[13]

486 27 0
                                    

“Bagian terburuk dari mencintai adalah, saat yang dicintai malah memilih untuk mencintai orang lain.”

.

.

Pagi ini Senja datang ke sekolah sembari berjalan santai menikmati segarnya udara pagi dan hembusan angin yang menerpa kulitnya.

Gadis berambut lurus itu melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kelas diikuti dengan senandung kecil yang keluar dari bibirnya.

Langkah Senja terhenti tepat setelah ia memasuki pintu kelasnya, gadis itu menarik napas lalu menghembuskannya lewat mulut.

Jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya. Mata nya melihat kearah tempat duduk Bintang, dan disana Bintang sedang bersama dengan orang yang selama ini selalu Senja perhatikan dalam diam. Keduanya tampak serius mengerjakan sesuatu dan sesekali lelaki itu melontarkan kalimat candaan kemudian ditanggapi oleh berbagai macam ekspresi oleh Bintang.

Senja merasakan sesak di dada nya ketika melihat interaksi antara Langit dan Bintang. Sangat munafik bila ia mengatakan jika dia akan baik-baik saja disaat hatinya meronta karena terluka.

Senja tersadar dari lamunannya kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju bangkunya sembari senyum tipis yang tercetak di bibirnya.

Pelangi yang melihat Senja datang pun langsung memberikan tatapan prihatin tetapi Senja hanya membalasnya sembari tersenyum manis, tanda bahwa ia baik-baik saja.

Senja menjatuhkan badannya di kursi, kedua mata gadis itu terpejam merasakan sentuhan lembut angin-angin yang sedang membelai kulitnya.

Dara menepuk tangan Senja kemudian langsung dihadiahi pelototan tajam dari gadis itu. Dara hanya bisa memamerkan deretan gigi nya ketika mendapat tatapan tajam oleh Senja.

“Apaan sih?” Tanya Senja sembari menoleh kearah Dara dengan tatapan kesal.

Dara hanya bisa terkekeh pelan melihat sikap Senja, Dara sengaja membuat Senja kesal agar gadis itu tidak terlalu memikirkan hal yang ujung-ujung nya hanya membuat dirinya merasakan sakit sendirian.

“Muka lo pagi-pagi gak enak banget diliat, di tekuk mulu.” Ucap Dara sembari menyengir lebar.

Senja hanya bisa memutar bola mata nya kesal mendengar perkataan Dara. Bagi Senja, Dara merupakan salah satu spesies yang rese nya melebihi batas kewarasannya.

Senja tidak menanggapi perkataan Dara, kemudian gadis itu memilih diam dan kembali larut dalam lamunannya. Namun bukan Dara nama nya jika ia berhenti mengganggu Senja. Gadis itu mempunyai 1001 cara untuk membuat Senja berceloteh panjang lebar akibat ulahnya.

“Yakin lo mau diemin gue?” Tanya Dara sembari menanaik-naikkan alisnya.

Senja hanya bisa mendengus melihat kelakuan Dara.

“Emangnya situ penting?” Balas Senja dengan nada sarkas.

Dara yang mendengar itupun hanya bisa mencibir kesal kearah Senja.

Fine. Awas yah lo, gak gue izinin lagi main ke rumah. Biar sekalian lo gak usah lagi modus-modus sama adek gue.” Ucap Dara sembari memeletkan lidahnya kearah Senja.

Senja yang mendengar itupun langsung menoleh kearah Senja sembari tersenyum masam.

“Jangan gitu dong Dar, ah gak seru lo. Masa gue gak boleh lagi main ke rumah lo.” Jawab Senja dengan nada sedih.

Dara tertawa dalam hati melihat raut wajah Senja, ia tau bahwa adiknya adalah salah satu moodboster Senja.

“Ini lo sedih karena gak bisa main ke rumah gue atau sedih karena gak bisa lagi ketemu sama adek gue?” Tanya Dara sembari menatap curiga kearah Senja.

It HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang