“Tidak mudah menghapus perasaan untuk seseorang yang kita temui setiap hari. Karena menghapus bukan hanya sekedar melupakan tetapi juga perihal merelakan dia untuk seseorang yang jauh lebih baik darimu.”
.
.
Dingin nya pagi ini samar-samar menyapa pagi, membuat seorang gadis yang sedang terlelap dalam tidurnya itu meringkuk sembari memperbaiki letak selimutnya.
Matanya mengerjap beberapa kali sebelum sepenuh nya terbangun, jam diatas nakasnya telah menunjukkan pukul lima pagi.
Gadis itu buru-buru membersihkan diri kemudian menunaikkan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Selesai melakukan kewajibannya, Senja memakai seragam sekolahnya sembari merapihkan buku yang akan ia bawa hari ini.
Karena semalam gadis itu tertidur di depan layar laptop yang bahkan masih terbuka hingga pagi, hanya saja layar laptop tersebut sudah berubah menjadi hitam akibat lowbat.
Jam sudah menujukkan pukul 6:30, dengan kecepatan yang ia miliki gadis itu menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
Senja menyambar sehelai roti yang telah di olesi oleh nutella cokelat kesukaannya kemudian berlarian kembali ke kamarnya kerena kunci motor yang tertinggal disana.
Senja kembali menuruni anak tangga dengan pipi yang mengembung akibat roti yang ia makan.
Ibu Senja hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah putri nya tersebut.
Berbeda dengan adik Senja, gadis yang berusia setahun lebih muda dari Senja itupun memiliki pembawaan yang tenang.
Ia hanya bisa menggelengkan kepala nya melihat kelakuan Senja yang hampir tiap pagi selalu membuatnya terlambat berangkat ke sekolah.
“Woy kak, selow aja dong makannya. Keselek mampus lo.” Ucap Suci, adik Senja.
“Bacot lo bisa diem gak? Ntar kalo gue lelet kayak siput, jadi nya kita bakal telat ke sekolah ogeb.” Jawab Senja sembari memutar bola mata nya kesal.
“Dih, biasa aja dong. Sewot amat hidup lo.” Balas Suci lagi sembari menoleh kearah Senja.
Baru saja Senja ingin membalas perkataan Suci, namun ibu nya telah memotong lebih dulu.
“Kak, dek? Kalian jadi berangkat ke sekolah gak sih? Kalo berantem terus yang ada bakal telat beneran.” Ucap Ibu Senja kalem tapi menusuk.
Senja dan Suci yang mendengar itupun langsung kicep dan menyalim tangan ibu nya sebelum berangkat ke sekolah.
Kalian pasti bertanya-tanya dimana ayah Senja? Tenang aja, Ayah Senja ada kok, gak hilang. Hanya saja lelaki berusian 47 tahun itu sedang dinas keluar kota, sehingga beliau sedang tidak berada di rumah.
Senja mengendarai motornya dengan kecepatan sedikit diatas rata-rata, karena ia tidak ingin kena hukuman akibat terlambat pagi ini.
Untung saja setiba nya di sekolah, Senja belum terlambat.
Gadis itu buru-buru memakirkan motornya dan berjalan lebih dulu ke kelas karena Suci telah berbaur dengan teman-temannya.Senja berjalan kearah kelas nya sembari bersenandung kecil, sesampainya di depan pintu kelas lagi-lagi mata Senja menangkap seorang lelaki yang sedang asik dengan dunia nya sendiri dan duduk di bangku paling belakang.
Senja tau kebiasaan lelaki itu, memainkan game pagi, siang, malam jika ia memiliki waktu luang. Contohnya seperti pagi ini.
Senja mendesah pelan mengingat percakapannya dengan Langit kemarin, bahwa harusnya Senja sadar tidak ada lagi harapan untuknya bersanding dengan sang Langit.
Senja memasuki kelas dengan langkah gontai, ketika tiba di bangku nya gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke kursi sembari memejamkan mata.
Dara yang melihat tingkah Senja pun hanya bisa mengerutkan dahi nya.
“Kenapa lagi sekarang?” Tanya Dara yang langsung paham dengan kondisi Senja saat ini.
Senja membuka mata nya kemudian menggeleng pelan sembari tersenyum tipis.
Dara hanya bisa menghela nafas mendapati jawaban Senja yang seperti itu, ia tau bahwa Senja sedan tidak baik-baik saja tetapi kali ini ia tidak ingin memaksa Senja untuk bercerita.
Di ujung sana terdapat seorang lelaki yang sedari tadi asik main game bersama teman-teman nya dan sesekali melirik kearah barisan bangku Senja.
Fajar yang menyadari hal tersebut pun langsung bertanya kepada Langit.
“Gue perhatiin dari tadi lo ngelirik ke barisan sana, lagi liatin siapa lo?” Tanya Fajar frontal.
Langit tersentak mendengar pertanyaan Fajar, ia bingung ingin menjawab apa karena satu-satu nya orang yang tau jika ia sedang menyukai seseorang hanya Senja.
Langit menghembuskan nafasnya gusar kemudian menarik Fajar untuk keluar kelas, lelaki itu akan memberitahu Fajar mengenai perasaannya kepada Bintang.
Langit dan Fajar adalah teman yang sangat dekat, karena mereka sering main game bareng dan seringkali melakukan hal-hal gila bersama-sama.
“Coba tebak, menurut sudut pandang lo kira-kira siapa yang dari tadi gue perhatiin di barisan itu?” Ucap Langit sembari menatap lurus ke depan.
Fajar mengerutkan dahi nya bingung, perasaan tadi ia yang bertanya tetapi sekarang Langit malah balik menanyai nya.
Terlihat jelas kerutan di dahi Fajar mendandakan bahwa lelaki itu sedang berfikir keras untuk memberikan jawaban kepada Langit.
“Senja?” Jawab Fajar yang malah terdengar seperti pertanyaan.
Langit tersenyum tipis sembari menggelengkan kepala nya, ia tau bahwa Fajar akan menebak nama Senja di awal.
Karena sedari dulu Langit memang terlihat sangat dekat dengan Senja bahkan seringkali mereka di katakan terjebak dalam keadaan friendzone, adik-kakak zone dan sejenis nya oleh teman-teman sekelasnya.
Namun Langit tidak memusingkan hal tersebut, ia menganggap semua nya biasa saja karena bagi nya Senja adalah seorang sahabat yang selalu ada disaat ia butuh.
Langit hanya tidak mengerti bagaimana dampak itu semua terhadap perasaan Senja, Langit hanya tidak bisa menyadari apa arti tatapan Senja kepada nya selama ini.
“Terus siapa? Jangan bilang lo naksir mantan gue?” Tanya Fajar lagi sembari terkekeh pelan.
Langit yang mendengar perkataan Fajar pun hanya bisa menjitak kepala lelaki itu.
“Gila aja lo, yakali gue suka sama Pelangi.” Jawab Langit ketus.
“Terus siapa dong? Dari tadi lo ngomong muter-muter. To the point aja lah.” Ucap Fajar dengan raut wajah yang serius.
Langit mengusap wajah nya frustasi sembari menghela nafas panjang.
“Qeyla Bintang Salsabilla, gue suka sama dia.” Ucap Langit sembari memejamkan mata nya.
Fajar tersentak kaget mendengar penuturan Langit, Fajar akan mengira jika yang selama ini Langit suka adalah Senja tetapi ternyata dugaan Fajar salah.
Siapa yang akan mengira jika Langit malah menyukai Bintang di banding Senja? Semua nya terlalu rumit untuk di pikirkan.
“Anjirrrr, gue kira selama ini lo suka sama Senja. Tapi nyata nya lo malah suka sama sahabatnya.” Ucap Fajar sembari terkekeh pelan.
Langit membuka mata nya sembari tersenyum sangat tipis mendengar penutaran Fajar.
Bahkan orang terdekatnya pun tidak mengira bahwa Langit akan menyukai Bintang yang jarang terlihat dekat dengannya di banding Senja yang selalu ada di sisi nya.
Siapa yang mengira bahwa Tuhan akan menjatuhkan hati Langit kepada Bintang?
Manusia memang sulit untuk mengerti keadaan ini, tetapi Tuhan sudah mengatur semua nya dalam skenario terbaik yang telah ia siapkan untuk mereka.
...

KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts
Teen FictionSenja itu seperti pertemuan terang dan gelap. Saat senja tiba kita bisa melihat sisa cahaya dari matahari yang membaur dengan kegelapan malam yang mulai datang. Meraka menyatu dan membuat langit seakan-akan berwarna jingga dan sangat indah. Namun ba...