Summer berjalan sambil kekamar ayah dan ibunya sambil membawa eskrim yang baru diberikan Niall -kakak lelakinya- tadi.
Summer yang berusia 11 tahun itu berniat mengajak Ayah nya untuk makan eskrim bersama."Kau kira aku tak tahu kalau kemarin kau bertemu dengan mantan kekasihmu itu,Bobby?"
Suara ibunya,Maura terdengar. Summer menghentikan langkahnya."Ya,aku bertemu dengannya." Kata Bobby -ayahnya- santai.
"Bisa-bisanya kau." Kali ini suara Maura terdengar datar. Tanpa emosi. Summer masih terdiam didepan pintu kamarnya.
"Kau tahu,sejak awal aku tak ingin denganmu,Maura." Suara Bobby terdengar masih santai.
"Ya,dan yang membuatmu bertahan adalah Greg,Niall dan Summer." Kata Maura.
"Tepat. Dan aku akan menceraikanmu dalam waktu dekat ini. Aku akan membawa Summer,Niall dan Greg jika kau tak ingin mengurusnya. Karna aku tahu kalau sesungguhnya kau juga tak ingin denganku." Kata Bobby.
"Tidak. Tidak dalam waktu dekat ini." Maura menolak.
Eskrim ditangan Summer sudah mencair. Tangannya jadi lengket. Namun gadis kecil itu tidak peduli. Ia masih ingin mendengar percakapan kedua orang tuanya.
"Tunggu sampai ketiga anak kita besar dan bisa mengurus dirinya sendiri." Lanjutnya.
"Greg sudah cukup dewasa."
"Tapi Niall dan Summer belum."
"lalu apa maumu?" Bobby mulai kesal.
"Tunggulah sampai mereka selesai sekolah dan hidup mandiri. Setelah itu,kau dan aku bisa berpisah. Tanpa perlu khawatir dengan mereka." Kata Maura tenang.
"Baik. Kalau itu maumu. Kita sepakat." Bobby menutup pembicaraan. Lalu langkah kakinya terdengar mendekati pintu kamar. Summer yang sudah meneteskan air matanya pun kabur kekamarnya sebelum Bobby mengetahui kalau pembicaraannya didengarkan.
***
"Kau terlalu banyak berkorban,Summer." Suara Niall bergetar. Ia pasti berusaha menahan tangisnya.
Summer tersenyum."Itu belum seberapa. Aku tidak berhasil. Buktinya,Mom dan Dad bercerai." Kata Summer.
Niall meletakkan tangannya dikedua pipi adiknya itu. Hangat. Padahal tangan Summer tadi terasa dingin sekali.
"Jika memang mereka tak ingin bersama,kita tidak perlu memaksanya."
Niall berkata sambil menatap kedua mata Summer.
"Mereka sudah dewasa dan pasti tahu mana yang terbaik untuk hidupnya. Kita sebagai anak hanya bisa mendukung keputusannya." Lanjutnya.
Suara Niall pelan,datar dan sedikit bergetar. Ia pasti menahan rasa sakit dihatinya. Summer memeluk Niall erat-erat dan menangis sesegukan didada kakak lelakinya itu.
Tanpa ia sadari,bulir kristal bening jatuh dari kedua mata indah kakak lelakinya. Niall Horan. Ia sungguh sangat terpukul. Karna ia tak pernah menyangka kedua orang tuanya memang tak ingin bersama satu sama lain. Dan bertahan untuk tetap bersama hanya karna dirinya,Greg dan Summer.
"Sakit." Bisik Niall pelan.
Ya,hatinya sakit. Mungkin saat ini,hatinya tengah di panah berkali kali dengan panah api yang ditembakkan oleh Katniss Everdeen.
Mungkin juga lebih dari itu,sehingga tak ada orang yang mampu menggambarkan betapa hancurnya Niall saat ini.Terkadang,menjadi orang yang tak tahu apa-apa itu baik. Tapi bersiaplah. Karna kita tak tahu apa-apa itu ada alasannya,dan bisa jadi setelah kita mengetahui alasannya,kita ingin kembali ke keadaan dimana kita tak tahu apa-apa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Forever
Fanfiction[PRIVATED ON SOME CHAPTERS] Apa jadinya kalau dibenci oleh keluarga sendiri? Ayah dan ibu sendiri pun malu memiliki anak sepertinya. Bahkan kakak lelakinya tak mau mengakui dirinya sebagai adik. Selama ini dia bersabar, menunggu tuhan membuka jalan...