•⚫⚫⚫•
Selesai menyesap tetesan terahkir kopi di cangkirku, aku meletakkannya di meja dan berdecak menghampiri Dokter Oh.
"Ckckck, jadi selama ini Anda tak pernah memberinya obat, Dok?"
Dokter Oh Sehun tampak memejamkan matanya sebelum menoleh padaku. Aku memasang senyum menyindir padanya.
"Dokter macam apa kau ini? Bahkan saat aku pergi menjemput wanita itu, ia tengah kecanduan alkohol dan rokok. Meminumnya secara bebas di dalam rumah sakit... bukankah itu dilarang?"
Ia terlihat mengetatkan rahangnya beberapa saat sebelum menjawab, "Tuan Jongdae, biarkan saya memberikan gambaran pada Anda yang sebenarnya. Harap dengar baik-baik."
Aku mengangkat alis dan kembali duduk di sofa. "Silakan," ujarku kemudian, membiarkan ia berbicara. Tanganku bertumpu pada pinggiran sofa sambil memainkan ponsel dengan satu tangan, membaca pesan dari Minseok dan pegawai yang lain.
"Jujur saya akui, saya sendiri yang memberi botol-botol alkohol itu, bukan tanpa alasan. Jooyoung tidak pernah mau untuk meminum obatnya. Ia memiliki trauma mendalam mengenai banyak hal, termasuk obat-obatan. Saya tidak tahu apa itu, yang mengetahui semuanya adalah dokter senior di rumah sakit saya. Catatan medis rumah sakit tidak terlalu lengkap jika boleh saya katakan."
"Dan rokok yang Anda lihat di kamarnya, saya rasa itu obat bius yang dibuat oleh para dokter. Jooyoung sudah mengetahuinya, tapi ia masih menyesapnya. Dari pengalamannya yang sebelumnya, ia sudah kecanduan alkohol dan rokok. Kami juga menemukan di dalam darahnya ada kandungan narkoba, dulu, ketika ia pertama masuk ke rehabilitasi."Aku mulai tertarik pada pembicaraan ini. Masih butuh beberapa kata untuk membuat aku berpaling. Masih berkutat pada pekerjaan sambil menyimak perbincangan ini, Dokter Oh Sehun kembali melanjutkan penjelasannya.
"Jadi saya mencampur alkohol dengan obat untuk Jooyoung setelah mendiskusikannya dengan para dokter. Mereka sudah mengujinya dan aman."
"Kami memutuskan menggunakan alkohol karena ia selalu meronta untuk minum saat tertekan."Mencoba mendengarkan lebih baik, aku meletakkan ponselku secara terlungkup di meja.
"AKU BILANG KELUAR!" suara teriakan dari lantai atas mengalihkan perhatian kami. Ah... perempuan itu pasti sedang mengamuk kepada para pelayan. Emosi dan tindakannya benar-benar patut untuk kuawasi.
Dokter Oh Sehun mulai bersuara dengan ekspresi wajah khawatir. Bukan hanya khawatir. Ia sungguh-sungguh khawatir. Sudah kuduga ia memiliki sesuatu yang ia pendam terhadap wanita yang kuboyong ke rumah ini. "Kurasa masa lalu Jooyoung terlalu menyakitkan untuk ia ingat seorang diri Tuan."
Aku tahu arah pembicaraan ini.
"Saya mengingatkan Anda untuk tidak membuat Jooyoung kembali trauma dengan masa lalunya. Jangan terlalu keras padanya. Mentalnya tidak stabil. Saya takutㅡ"
"Cukup bincang-bincangnya. Terima kasih atas kunjungan Anda, Dokter."
Aku berdiri untuk yang kedua kalinya, menunjukkan jalan keluar untuk Dokter Oh dengan tangan kiriku.
Ia tidak beranjak dari posisinya dan hanya menatapku tajam dengan rahang mengetat.
Aku menolehkan kepalaku ke samping tanpa menghadap ke belakang, "Kepala Lu," seruku. "Antarkan Dokter Oh ke pintu keluar."
"Baik."
Luhan bergegas datang dan mengantarkan Sehun keluar dari rumah.
Aku mendecak tak senang karena harus membawa Dokter Sehun kemari. Karena setelah ini, aku yakin ia akan sering-sering datang, beralasan untuk mengecek kondisi kesehatan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore Psycho-insane
Fanfiction[FROMANCE] REAL CHEN FANFICTION • Peringkat 3 dalam PSIKO [9/5/2018] • Peringkat 3 dalam Lovesoul [6/4/2019] • Peringkat 2 dalam Lovesoul [8/4/2019] Ketika kewarasanmu diuji untuk menghadapi dunia luar. "Ini benar-benar mengerikan dan menyiksa. Aku...