18. Hollywood's Game

50.7K 3.2K 541
                                    

"Kau harus berpacaran dengan orang lain." Suara Simon terdengar. Seseorang sedang disidang hari ini.

"Astaga, siapa? Aku mencintai Kendall, Si!" Kata Harry menolak. Ini masih siang dan tiba-tiba Simon datang lalu memarahi Harry. Sebenarnya tidak hanya Harry. Liam, Zayn, dan Niall juga kena.
Tapi masalah Harry yang terberat. Beruntung Louis kembali besok pagi dari Manchester, jadi kalaupun ia memiliki masalah juga, ia tak akan tuli mendengar Simon bicara.

"Semua orang membenci Hendall, Harry!" Simon ngotot.
Niall, Zayn, dan Liam masih belum bicara.

"Tidak. Tidak. Aku tidak mau." Kata Harry lagi.
"Lagi pula kau sedang tak berhubungan dengannya kan?" Tanya Simon. Harry tak menjawab.
Simon duduk disebelah Harry.

"Kau bisa menjadikan seseorang pacar pura-puramu, jika kau tidak ingin mencari gadis lain dan benar-benar memacarinya." Usul Liam.
Harry mendelik. Liam tersenyum tipis pada Harry.

"Liam benar, asalkan jangan Kendall." Kata Simon.
Semua terdiam, membiarkan Harry berfikir.

"Niaaaallll!!!" Suara seseorang terdengar dari luar pintu flat mereka. Niall buru-buru bangkit dan berjalan untuk membuka pintu. Ia tahu betul siapa yang memanggilnya.

"Hey!" Kata gadis itu sambil memeluk Niall. Dibelakang gadis itu, ada sahabat setianya yang melambaikan tangan pada Niall.
"Kami bawakan pizza! Ayo makan bersama kami!" Seru gadis berambut coklat.

"Kalian sudah pulang sekolah? Kenapa hanya berdua? Dimana Max?" Tanya Niall.

"Ia ada latihan basket hari ini." Jawab Summer sambil tersenyum.
Niall menggiring Summer dan Clay keruang tamu.
Meskipun suasana sedang tidak enak, tak apa kan kalau sekedar mendinginkan dengan kehadiran dua gadis cantik ini?

"Dimana yang lain? Kenapa sep-" omongan Summer terpotong ketika melihat Simon, Liam, Zayn dan Harry ada diruang tamu.

"Simon Cowell!"
Clay membelalakkan matanya dan ia hendak berteriak. Gawat, tidak ada Max. Clay bisa membuat orang tuli jika mendengar jeritannya.
Summer bersiap-siap menutup kupingnya, namun ternyata jeritan Clay tak terdengar.
Ketika ia menoleh kearah Clay, ternyata Zayn sudah berdiri disebelahnya dan menutup mulut Clay. Summer tersenyum. Ia tahu pipi sahabatnya itu sudah memerah pasti.

"Ehm," Niall berdehem. Membuat Zayn segera melepaskan tangannya dari mulut Clay. Awkward.
"Sorry, Clay." Kata Zayn. Clay tidak merespon. Ia hanya menatap Zayn lama sekali.

"Permisi sebentar," kata Summer lalu ia buru-buru menarik Clay ke dapur.
Para lelaki diruang tamu menatap bingung pada mereka berdua. Niall terkekeh dan memukul pundak Zayn pelan. Ia kembali duduk disofa.

"Apa itu Summer?" Tanya Simon. "Ya, itu Summer, adikku. Dan teman sekolahnya." jawab Niall.
Simon tampak berfikir.

"Bagaimana kalau ia menjadi pacar pura-pura Harry?" Usul Simon. Harry yang sedari tadi lemas langsung terbelalak dan duduk tegak.

"Oh, tidak Simon, tidak. Jangan bawa-bawa adikku ke dunia sana." Niall menolak mentah-mentah.

Simon mendengus kesal.
"Ia akan baik-baik saja, Niall! Kau tak perlu khawatir. Ini hanya pura-pura!" Suara Simon meninggi.
"Baik-baik saja?" Niall bertanya dengan nada mengejek.
"Ia pernah ditampar hanya karna disangka menghancurkan hubunganku dengan Barbara. Apa itu yang kau sebut baik-baik saja?" Suara Niall tidak kalah tinggi.

"Ini akan menaikkan popularitas kalian! Apalagi dia adik darimu, Niall. Ini akan jadi berita yang bagus sekali. Rancangannya sudah ada dikepalaku." Simon berbicara lagi.

Harry tidak berkata apa-apa daritadi. Ia hanya melihat Niall dan Simon bergantian.

Niall dan Simon terus berargumen.
"Bagaimana kalau kita tanya pada Summer nya saja?" usul Zayn.

Summer ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang