[19]

415 29 2
                                    

“Katanya ada banyak hal di dunia ini yang saling bertentangan namun juga saling melengkapi. Seperti hitam dan putih, air dan api, atas dan bawah. Lantas jika seperti itu, bagaimana dengan aku dan kamu?”
.

.

Pagi ini deru motor Samudra terdengar memasuki kawasan sekolah barunya, lelaki itu dapat melihat beberapa remaja sebaya nya mengenakan seragam yang serupa dengannya.

Beberapa diantara nya ada yang berbincang-bincang dengan teman, ada pula yang berjalan sendirian dengan headset yang menggantung di telinga nya.

Samudra telah memakirkan motornya di parkiran khusus siswa, kemudian lelaki itu berjalan dengan satu tangan yang di masukkan ke dalam saku celana abu-abu nya. Lelaki itu mencari dimana letak ruang guru karena ia masih menjabat sebagai murid baru di sekolah ini.

Tak bisa di pungkiri ketika Samudra berjalan di koridor sekolah tersebut, ada banyak mata yang tengah memperhatikannya, apalagi tatapan kagum yang dilemparkan wanita-wanita di sekolah itu ketika melihat dewa yunani sedang melintas di hadapan mereka.
Samudra merasa jika dirinya sedang di perhatikan oleh puluhan mata namun lelaki itu malah bersikap acuh dan tak memperdulikan tatapan-tatapan itu.

Langkah kaki Samudra terhenti ketika dirinya telah mendapati tulisan ruang guru, kemudian lelaki itu masuk ke dalam ruangan itu dengan sopan. Samudra bertemu dengan seorang guru wanita yang sedang tersenyum lembut kepada nya.

“Permisi bu.” Ucap Samudra dengan nada sopan.

Guru itupun mengangguk dan mempersilahkan Samudra masuk.

“Kamu anak baru?” Tanya guru tersebut dengan lembut.

Samudra menganggukkan kepala nya sebagai jawaban sembari tersenyum tipis.

“Nama kamu siapa?” Tanya guru itu lagi sembari menaikkan alisnya.

“Nama saya Samudra Bagaskara bu.” Jawab Samudra dengan sopan.

Guru itupun menganggukkan kepala nya sembari tersenyum.

“Yaudah kalo gitu kamu ikut saya ke kelas baru kamu.” Ucap sang guru yang langsung di balas anggukkan sopan oleh Samudra.

Mereka berdua pun keluar dari ruang guru kemudian Samudra mengikuti langkah guru itu yang akan membawa nya ke kelas baru nya.
Sesampainya di depan kelas itu, Samudra berhenti sesaat di depan pintu kelas untuk menghembuskan nafasnya tanda bahwa ia sedikit gugup dengan kelas baru yang akan ia tempati.

Kemudian lelaki itu melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kelas sembari tersenyum tipis kepada kurang lebih 30 pasang mata yang tengah menatapnya dengan intens. Apalagi tatapan-tatapan kagum yang di layangkan oleh kaum hawa kepadanya bahkan ada beberapa dari mereka yang memekik tertahan akibat melihat wajah Samudra yang bisa di bilang tampan itu.

Namun ada seseorang wanita yang berhasil mencuri perhatian Samudra, wanita itu hanya menopang dagu sembari sibuk dengan pikirannya, wanita itu belum menyadari kehadiran Samudra di depan sana.

Samudra berusaha untuk menahan kekehannya ketika melihat wajah gadis itu, lagi-lagi hati nya berdesir hebat padahal ini sudah kali kedua nya bertemu dengan gadis itu.

Ya, gadis itu adalah Senja. Sedari tadi Senja sibuk dengan pikirannya sampai akhirnya ia tidak sadar bahwa telah ada sosok makhluk ciptaan tuhan yang tampan berdiri di depan sana.

Dara yang menoleh ke samping mendapati Senja tengah menatap kosong ke depan sembari menopang dagu nya. Dara menghembuskan nafasnya mendapati Senja lagi-lagi melamun.

Dara menepuk tangan gadis itu sehingga membuat Senja tersentak kaget, ia menoleh kearah Dara dengan tatapan tajam sementara Dara hanya memamerkan deretan gigi nya mendapati tatapan tajam dari sahabatnya itu.

“Lo kenapa sih Dar? Rese banget gangguin orang.” Ucap Senja ketus.

Dara terkekeh pelan mendengar perkataan Senja.

“Lagian lo pagi-pagi udah ngelamun, unfaedah banget kerjaan lo.” Balas Dara.

Senja hanya bisa memutar bola mata nya kesal mendengar penuturan Dara kemudian gadis itu menolehkan pandangannya ke depan. Lagi-lagi Senja tersentak kaget ketika melihat seseorang yang tak asing bagi nya sedang berdiri di depan sana sembari tersenyum tipis.

Anjirrrr.” Gumam Senja pelan namun masih bisa di dengar oleh Dara.

“Kenapa lo?” Tanya Dara sembari menaikkan sebelah alisnya.

Senja menolehkan kepalanya kearah Dara kemudian menautkan kedua alisnya.

“Sejak kapan tuh cowok ada disitu?” Tanya Senja dengan raut wajah bingung.

Dara yang mendengar pertanyaan Senja pun langsung menepuk jidatnya pelan, Senja memang selalu mampu membuat dirinya kesal.

“Tuh cowok udah dari tadi berdiri disono, maka nya jangan ngayal mulu kerjaan lo bazeng.” Jawab Dara dengan nada kesal.

Senja masih saja mengerutkan keningnya tanda bahwa gadis itu masih bingung.

“Kok gue gak denger dia masuk?” Tanya Senja lagi.

Dara hampir kehilangan kesabaran menghadapi Senja, rasa nya ia sangat ingin membenturkan kepala sahabatnya itu ke tembok agar sesekali tidak membuatnya kesal.
“Telinga lo kali yang congean. Tadi tuh cowok masuk kelas, anak-anak cewek pada ngejerit tapi ketahan di tenggorokkan biar gak malu-maluin. Lo nya aja yang sibuk mikirin yang laen.” Balas Dara yang sudah greget dengan tingkah Senja.

Senja yang mendengar itupun menganggukkan kepala nya tanda mengerti, dan Dara hanya bisa menghembuskan napasnya menghilangkan rasa kesal yang di sebabkan oleh Senja.

“Okey anak-anak ibu mohon buat diam dulu karena hari ini kalian kedatangan teman baru. Silahkan perkenalkan nama kamu.” Ucap sang guru sembari menoleh kearah Samudra.

Sekarang perhatian semua anak kelas telah tertuju pada sosok tampan yang berada di depan sana. Samudra menghela nafasnya sebelum mengenalkan dirinya kepada semua orang yang terdapat di kelas ini, yang akan menjadi temannya sampai lulus nanti.

“Kenalin nama gue Samudra Bagaskara, kalian bisa panggil gue Samudra. Gue harap kalian semua bisa nerima gue dengan baik di kelas ini.” Ucap Samudra sembari tersenyum tipis.

Serempak anak-anak di kelas itu pun mengangguk samar tanda bahwa mereka tidak keberatan akan kehadiran Samudra.

“Okey untuk Samudra silahkan kamu duduk di kursi kosong yang terdapat di belakang sana.” Ucap guru tersebut sembari menunjukkan bangku yang akan di tempati Samudra.
Samudra mengangguk kemudian berjalan kearah bangku nya.

Lelaki itu sempat mengarahkan pandangannya ke Senja sehingga membuat Senja yang tengah memperhatikan Samudra sedari tadi itu tersentak kaget dan cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

Samudra terkekeh geli melihat tingkah Senja kemudian lelaki itu meneruskan langkahnya hingga ia mendaratkan badannya di bangku yang telah menjadi kepunyaannya itu.

Dari tempatnya duduk, Samudra hanya bisa menatap punggung gadis itu. Sesekali Senja menoleh kearah samping ketika sedang berbicara dengan temannya dan Samudra bisa melihat bagaimana ekspresi gadis itu yang bisa berubah tiap menitnya.

Lagi-lagi hati Samudra berdesir hebat ketika melihat senyum gadis itu, entah skenario apa yang sedang Tuhan berikan kepada nya. Yang jelas kali ini ia sangat bersyukur karena garis takdirnya dapat bertemu kembali dengan garis takdir sang Senja.

It HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang