⏮◀ ◼ ▶⏭
Mimik wajah Jongdae ragu-ragu tapi ia akan mengatakan keinginannya sekarang tanpa ada yang ia lewatkan.
"Tentu tidak. Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda, seperti yang Anda harapkan untuk dibicarakan."
•⚫⚫⚫•
"Apakah kau tahu betapa lancangnya dirimu, Jongdae-ssi?"
"Ya, saya tahu, tapi saya tidak menyesal."
Nayoung semakin dibuat tertarik oleh kepribadian Jongdae yang mengingatkannya akan almarhum sang suami.
Tegas, keras kepala, dan selalu tahu apa yang ingin dikatakan.
"Berikan aku alasan agar aku juga tidak merasa bahwa yang kau lakukan adalah kesalahan."
Jongdaea menarik segaris senyumnya.
"Saya tahu seluruh kondisi keluarga besar Baekhyun. Anda menginginkan pewaris 'kan? Saya juga menjamin keluarga suami Anda berani turun tangan untuk harta warisan."
"Ya.... Tentu. Separuh saham. Siapa yang tidak menginginkan itu? Apakah mungkin dirimu tidak termasuk?"
Jongdae tertawa. Khas sekali nada sindiran dalam tawa yang ia keluarkan, meski terdengar merdu.
"Saya tidak menginginkan harta, Nyonya.
Saya sudah lebih dari berkecukupan dengan harta Ayah saya dan perusahaan yang saya miliki sendiri.""Kalau begitu, pasti ada hal lain yang kau inginkan."
"Bukan saya inginkan. Lebih tepatnya, saya harapkan."
"Nyonya, Baekhyun bukan saingan yang seimbang untuk saudara-saudaranya. Saya tidak mengharapkan dia terluka, jadi saya mengulurkan tangan saya sendiri untuk membantunya. Kalau Anda bersedia, akui wanita bernama Lee Jooyoung sebagai putri Anda dan beri ia warisan separuh saham itu."Nayoung terkejut dan tentu saja enggan mengiyakan permintaan mustahil tersebut.
"Jika warisanku di tangannya, dia tentu incaran selanjutnya. Wanita asing memegang milikku juga bukan pilihan yang tepat. Harta ini bukan untuk mainan Tuan Jongdae. Dimanapun aku berada, karena saham warisan suamiku, nyawaku taruhannya. Aku tidak bisa kemana-mana dengan bebas. Di sini, meski terlihat longgar, penjagaannya lebih ketat di banding penjara."
Mata Jongdae menerawang sekeliling dan menyadari banyak penjaga yang bersembunyi serta beberapa menyamar sebagai perawat tengah berdiri di setiap sudut panti. Jongdae harus lebih berhati-hati dalam berdiskusi dengan wanita yang kelihatannya sudah rapuh tapi nyatanya masih tajam ini.
"Saya kenal Nyonya Shin Nayoon."
Nayoung menatap Jongdae dalam-dalam. "Siapa katamu?"
Jongdae mengulang perkataannya, "Shin Nayoon. Adik Anda."
Bagaimana mungkin? Anak muda seperti Jongdae mengetahui adikku? batin Nayoung. Ia bergetar. Tercengung. Sungguh. Jika ia memiliki riwayat penyakit jantung, mungkin ia sudah berada di ruang gawat darurat dengan defibrillator yang menyetrum dadanya berkali-kali.
"Apa hubungannya Nayoon dengan ini semua? Jangan mengungkit-ungkitnya. Dia sudah mati."
"Dia hilang. Dia hilang ketika umur sebelas tahun. Kabur bersama pacarnya di umur yang masih belia. Ayah Anda mencarinya tapi malah mengalami kecelakaan."
Nayoung memejamkan mata, berharap tidak mendengar lagi fakta itu dari mulut orang lain rupanya sangat sulit.
"Satu lagi, Nyonya. Adik Anda juga mengalami sakit mental ketika umur delapan tahun. Sejak saat itu ia menjadi remaja yang murung dan tidak mau bersosialisasi. Ketika ia memutuskan untuk berpacaran, ia kembali menjadi Nayoon yang ceria bukan? Sayangnya ayah kalian menentang dan akhirnya tragedi itu terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore Psycho-insane
Fanfiction[FROMANCE] REAL CHEN FANFICTION • Peringkat 3 dalam PSIKO [9/5/2018] • Peringkat 3 dalam Lovesoul [6/4/2019] • Peringkat 2 dalam Lovesoul [8/4/2019] Ketika kewarasanmu diuji untuk menghadapi dunia luar. "Ini benar-benar mengerikan dan menyiksa. Aku...