"Eomma!! Oppa pulang!" pekik wanita remaja yang menyadari kepulangan kakak laki-lakinya tersayang di ambang pintu utama.
"Ya, Kim Sohae! Seorang gadis bermartabat tidak pantas berteriak-teriak seperti manusia hutan!" interupsi suara wanita yang menuruni tangga, menghampiri sang anak perempuan yang sudah mempoutkan bibir kearahnya.
"Ada apa?"
"Eoh?"Ia menghentikan langkah kakinya menyadari sosok yang berada di bawah sana, tak lama ia kembali melanjutkan langkahnya menghampiri dua orang di sana.
"Jongdae? Darimana saja kamu? Semalaman tidak pulang ke rumah. Besok peringatan kematian ayahmu. Sekarang pun kau sudah mulai berani dengan ayahmu? Hah! Sudah kuduga! Mau jadi apa dirimu ini? Menjadi tengik seperti appamu?"
Baru pulang saja ia sudah dircerca beragam perkataan tidak masuk akal dan hinaan yang menyakiti hati.
Hal inilah yang membuat Jongdae jarang pulang kerumah dan memilih hidup di rumahnya sendiri yang baru-baru ini ia beli.
Ia merasa sangat terhina saat ibu kandungnya itu mulai menjelek-jelekkan almarhum mantan suaminya yang merupakan ayah kandung dari anak pertamanya–yakni Jongdae.
Ia juga merasa jika eommanya selalu pilih kasih padanya juga adiknya.
Yang mengherankan baginya, sang adik masih juga suka menempelinya padahal responnya selalu buruk, bahkan mungkin juga terbilang kejam.
"Aku hanya akan berkemas," jawabnya mengabaikan sang ibu, berlalu menunju kamarnya yang untungnya terletak di lantai dasar.
"Mau kemana kau? Kau akan segera dinikahkan dengan Byun Jungha, jangan coba-coba untuk mengangkat kakimu dari sini sebelum mengikat diri dengannya!"
Syaraf dan otot Jongdae berkedut setelah mendengar ibunya menyebut-nyebut pernikahan paksa yang tidak ia harapkan.
Ia menghadap sang ibu dengan nanar.
"Aku sudah punya calon! Tak perlu repot-repot kau carikan! Aku tak suka dengan gadis semacam itu! Dia jalang!"
"Jalang katamu?! Dia gadis bermartabat dan berpendidikan! Berbeda dengan anak pembantu itu! Mungkin saja dia sudah menjual tubuhnya kepada pria hidung belang di luar sana!" hina ibunya dengan wajah jijik mencemooh.
"Eomma, jangan seperti ini," cicit Sohae berupaya agar ibunya tidak memicu pertengkaran lagi dengan sang kakak.
"Meskipun dia anak pembantu, harus kukatakan berapa kali kalau dia wanita baik-baik!" bentaknya di depan wajah sang ibu.
"Baik sekalipun tidak menjamin masa depanmu!"
Jongdae memejamkan mata rapat-rapat. Ia mengontrol amarahnya.
"Lagipula, aku sudah mendapatkan calon pengantin yang lebih menguntungkan di banding wanita murahan pilihanmu itu."
Ia tersenyum menyeringai saat melihat ibunya yang sudah siap meledak dengan emosi dan tanya di ubun-ubun. Tak menggubris, Jongdae lalu meninggalkan mereka dengan percaya diri ke kamar.
Seorang wanita paruh baya yang sedari tadi mencuri dengar percakapan mereka keluar dari persembunyiannya.
"Nyonya, maafkan saya."
"Kau mendengar pembicaraan barusan, Silwa?"
Wanita yang sepantaran dengan nyonyanya itu membungkuk dalam.
"Ye."
"Kalau begitu, kau seharusnya sudah tahu apa yang harus kau lakukan."
Wajah tak terawat dan kusam itu mendongak khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore Psycho-insane
Fanfiction[FROMANCE] REAL CHEN FANFICTION • Peringkat 3 dalam PSIKO [9/5/2018] • Peringkat 3 dalam Lovesoul [6/4/2019] • Peringkat 2 dalam Lovesoul [8/4/2019] Ketika kewarasanmu diuji untuk menghadapi dunia luar. "Ini benar-benar mengerikan dan menyiksa. Aku...