a-do'a ku.Semesta, apakah boleh aku berharap jika yang di tatapnya lewat sudut mata teduh itu adalah aku?
Apa boleh aku menikmati bagaimana indahnya iris mata itu ketika melihat kearahku?Sekalipun jika yang ditatapnya bukanlah aku, tolong jangan dulu sadarkan aku dalam kenyataan yang menyakitkan itu.
Biarkanlah sekarang aku berandai-andai untuk sekedar memiliki tatapan mata teduh itu walaupun hanya sesaat.Aku masih saja terpaku pada sang pemilik mata teduh itu, kemudian bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman tipis.
Lagi-lagi aku tersentak melihat senyumnya, senyum yang selama ini hanya dia tunjukkan sesekali.
Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa semua ini memang nyata.
Aku berharap bahwa memang aku yang menjadi alasan dia tersenyum kali ini.Mungkin sore ini warna jingga Senja akan terlihat lebih Indah, karena pemiliknya sedang merasakan bagaimana bahagia akibat ulah sang Langit.
AUTHOR POV
Langit berjalan masuk ke dalam kelas bersama teman-teman nya setelah beberapa saat yang lalu pandangannya tak sengaja bertubrukan dengan mata cokelat Senja.
Gadis itu kembali bercerita bersama teman-teman nya mengenai apa saja sampai akhirnya salah satu teman Senja yang diketahui namanya adalah Bintang akhirnya membuka pembahasan baru.
"Langit masih belum tau juga tentang perasaan lo?" Tanya Bintang sembari menaikkan alisnya.
Senja hanya bisa menggeleng pelan sembari tersenyum tipis, dan itu sudah bisa menjadi jawaban untuk Bintang.
"Kenapa lo gak coba jujur sama dia?" Tanya Bintang penasaran begitu pula dengan teman-teman Senja yang langsung mengalihkan pandangannya untuk terfokus pada jawaban yang akan di lontarkan Senja.
"Bagi gue, kayak gini aja udah cukup. Gak semua perasaan suka harus di ungkapin. Dan gue lebih suka jatuh Cinta diam-diam." Ucap Senja sembari tersenyum tipis.
Bintang mengangguk-anggukan kepala nya tanda mengerti, begitu juga dengan teman Senja lainnya.
"Alasannya lo kayak gitu apa?" Sekarang giliran Pelangi yang bertanya.
Senja tersenyum simpul mendengar pertanyaan Pelangi.
"Karena gue gak mau dia ngejauh kalo dia tau tentang perasaan ini. Dari awal gue udah bilang ke lo semua kalo rasa yang gue rasain ke dia selama ini adalah rasa yang salah. Rasa yang gak seharusnya ada diantara Senja dan Langit." Jawab Senja sembari menyenderkan kepalanya di dinding.
Teman-teman Senja yang mendengar itupun langsung terdiam.
Mereka pikir selama ini Senja ingin bersama dengan sang Langit.Tapi kenyataannya, Senja memilih untuk memendam perasaannya sendirian. Dan berusaha untuk menutupi segala rasa suka nya kepada Langit.
Senja memang menyukai Langit, tetapi Senja tidak pernah berfikir untuk bisa menjadi milik Langit.
Karena sejak awal kedekatan mereka, Senja sudah tau bahwa pada akhirnya Langit tidak akan memilihnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts
Teen FictionSenja itu seperti pertemuan terang dan gelap. Saat senja tiba kita bisa melihat sisa cahaya dari matahari yang membaur dengan kegelapan malam yang mulai datang. Meraka menyatu dan membuat langit seakan-akan berwarna jingga dan sangat indah. Namun ba...