10. Berpisah?

45.6K 4K 253
                                    

"Kenapa kau diam saja?"

Harry berbicara lagi. Aku menggelengkan kepalaku.

"Tidak apa-apa. Harry,sepertinya semua sudah jelas. A-aku harus pulang." Kataku sambil berdiri.

"Tapi kau belum makan. Aku antar ya?" Katanya

Tidak Harry,tolong. Jangan baik kepadaku. Aku mohon.

"Tidak. Aku bisa sendiri. Sampai jumpa." Kataku lalu segera berbalik namun ia memanggilku lagi.

Sialan. Padahal air mataku sudah tumpah. Mana mungkin aku menatapnya lagi!

"Kaus kakimu turun." Katanya. Aku menoleh kebawah. Dan kaus kaki kananku memang turun. Tanganku bergetar.

Lalu kurasakan langkah seseorang berjalan kehadapanku. Lalu ia berlutut didepanku dan menaikkan kaus kakiku ketempat semula.

"Selesai." Katanya.

Aku masih menunduk. Tak mau melihat kepadanya. Aku tidak mau dia melihatku menangis.

"Terima kasih,Harry." Kataku singkat lalu dengan kecepatan ekstra,aku berlari keluar dari tempat ini.

Akhirnya air mataku tumpah.
Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku benar-benar kesakitan saat ini.
Aku berjalan menuju Starbucks. Tempatku dan Clay berjanjian.

kepalaku pusing. aku tidak lelah. Cuma sakit hati.

"Summer?kenapa kau?" Tanya Clay kaget ketika aku datang kepadanya dan Max dengan mata berair.

Aku buru-buru memeluk Clay. Lalu menangis sesegukkan dibahunya.

Clay membiarkanku. Max pasti sedang bertelepati dengan Clay untuk menanyakan ada apa denganku. Tapi aku hanya ingin menangis sekarang.
Demi tuhan,hatiku sangat sakit.

***
Max dan Clay mengantarku ke flat. Dan mereka langsung pamit pulang.
Ini kelemahanku. Kalau sedang sendiri pasti jadi sedih lagi. Biarpun Max dan Clay sudah mati-matian menghiburku.

Aku kaget. Sekaligus takut. Saat kutemui Niall didepan pintu flatku. Sialan.
Aku masih memakai seragam.
Ia menatapku dengan kaget. Lalu berjalan mendekatiku.

"Kau?" Katanya tertahan.

Niall menatapku dari atas hingga bawah.

"Kau bersekolah?"

Niall mengatupkan bibirnya. Sungguh,ini pemandangan paling menyeramkan dari seorang Niall Horan. Aku menyesal cepat-cepat pulang tadi.

"Astaga. Kenapa kau tak memberitahuku?!" Bentaknya.

"Niall. Dengarkan aku-"

"Tidak! Aku kira kita sudah menjadi kakak adik yang normal. Yang terbuka satu sama lain tapi apa? Kau tidak memberitahuku soal ini." Katanya meledak-ledak.

Air mataku turun. Sumpah,kenapa hari ini sial sekali?

"Tidak. jangan menangis lagi. jangan. Kau menghancurkanku,Summer. berhenti menangis." katanya.

aku menghapus air mataku.
Aku benar-benar merasa bersalah. Walaupun aku bingung,Tumben Niall mempermasalahkan ini.

"Aku kira kita tak punya rahasia,Summer."
Kata Niall lagi.

Fuck. Itu sakit,Niall.

"Aku menyayangimu. Aku mencintaimu. Perasaan itu tidak akan pernah berubah. Kenapa kau kecewakan aku? Apa aku tidak penting,makanya kau tak memberitahuku?" Niall menjambak rambutnya frustasi.

Niall mencintaiku? Tuhan,aku taktahu apa yang harus kukatakan.
Bodohnya air mataku turun lagi.

"Aku muak melihat air matamu itu.
Aku sudah muak denganmu. Sungguh. Aku tak akan peduli lagi. " Katanya marah.

Summer ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang