17. Are We Done?

51.4K 3.4K 435
                                    

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Pernyataan Niall benar-benar membuatku mematung. Terdiam seribu bahasa. Wajahku mungkin sudah benar-benar tidak enak dilihat sekarang.
Ia mencintaiku? Dan Barbara tahu?
Astaga, sumpah aku senang sekali ketika tahu kalau perasaanku berbalas. Tapi, ini tidak bisa diteruskan, Summer. Kau harus ingat. Dia KAKAK KANDUNGMU. Dan kau tak bisa bersamanya melebihi saudara. Aku jadi sakit hati sendiri. Tapi aku juga sedih mengingat Barbara. Ia terlalu baik untuk mengetahui kepahitan seperti ini.
Niall terus menatapku. Aku tidak bisa melakukan atau berkata apa-apa lagi. Kembali kalut dengan fikiranku sendiri.
Aku merasa bersalah. Karna aku menghancurkan hubungan Niall dengan Barbara. Dan sebelum ini, aku hampir menghancurkan hubungan Kendall dengan Harry. Aku harap mereka akan baik-baik saja.

Hening. Suasana ramai di restoran ini kalah dengan keheningan yang dibuat olehku dan Niall. Matanya seakan menelanjangiku. Ayolah, siapa saja, pecahkan keheningan ini.

***
Niall's P.O.V

Unplanned moments are always better than planned ones.

Aku takut jika moment ini kurencanakan, tidak akan jadi sempurna. malah hancur. Cepat atau lambat, aku harus mengatakan ini padanya. Aku tahu ia pasti merasa telah menghancurkan hubunganku dengan Barbara. Oke, itu benar. Tapi aku tidak menganggapnya sebagai penghancur! Ini membingungkan. Sungguh.
Cukup lama aku menatapnya. Hingga akhirnya aku buka suara.

"Summer, i love you, and i'm sorry."

Summer menatapku.
"Aku tidak seharusnya memiliki perasaan ini. Namun perasaan ini datang begitu saja." Ucapku.
Summer menunduk, lalu menatapku lagi. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Dan reaksi hatiku kembali kambuh. Sakit,

"Aku tersiksa dengan kenyataan bahwa kita tidak bisa bersama." Kupegang tangannya. Dingin. Astaga.
Lalu hening lagi. Aku sudah ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Rasanya malu sekali. Mengakui perasaanku didepan adikku.

"A-aku juga mencintaimu, Niall."
Aku terbelalak. Air matanya turun dari salah satu matanya tepat ketika ia mengatakan itu.
Bayangkan, Summer membalas cintaku. Kalau ia bukan adikku, sudah kucium bibirnya sekarang.

"Dan aku bahagia karna kau membalas perasaanku." Lanjutnya. Kali ini aku yang diam.
"Maafkan aku, karna kau dan Barbara berpisah."
Aku menggeleng.
"Bukan salahmu." Kataku sambil tersenyum tipis.
"Tapi," ia menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan.
"Bagaimana ini? Kita tidak bisa bersama, Niall." Ujarnya lirih.

Rasanya seperti ditampar kalau mendengar kata-kata itu. Jika kalian diposisiku, pasti kalian merasakan hal yang sama. Rasanya benar-benar menyakitkan. Aku harap ini pertama dan terakhir kalinya aku merasakan sakit yang seperti ini.

Aku menarik nafas. Masih kupegang tangannya.
"Summer, bisakah kita lupakan perasaan ini dan jadi Kakak beradik yang normal?" Tanyaku pelan. Tak kusangka, Ia tersenyum, manis sekali.

"Aku ingin mengatakan hal itu tapi aku takut kau terluka." Ujarnya lembut. Ia menyeka air matanya.

"Aku tidak akan berlaku beda. Kita akan selalu bersama, selamanya." Kataku.
Ia mengangguk.

"Aku senang mengatakan ini. Lega rasanya." Kata Summer.

"Aku juga." Aku tersenyum kearahnya. Rasanya aku tidak bisa berhenti tersenyum. Ingat tidak ketika kukatakan setelah selesai tour, aku akan bersama dengan Summer?
Ya, ini maksudku. Bersama sebagai seorang kakak beradik yang normal.

"Aku mencintaimu, kakak favoritku, Niall James Horan." Ujarnya.
Aku terkekeh.

"Aku juga mencintaimu, satu-satunya adik favoritku, Summer Jasmine Horan."

Summer ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang