“Kita ada di bawah langit yang sama, tetapi mengapa saat aku berteriak menyukaimu, kamu tidak mendengarnya? Oh maaf aku lupa, aku hanya berteriak melalui hatiku bukan melalui lisanku.”
.
.
Sore ini, Senja sedang duduk manis di salah satu bangku taman yang berada di dekat rumahnya, tangan gadis itu terjulur ke depan. Menangkap sisa-sisa air hujan yang jatuh dari pepohonan yang berada di taman itu.
Sebelum Senja tiba di taman, memang tadi sempat turun hujan sehingga mengakibatkan gadis itu sedikit terlambat untuk tiba di taman tersebut.
Namun tetap saja, setiba nya Senja di taman itu, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman. Tetapi hasilnya nihil, orang yang meminta Senja datang ke taman ini belum terlihat sama sekali keberadaannya.
Senja mendesah pelan sembari mengeluarkan ponselnya, gadis itu memilih untuk memainkan ponselnya sembari membuka aplikasi sosial media yang ia miliki.
Sampai pada akhirnya Senja sudah bosan menunggu seseorang yang telah meminta nya untuk datang ke taman ini, dan gadis berambut panjang itu juga sudah bosan memainkan ponselnya karena sedari tadi ia hanya meng-scroll dan merefresh timeline instagramnya.
Tiba-tiba Senja merasakan ada seseorang yang ikut duduk di kursi yang ia duduki sedari tadi. Gadis itu menoleh untuk melihat siapa yang duduk di sampingnya, dan di dapati nya Langit tengah tersenyum tanpa dosa kepada nya.
Senja terpaku untuk beberapa saat meliahat senyum yang di berikan lelaki itu, tetapi buru-buru gadis itu menetralkan ekspresi wajahnya dan di gantikan dengan tatapan tajam kearah sang Langit.
“Gak usah senyum-senyum lo bangke. Lo muter lewat jalan mana sih? Lumutan gue nungguin lo. Untungnya gue cewek yang baik, yang masih aja tetep nungguin lo walaupun lo datengnya lama bahkan mungkin mampir dulu ke tempat lain.” Ucap Senja sedikit ketus dan tanpa sengaja gadis itu telah memberikan sedikit kode tentang perasaannya kepada Langit.
Langit yang mendengar Senja mengatakan itupun hanya bisa terkekeh pelan sembari mengacak rambut Senja.
“Sorry udah buat lo lama nunggu, tadi gue di suruh nganterin nyokap ke rumah temennya buat arisan. And you know lah gimana padatnya kota kita, gue kena macet di jalan pas mau kesini. Jadi gue telat.” Jawab Langit sembari tersenyum menggoda kearah Senja, berharap bahwa gadis itu berhenti untuk bersikap ketus kepada nya.
Dan ya, lelaki yang meminta Senja datang ke taman ini adalah Langit. Lelaki bertubuh tinggi itu mengatakan bahwa ada sesuatu hal yang ia ingin bicarakan kepada Senja.
Senja mengiyakan ajakan Langit dan keduanya janjian untuk ketemu di taman dekat rumah Senja.“Yaudah. Sekarang lo mau ngomongin apa?” Tanya Senja sembari menoleh kearah Langit.
Dapat di lihatnya Langit tengah memejamkan kedua mata nya, menikmati sentuhan angin yang menerpa kulitnya. Membuat rambut lelaki itu sedikit berantakan dan menambah kesan enak di pandang bagi indra pengelihatan Senja.
Lagi-lagi Senja jatuh dalam pesona lelaki itu. Mata teduh yang membuat gadis itu nyaman saat melihatnya, tawa dan senyum sang Langit yang membuat Senja terpaku dalam diamnya.
Kali ini Senja kembali mengingkari lisannya, bahkan sampai detik ini ia masih menyukai lelaki yang berada di sampingnya ini.
Langit perlahan membuka mata nya, kemudian menoleh kearah Senja yang sedari tadi menatapnya. Senja tersentak kaget mendapati mata teduh itu menoleh kearahnya, namun tak urung gadis itu segera menetralkan ekspresi wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts
Fiksi RemajaSenja itu seperti pertemuan terang dan gelap. Saat senja tiba kita bisa melihat sisa cahaya dari matahari yang membaur dengan kegelapan malam yang mulai datang. Meraka menyatu dan membuat langit seakan-akan berwarna jingga dan sangat indah. Namun ba...