"Girl, kamu harus jadi milikku. Aku tidak ada maksud untuk menyakitimu sayang. Ini bukan permainan untukku. Apa kau merasa senang?"
- Gentleman
•⚫⚫⚫•
Jalanan Seoul kali ini sangatlah padat dan hampir mengalami macet parah baru-baru ini. Sekarang Jongdae sedang terjebak di antara mobil yang saling memekikkan klakson mereka membuatnya ingin melindas mereka satu-persatu. Padahal rumah sakit yang akan ia tuju sudah di depan mata. Rumah sakit Samsung Medical Center.
Beberapa menit kemudian polisi lalu lintas datang dan melancarkan arus lalu lintas.
Tak berselang lama Jongdae sudah berhasil masuk ke dalam rumah sakit. Bau alkohol, obat-obatan, anti septik, disertai hembusan AC yang menyejukkan malah membuat Jongdae merinding.
Ia tak pernah suka yang namanya rumah sakit apalagi jarum suntik. Ya, ia fobia jarum suntik. Ia memiliki alasan mengapa takut pada benda tersebut. Ada fakta menggenaskan sekaligus menggemaskan dibalik alasannya takut pada jarum suntik.
Sewaktu Jongdae masih bersekolah di sekolah menengah, ia ditantang oleh teman-temannya untuk ikut melakukan donor darah mewakili kelas karena umur Jongdae memang jauh lebih tua dibanding mereka. Karena dulu ia terkenal sebagai preman dan tak kenal takut, ia menyanggupinya. Namun siapa sangka, di saat darahnya selesai diambil, jarum infus tersebut tertancap terlalu dalam dan akhirnya tertinggal di dalam daging yang membuatnya lemas ketakutan setengah mati dan akhirnya pingsan.
Tiga puluh menit sudah Jongdae menunggu kedatangan Baekhyun tapi belum juga terlihat batang hidungnya.
"Kau sudah di sini?"
Jongdae yang melihat keterlambatan Baekhyun menatap seakan meminta penjelasan.
"Aku barusan kembali menghubungi dokter yang menangani perempuan itu. Ternyata sangat sulit, sampai sekarang aku belum berhasil menghubunginya."
"Lalu kita harus bagaimana sekarang?"
"Sudah terlanjur di sini. Sebaiknya kita tanyakan pada perawatnya saja."
Mereka berjalan berdampingan menuju pusat para perawat berkumpul. Baekhyun yang menghampiri mereka. "Pasien nomor lima dari ruang rehabilitasi kejiwaan."
"Baik, tunggu sebentar," jawab laki-laki muda berpakaian khas rumah sakit itu mengecek daftar pasien.
"Um, maaf... pasien nomor lima sedang dalam penanganan ketat oleh dokter Ooh. Dokter Oh sangat jarang memberikan izin orang lain untuk menemui pasiennya," jelas perawat itu panjang lebar.
"Saya akan menemui dokter Oh setelah bertemu pasiennya, karena hal ini sangat mendesak, ada nyawa yang perlu ditolong keadaannya," rayu Baekhyun mencoba memberikan senyumannya yang paling manis namun terkesan ada paksaan yang tersirat.
Jongdae memicingkan matanya merasa risih mendengar perkataan Baekhyun yang aneh barusan.
"Ah, kau jangan seperti itu. Biarkan mereka mengunjungi perempuan itu," ujar perawat sebelahnya pada perawat pria itu.
"Kau tidak tahu terakhir kali orang yang menjenguk gadis gila itu dilempar dengan botol alkohol hingga kepalanya berdarah? Makanya Dokter Oh membatasi orang yang ingin menjenguknya," bisik perawat pria yang melarang mereka masuk tadi terhadap rekannya namun berhasil di tangkap oleh telinga Jongdae dan Baekhyun.
"Tidak apa-apa. Biarkan aku menemui orang itu. Bisa langsung antarkan kami ke ruangannya?" pinta Jongdae tanpa basa-basi.
"Hiraukan perkataan mereka. Biar aku saja yang mengantar kalian, mari," sahut perawat wanita yang kira-kira berkepala empat karena terlihat masih cantik dan bugar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore Psycho-insane
Fanfiction[FROMANCE] REAL CHEN FANFICTION • Peringkat 3 dalam PSIKO [9/5/2018] • Peringkat 3 dalam Lovesoul [6/4/2019] • Peringkat 2 dalam Lovesoul [8/4/2019] Ketika kewarasanmu diuji untuk menghadapi dunia luar. "Ini benar-benar mengerikan dan menyiksa. Aku...