Adore Psycho-insane
BEGIN"Satu langkah yang kau ambil, sama perumpamaannya dengan sebuah timbangan. Entah itu akan jatuh menjadi keputusan yang baik, seimbang, atau malah buruk."
•⚫⚫⚫•
"Haaahhhh, Sialan!!!"Jeritan pria berparas rupawan itu menggema hingga kesetiap ujung ruangan.
Amukkannya belum reda semenjak sekertarisnya itu memasuki ruangannya dua jam yang lalu membawa serta kabar buruk yang kini memperumit kondisi perusahaannya.
Ia memijat pelipisnya sambil berjalan mondar-mandir kesana kemari.
"Tenanglah, Jongdae," tegur orang yang duduk di hadapannya yang juga sudah dua jam berada di sana hingga bosan memperhatikan atasannya yang tertekan pun gelisah.
Braaak!
"Bagai mana aku bisa tenang, Kim Minseok?! Sedangkan dia dengan seenaknya akan mencabut seluruh asetku jika aku tidak menuruti semua perintah eomma!" teriak si pria menekankan nama bawahan sekaligus temannya yang juga bermarga Kim itu sambil menggebrak meja kantornya.
Kim Minseok hanya bisa menghela nafas panjang. Ia sudah menduga sahabatnya yang satu ini akan langsung meledak setelah mengetahui berita yang baru saja ia sampaikan. Belum sampai lima detik, dugaannya pun tidak meleset.
"Memangnya ia siapa, beraninya mengambil aset-asetku?!" seru Jongdae meremas kertas surat pemberian Minseok tadi.
Amarahnya kembali membuncah dan menjadi-jadi kala membaca kembali surat pencabutan aset beserta saham yang ia miliki.
Ia kembali teringat masa-masa saat merintis perusahaannya dari nol kembali waktu umurnya sudah cukup untuk memipinnya karena ayahnya yang sudah meninggal dan mewariskan perusahaan itu kepadanya. Hanya itu pemberian dari ayahnya yang ia miliki. semenjak bayi ia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang dari sang ayah kandung. Ia hanya mendapat harta untuk mengenang ayahnya dan meyakinkan dirinya bahwa sang ayah sangat menyayanginya.
"Yak, Jongdae! Hargailah dia! Walaupun ia hanya ayah tirimu, dia juga masih keluargamu!" bentak Minseok mulai tersulut emosi.
Apa tadi dia bilang? Keluarga? batin Jongdae menunjukkan senyum sinis mengingatnya.
Jongdae hendak menyahut perkataan Minseok barusan karena sudah berani membentaknya, namun belum sempat ia membuka mulut, seseorang membuka pintu ruang kerjanya dan menampakkan wujud dari orang tersebut.
"Yak, Minseok-ah... Sudah kubilang 'kan kalau kau harus memberi tahu perjanjiannya dulu baru isi suratnya? Harusnya kau lakukan, jangan kau sepelekan. Begini akibatnya," ujar orang itu menegur Minseok dan mulai berjalan mendekati mereka yang hampir saja memulai percekcokan sengit.
"Perjanjian?" tanya Jongdae bingung.
"Ya. Perjanjian."
"Perjanjian apa maksudmu?"
"Perjanjian sebelum dia mencabut seluruh asetmu."
Jongdae mengerutkan keningnya.
Seakan mengetahui isi pikirannya, orang itu kemudian mulai melanjutkan perkataannya.
"Isinya, kau harus mencari seorang gadis yang Bisa menunjang perusahaan sebelum batas waktu berakhir, dan harus kau nikahi. Mereka tau kalau kau tidak akan berhasil menemukan gadis seperti itu, makanya mereka membuat keputusan untuk memberimu waktu selama sepuluh hari penuh agar segera menikahi wanita pilihanmu. Kalau kau tidak berhasil melakukannya, mereka akan mengambil hartamu dan kau akan dinikahkan dengan... ya... kau tahu lah siapa orangnya."
"Keparat!" maki Jongdae kemudian mengacak-acak rambut frustasi. "Siapa yang membuat perjanjian itu?"
"Nyonya Jong Nara sendiri yang membuatnya," jawab si informan ikut sebal.
"Apa yang harus kulakukan? Mereka menjebakku agar menikah dengan jalang sialan itu," tanya Jongdae memelas.
"Di perjanjian itu kau di beri syarat untuk bebas menikah dengan wanita manapun 'kan? Asal ia menguntungkanmu 'kan? Nah, lebih baik kau cari seseorang yang menurutmu bertolak belakang dengan kriteria mereka," ujarnya berusaha memberi arahan.
"Ya, benar! Istilahnya, jika mereka suka gadis-gadis jalang, maka cari gadis baik-baik. Mereka suka gadis cantik, maka cari gadis bringasan. Mereka suka gadis kaya, maka cari gadis brandal. Mereka suka gadis yang mereka anggap waras, maka cari gadis yang menurut mereka gila," jelas Minseok yang ikut menyimak pembicaraan di antara mereka.
"Aku tahu kau ingin membalaskan dendammu bukan?" tanya pria tadi mengerti keinginan seorang Jongdae karena naluri mereka tak jauh berbeda.
Jongdae mengerutkan keningnya kembali kemudian mulai mendapat pencerahan.
"Gila... Gila...," gumamnya berusaha menajamkan pikirannya mencari jalan keluar. "Sepertinya aku menemukan jalan yang akan sedikit merugikanku untuk dapat menyelesaikan masalah ini."
Dua orang yang berada di dalam ruangannya langsung memfokuskan perhatian mereka ke arah Jongdae.
"Byun Baekhyun," Panggil Jongdae.
Orang yang merasa jika namanya dipanggil pun meneguk ludah perlahan dengan ekspresi senormal mungkin.
Mati aku! Pasti hal yang tidak masuk akal. Lagi dan lagi. Batinnya.
"Kau pasti mengerti apa yang saat ini kuinginkan," ucapnya dengan raut yang membuat semua orang begidik menatap wajahnya dan tidak ingin berlama-lama memandang ke arah matanya.
Hanya kedua sahabatnya itu yang bisa dan berani untuk menatap kedua manik mata hitam kecoklatan bak kilauan lelehan coklat susu keemasan indah milik Jongdae.
Senyum miring yang ia tunjukkan sudah cukup untuk menunjukkan jika akan ada hal abnormal yang akan ia sampaikan dan musti dilaksanakan segera.
•⚫⚫⚫•
"Sering-seringlah ngevote karena amal ibadah kalian juga akan dihitung saat kalian menekan bintang di pojok kiri ataupun memberikan satu vote yang akan membahagiakan penulis kedepannya." - Tertanda, penulis Adore P-i.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore Psycho-insane
Fanfiction[FROMANCE] REAL CHEN FANFICTION • Peringkat 3 dalam PSIKO [9/5/2018] • Peringkat 3 dalam Lovesoul [6/4/2019] • Peringkat 2 dalam Lovesoul [8/4/2019] Ketika kewarasanmu diuji untuk menghadapi dunia luar. "Ini benar-benar mengerikan dan menyiksa. Aku...