[14]

507 32 1
                                    

“Aku seperti orang bodoh yang tetap saja ingin bertahan pada pria yang tak bisa mengerti bahwa ia sedang di pertahankan sementara dia malah memilih untuk memperjuangkan wanita lain.”

.

.

Hari ini matahari seperti bersembunyi di balik awan hitam yang sedang bergelantungan di langit. Pagi ini tidak seperti kemarin, hari ini mungkin akan turun hujan deras.

Senja telah berada di kelasnya, ia tiba sekitar 20 menit yang lalu. Gadis itu tengah sibuk menyalin pekerjaan rumah milik Pelangi, tetapi namanya bukan pekerjaan rumah lagi kalau di kerjakan nya di sekolah.

Tanpa Senja sadari, diluar sana mulai berjatuhan rintik-rintik air hujan. Semakin lama hujan nya turun semakin deras. Senja mendongakkan kepala nya melihat keluar jendela kelas, ia baru menyadari ternyata tengah turun hujan deras diluar sana.

Senja menghembuskan nafasnya perlahan, menikmati hawa dingin mulai menusuk kulitnya. Gadis itu tersenyum lirih, entah bagaimana cara nya tetapi ia kembali memutar memori-memori kecil dalam ingatannya.

Memori bersama seseorang yang sampai saat ini masih menempati ruang di hati nya, seseorang yang di sukainya diam-diam selama dua tahun belakangan ini. Ya, lelaki itu adalah Rakan Langit Athalla.

Banyak orang yang bilang bahwa hujan itu datang untuk membangkitkan kenangan-kenangan yang telah lama terlelap. Mengingatkan pada setiap kilasan balik masa lalu yang telah terlewati.

Senja sadar bahwa tak banyak kenangan yang ia punya bersama Langit, tetapi tetap saja hal kecil yang biasa nya dilakukan lelaki itu kepada Senja akan tetap di jadikannya sebuah kenangan.

Karena hanya kenangan itulah yang mampu membuat Senja merasa bahwa dirinya dekat dengan sang Langit walaupun kenyataannya untuk meraihnya pun Senja tak mampu.

Senja masih terpaku dengan tatapan lurus melihat bagaimana jatuhnya butiran-butiran air itu membasahi bumi, tanpa ia sadari Pelangi telah duduk manis di samping nya.

Keadaan kelas Senja belum terlalu ramai di karenakan derasnya hujan pagi ini, mungkin teman-teman Senja yang lain masih berada di rumah masing-masing untuk menunggu hujan reda.

Are you okay?” Tanya Pelangi dengan berhati-hati karena tak ingin mengagetkan Senja.

Tetapi tetap saja Senja tersentak kaget dari lamunannya ketika mendengar seseorang berbicara kepadanya.

Senja tersenyum tipis ketika menoleh ke samping dan melihat Pelangi telah duduk di sebalahnya.

“Kalo gue bilang gue lagi gak baik-baik aja, apa itu salah?” Jawab Senja dengan nada lirih.

Kali ini Pelangi yang dibuatnya tersentak karena mendengar perkataan Senja. Pasalnya gadis di hadapannya ini bahkan tak pernah sekalipun mengatakan bahwa ia tidak baik-baik saja.

Baru kali ini Pelangi melihat Senja selemah ini, melihat bagaimana terpuruknya gadis itu di balik topeng bahagia yang ia tunjukkan selama ini.

“Pelangi please, jawab pertanyaan gue. Salah kalo gue bilang gue terluka? Apa salah kalo gue bilang hati gue sakit ketika gue tau dia suka sama orang lain? Dan apa salah kalo gue cemburu sama seseorang yang cuma nganggep gue sebagai teman tanpa dia tau gimana perasaan gue ke dia selama ini. Apa itu semua salah? Please tell me and give me the answer.” Ucap Senja dengan air mata yang telah lolos keluar membasahi pipi nya.

Lagi-lagi Pelangi terdiam kaget mendengar perkataan Senja, gadis itu berbicara dengan nada lirih di temani dengan air mata yang telah membasahi pipi mulusnya.

Hati Pelangi berdenyut menahan rasa sesak melihat keadaan Senja, hati nya seperti ikut merasakan bagaimana sesaknya menjadi Senja yang merasakan semua nya sendirian selama ini.

“Gak, itu semua gak salah. Semua itu adalah hal wajar yang lo rasain karena pada kenyataannya perasaan yang lo punya buat dia adalah rasa yang tersembunyi. Perasaan yang selama ini bahkan gak pernah Langit sadari kehadirannya, perasaan yang hanya dirasakan sendirian sama diri lo.Karena apa? Karena lo gak pernah mau buat jujur ke Langit tentang perasaan lo yang sebenarnya.”

“Lo selalu berusaha bersikap baik-baik aja di depan dia, lo selalu nunjukin kalo lo emang hanya sebatas temannya dan gak mungkin menjadi lebih dari itu. Dan itulah kenapa rasa sakit yang lo rasain itu terasa sangat menyakitkan. Karena lo Cuma bisa jatuh cinta sendirian. Otomatis kalo lo terluka, lo bakan ngerasain sakitnya luka itu sendiri tanpa dia tau bahwa lo udah luka-luka saat ngejar dia tetapi tetap aja dia gak akan bisa ngeliat lo.” Jawab Pelangi sembari menghembuskan nafasnya.

Senja tertunduk, gadis itu semakin terisak mendengar jawaban yang diberikan oleh Pelangi.

Bahu nya sedikit berguncang akibat isakan tangis yang ia keluarkan. Pelangi hanya bisa menatap prihatin kearah sahabatnya itu, sesekali Pelangi mengelus bahu Senja untuk menenangkan tangisan nya.

Senja mengangkat kepala nya sembari mengahapus jejak air mata yang sedari tadi membasahi pipi nya.

Thanks Pelangi. Gue tau cinta sendiri itu memang sakit, tapi cinta berdua di waktu yang gak tepat itu lebih menyakitkan. Gue benci pada kenyataan, bahwa bukan gue yang dia mau, bahwa bukan gue yang menjadi alasan di tersenyum. Karena apa? Karena ternyata, gue hanya bagian dari pelarian ketika dia bosan. Tapi tetep aja, gue selalu mencoba buat jadi yang terbaik buat dia walaupun dia gak pernah sadari itu.” Ucap Senja sembari tersenyum tipis.

Pelangi memberikan tatapan terluka nya kepada Senja ketika mendengar penuturan gadis itu. Bagaimana dia bisa memasang topeng nya lagi bahkan ketika semua rasa sakitnya belum ia bagikan kepada orang lain.

Senja paham arti tatapan mata Pelangi, ia tidak buta terhadap apa yang di lihatnya. Dirinya masih bisa peka terhadap keadaan di sekitarnya.

“Lo tau apa yang bikin gue takut dari kedeketan gue sama dia walaupun dia nganggep gue cuma sebagai seorang teman?” Tanya Senja kepada Pelangi.

Pelangi menggelengkan kepala nya sebagai jawaban, tanda bahwa ia tidak tau.

“Yang gue takutin adalah seandainya akan datang waktunya nanti tiba-tiba dia berubah, karena apa? Karena dia udah nemuin seseorang yang bisa bikin dia nyaman lebih dari gue. Lantas kalo udah kayak gitu, gue bisa apa? Udah gak ada lagi alasan gue buat deket sama dia bahkan hanya sebagai temannya sekalipun. Karena dia udah nemuin seseorang yang bahkan bisa bikin dia jauh lebih merasa nyaman dibandingkan bareng gue.” Jawab Senja sembari memejamkan mata nya.

Pelangi diam-diam menghembuskan nafasnya gusar, Senja terlalu memikirkan sesuatu yang bahkan belum terjadi. Gadis itu terlalu takut hingga dia selalu bersembunyi di balik kata seandainya.

“Senja, berhenti buat nyiksa diri lo sendiri dengan kata seandainya yang selalu berputar-putar dalam pikiran lo. Gak semua yang lo pikirin itu bakalan jadi kenyataan. So please, berhenti buat mikir yang gak-gak tentang hal yang bahkan belum tentu ada dalam skenario sang maha kuasa buat kisah kali ini.” Balas Pelangi sembari menepuk bahu Senja, menyadarkan gadis itu dalam lingkaran ilusi dan rasa takut yang ia miliki.

Senja membuka mata nya sembari berusaha terlihat baik-baik saja di iringi dengan berhenti nya sang hujan dan berubahnya warna Langit yang tadi nya gelap menjadi sedikit berwarna.

Senja tersenyum tipis sembari menganggukkan kepala nya kepada Pelangi, tanda bahwa ia sudah baik-baik saja.

Pelangi menghembuskan nafasnya sembari tersenyum tipis, tanda bahwa ia tidak akan memperpanjang masalah ini lagi. Walaupun kenyataannya Pelangi tau, bahwa gadis di hadapannya ini masih sangat terluka.

...

It HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang