“Pada akhirnya aku tersadar, mungkin aku terlalu bodoh karena berharap lebih kepada seseorang yang ternyata sedang mengharapkan orang lain.”
.
.
Rentetan cahaya matahari pagi menembus tirai jendela kamar Senja.
Senin pagi ini gadis itu berjalan dengan gontai, langkahnya terlihat sangat terpaksa.
Rasa malas untuk pergi ke sekolah mulai menjalar dalam dirinya.Dengan keadaan yang belum sadar sepenuhnya, gadis berambut panjang itu sesekali memejamkan matanya dan membuat kepala nya terbentur pintu kamar mandi.
“Anjirrr, udah berapa kali gue ke pentok pagi ini?” Gadis itu mengusap-usap kepala nya dengan malas.
Dengan kecepatan penuh gadis itu segera bersiap-siap menuju sekolah.
Hari senin adalah hari yang paling tidak disukai para siswa, termasuk Senja.Awalnya Senja sangat menyukai hari senin. Karena saat upacara berlangsung, ia dapat melihat raut wajah Langit yang berubah-ubah karena terpapar panasnya matahari.
Apalagi ketika wajah Langit terkena cahaya matahari kemudian lelaki itu menyipitkan mata nya sembari memasang wajah serius, bagi Senja itu adalah hikmah yang ia dapatkan disaat upacara berlangsung walaupun harus menahan panasnya terik matahari.
Namun kali ini semua nya telah berbeda, bagi Senja hari senin adalah bencana.
Karena ia harus upacara sembari sesekali menoleh kearah Langit tetapi lelaki itu malah memperhatikan kearah Bintang.Terkadang ada benarnya quote yang mengatakan bahwa “Jangan menyukai sesuatu terlalu berlebihan, nanti kamu malah akan membencinya. Dan jangan membenci sesuatu dengan berlebihan, karena pada akhirnya malah kamu yang akan menyukainya.”
Miris, batin Senja seakan-akan ingin menangis sembari tertawa dalam waktu yang bersamaan. Tidak seharusnya ia menoleh lagi kearah Langit yang sudah jelas-jelas menyukai sahabatnya sendiri.
Memang benar kata orang, antara sayang sama bodoh itu beda-beda tipis.
Sepanjang upacara berlangsung, Senja tidak mengikuti upacara itu dengan hikmat, gadis itu memilih berdiri dalam diam tetapi pikirannya berhamburan kemana-mana.
Setelah upacara selesai, Senja bersama dengan teman-temannya meninggalkan lapangan kemudian melangkah menuju kelas mereka.
Sesampainya di kelas, Senja langsung menjatuhkan tubuhnya dibangku miliknya kemudian menyandarkan kepala nya ke tembok sembari melihat kearah pintu kelas.
Tepat pada saat itu, mata Senja langsung menangkap dua orang yang berjalan beriringan meskipun di selimuti diam.
Langit berjalan dengan santainya sembari menatap ke depan. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana sekolah miliknya.
Sesekali mata lelaki itu memperhatikan gadis yang berada di sampingnya sembari tersenyum tipis. Bintang mampu membuat Langit terdiam.
Bahkan ketika lelaki itu sama sekali belum mengutarakan perasaannya.Mereka terus berjalan masuk ke dalam kelas dengan kedua mulut yang masih sama-sama terkunci, tidak ada yang berbicara sama sekali.
Mereka hanya terdiam karena tidak memiliki topik untuk di bahas.Senja yang melihat itupun hanya bisa menghela nafas, kemudian gadis itu memalingkan wajahnya untuk menatap lurus ke depan.
Aira yang bertempat duduk tepat di belakang Senja pun menimpuk kepala gadis itu menggunakan penggaris.

KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts
Novela JuvenilSenja itu seperti pertemuan terang dan gelap. Saat senja tiba kita bisa melihat sisa cahaya dari matahari yang membaur dengan kegelapan malam yang mulai datang. Meraka menyatu dan membuat langit seakan-akan berwarna jingga dan sangat indah. Namun ba...