Mark menatap renjun dan juga jeno yang kini duduk diatas sofa ruang tengah rumah jeno. Jaemin sendiri izin pulang karena jinsol.
"Jadi? Kalian bilang kalian adalah renjun dan jeno sepuluh tahun lalu? Begitu?" ucap mark.
"Hanya jiwanya oke" ucap renjun dan mark mengangguk.
"Bagaimana bisa?" ucap mark. Keduanya menggeleng pelan sebelum akhirnya jeno menyadari sesuatu.
"Kau ingat guanlin?" ucap jeno tiba tiba.
"Anakmu?" ucap mark. Jeno berdecak pelan dan menggeleng.
"Bukan, tapi anak pindahan dari china saat kita sma dulu" ucap jeno.
"Hah? Perasaan tak ada anak bernama guanlin saat kita sekolah dulu" ucap mark.
"Ada hyung. Namanya guanlin, dia sangat mirip guanlinku dan lagi-" renjun menatap jeno yang balik menatapnya.
"-kau apa kau juga diberi cokelat oleh anak itu?" ucap renjun pada jeno. Jeno mengangguk.
"Astaga. Mungkinkah?" ucap renjun.
"Hei hei aku tau kalian berdua pintar tapi bisakah beritahu intinya ada apa?" ucap mark.
"Cokelat hyung, guanlin saat itu memberiku cokelat dan kurasa dia juga memberikannya pada orang ini-"
"Aku punya nama" potong jeno. Renjun menoleh dan menghendikkan bahunya tak peduli lalu melanjutkan ucapannya.
"Dan kurasa lagi hyung, guanlin yang itu adalah guanlin yang sama dengan anakku sekarang ini" ucap renjun.
Mark mengerutkan dahinya bingung. Berusaha mencerna kata kata renjun barusan.
"Maksudmu guanlin keponakanku kembali ke masa sekolah daddy dan mommy nya begitu? Hei dia bahkan masih berusia lima tahun. yah walaupun dia anak jenius tapi tetap saja dia anak anak" ucap mark.
"Tapi guanlin yang itu, usianya 16 hyung" ucap renjun. Jeno hanya menjadi pendengar setia.
"Hahh aku juga tak tau. Mungkinkan ada masalah? " ucap mark.
Renjun menghendikkan bahunya tanda tak tau lalu melirik kearah jeno.
"Yak, kau ini pikirkan masalah ini juga jangan hanya diam" ucap renjun.
Jeno meliriknya sekilas lalu membuang nafasnya.
"Aku diam karena aku juga berfikir, huang" ucap jeno.
"Aku percaya kalau kalian benar benar kalian dengan jiwa 17 tahun" ucap mark.
"Hyung" panggil jeno, mark menoleh dan menaikkan alisnya sebagai jawaban.
"Bagaimana aku bisa menikah dengan orang ini?" ucap jeno sembari menunjuk renjun yang menatap tak terima padanya.
"Yak! Apa maksudmu orang ini? Kau pikir aku setuju? Apa kau pikir aku juga terima terima saja terbangun dan menjadi ist-" jeno membungkam mulut renjun dengan tangannya..
"Diam oke" ucap jeno lalu melepaskan bungkamannya dengan renjun yang menatapnya sebal.
"Aigoo kalian hanya menyita waktuku" ucap mark.
"kalian menikah karena memang kalian sendiri yang ingin. Sudah cukup kan?" ucap mark.
"Kalau tak percaya ya sudah" lanjut mark lagi saat keduanya menatapnya dengan pandangan sama sama tak percaya.
"Lalu? Aku kerja apa?" ucap renjun.
"Renjunie kau seorang designer interior. tapi kau hanya bekerja dirumah karena jeno tak memperbolehkan mu bekerja di perusahaan" ucap mark menatap jeno dengan senyum menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
rival (End)
FanfictionI want to meet someone better than you, but it's impossible. Warn! This is yaoi don't like don't read